"Cih," decih Han sambil tertawa miring.
"Duduk manis di sini dan habiskan waktu kalian untuk berbicara sampai berbusa.""Oi, bocah! Kau mau ke mana?"
Tidak ada jawaban sama sekali hingga akhirnya Han menghilang dari pandangan mereka. Tian Wei mendecak gusar, Jun Shuiyang hanya bisa terpaku dan sisanya saling berpandangan.
"Aku akan menajamkan pedangku selagi mereka pergi. Apa pun informasi yang kalian dapatkan langsung beritahu. Kita belum tahu pasti bagaimana muka musuh kita. Entah hanya ikan teri atau justru hiu besar. Aku pergi dulu."
*
"Apa katamu?!"
Suara gebrakan meja mengintimidasi Du Rong yang berdiri kaku. Gemetar mulai menguasai kedua tungkai kakinya. Dengan kepala menunduk ketakutan, Du Rong melanjutkan.
"Saya tidak bermaksud apa pun."
Siapa pun yang berhadapan dengan prajurit berwajah besi seperti laki-laki di depannya a
Membutuhkan waktu beberapa hari untuk melatih prajurit, terutama mereka yang mengaku belum pernah dilatih untuk bertarung di laut lepas.Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, beberapa kapal yang telah disiapkan bersender di pelabuhan Kota Goufu.Tangan kanan walikota Goufu berdiri di ujung pelabuhan. Kedua tangan dilipat ke belakang sambil memperhatikan jeli tiap-tiap barisan prajurit yang masuk ke kapal. Giring-giring dibarengi langkah kaki bersusulan. Meskipun dirinya berusaha untuk fokus di depan sana, akan tetapi lelaki itu tetap saja gelisah."Bagimu malam ini adalah malam pertaruhan, bukan?"Dia menoleh cepat, tiba-tiba mendapati Mata Jelaga sudah ada di sampingnya. Tentu saja hal itu sangat membuatnya terkejut. Dan lebih dari itu, pertanyaan tadi membuatnya tak habis pikir."Apa maksudnya?""Anda mempertaruhkan banyak prajurit demi melawan Gui Liang. Dan jika misi malam ini gagal, mungkin nama Anda bisa ikut tercor
Apungan kayu muncul di atas permukaan air laut, bergerak mengikuti irama ombak kecil yang membawanya ke tepi laut. Badai telah lama berlalu, menyisakan garis-garis gelap di langit yang muram. Sedangkan awan gelap masih bergerak-gerak lamban, menyingkir menyisakan rintik gerimis yang perlahan menghilang.Misi menghancurkan Aliansi Pembunuh di Laut Terapung mulai menemukan titik buntu, mereka tak menemukan satu pulau pun yang terapung dalam jarak jauh sekalipun. Zei Yu yang berdiri di anjungan kapal mendecih, sejauh mata memandang masih nihil. Tak ada apa pun yang dapat dilihatnya selain laut luas yang terbentang jauh, tidak ada bayangan pegunungan atau sesuatu pun. Perairan laut Kota Goufu memang seluas yang dibicarakan orang-orang."Kita tidak bisa berlama-lama lagi, atau semua rencana akan kacau.""Melapor, Tuan. Kami baru saja menemukan satu tempat tak bertuan di sebelah timur."Zei Yu membalikkan badannya, berjalan di atas kapal sembari menengok ke arah yang dimaksud prajurit itu.
Seculas senyum mengembang di kedua sudut bibirnya. "Tujuan kita sama. Yang berbeda hanya siapa yang mati lebih dulu saja."Du Rong mengangkat pedangnya, diikuti Zei Yu, Jun Shuiyang, Bao Ning dan Tian Wei."Baiklah kalau begitu."Tiga detik berlalu, semua prajurit menahan napas masing-masing sebelum turun ke laut dangkal di bawah kapal. Di sana, detik pertarungan berdarah akan dimulai. Tak ada yang tahu mereka bisa kembali ke Goufu besok atau tidak. "Serang!!!"Bunyi cipratan air, gesekan pedang dan teriakan berontak mulai terdengar. Tak terduga, sebelum para prajurit sepenuhnya menapak di daratan Pulau Terapung suara ledakan terdengar. Beberapa yang mengawasi dari dalam kapal berteriak, memberitahu bahwa lumbung kapal pecah akibat bom peledak. Semakin lama, semakin terlihat jelas bahwa musuh sengaja mengurung mereka di kandangnya. Untuk dibunuh habis-habisan. Beberapa prajurit sempat menoleh mengetahui mereka tak bisa kembali ke Kota Goufu tanpa adanya kapal. Hanya dalam kurun wak
Sebuah gubuk hancur berkeping-keping di saat sambaran mengerikan datang. Pria yang sebelumnya berbicara dengan Du Rong, tubuhnya jauh lebih besar dari rekan-rekannya. Dengan tenaga yang besar, dalam satu terjangan saja satu gubuk hancur tak bersisa.Tian Wei membungkuk, membalik badan cepat dan menahan tusukan pedang dari arah belakang. Dibelokkannya pedang itu, membuat pedang musuh berakhir menancap di pepohonan.Tian Wei menyepak dada lawannya, tapi mengenaskannya tendangan itu sama sekali tidak membuat lelaki tersebut bergeser barang seujung kuku pun. Justru Tian Wei mendapatkan serangan balasan yang jauh lebih menyakitkan. Tulang hidungnya seperti bergeser saat tinju mentah mendarat di wajahnya, Tian Wei terpental menghantam pohon. Lawan mengambil kembali pedang dan berniat menusuk Tian Wei bersama dengan pohon di belakangnya. Tian Wei sempat bergeser tapi tusukan itu tetap tembus di bahu kirinya."Ini adalah kekalahan mu. Kami akan memaafkan nyawamu jika kau mau menjadi mata-mat
Du Rong mundur berulang kali, pedang lawan mengenai dadanya. Meninggalkan robekan pada pakaiannya yang menunjukkan sayatan dalam. Lelaki itu berdiri, pedangnya menyentuh tanah. Dia terlihat seperti akan tumbang dalam beberapa detik lagi. Namun Du Rong menguatkan pijakan, terdengar teriakan dari mulutnya yang penuh oleh darah."Matilah kau!"Kakinya berlari cepat ke arah musuh, dia mengangkat kedua tangannya dan menebas apa pun yang berada di depan. Tapi serangan itu justru melukai dirinya sendiri. Lagi dan lagi, sayatan melintang menghiasi dadanya yang habis basah oleh darah.Laki-laki itu berlutut, pundaknya bergetar. Mulut Du Rong memuntahkan darah yang amat banyak. Lalu di detik selanjutnya dia tertelungkup tak sadarkan diri.'Lakukan segala cara untuk menghadapi sekawanan serigala yang licik. Meskipun harus menggores harga dirimu sebagai seorang petarung. Bertahan hidup dengan cara yang keji. Atau mati sia-sia di tanah yang dipijaki musuhmu. Pilihan itu ada di tanganmu.' Kalimat
Xiao Long menjepit pedang di antara siku tangannya, membersihkan bekas darah dari benda tersebut.Masih tak percaya nyawanya terselamatkan, Bao Ning sampai bergumam tanpa sadar."Mungkin dewa kematian lah yang datang menyelamatkan ku.""Kita harus segera mencari yang lain."Pandangan keduanya tertuju pada musuh yang berkeliling mengerubungi, hampir semuanya mengangkat senjata ke arah mereka. Jika seorang saja memulai perlawanan, Xiao Long yakin puluhan dari mereka akan langsung menyerang bersamaan.Bao Ning terlalu banyak mengeluarkan darah. Tubuhnya seakan-akan mati rasa oleh luka yang memenuhi sekujur tubuh. "Bertahanlah sebentar lagi. Bala bantuan mungkin akan datang. Semoga saja.""Apa maksudmu?" Suara Bao Ning terdengar serak akibat darah yang memenuhi kerongkongannya."Orang-orang kapal kami selamat. Mereka sedang bertolak ke Kota Goufu dan mungkin akan mengirimkan pasukan kembali."Laki-laki gempal itu mengangguk, dia juga berpikiran sama. Namun ada sedikit lega di hatinya saa
Bao Ning tahu akan hal itu maka dia melepaskan egonya sendiri dan mengikuti apa perintah Mata Jelaga, karena bagaimanapun misi ini adalah misi yang anak muda itu berikan padanya. Tujuan mereka adalah mengambil kepala Gui Liang, itu sudah cukup jelas. Kaki Bao Ning mundur tiga langkah, bicaranya sedikit bergetar menahan amarah. "Aku serahkan mereka kepadamu."Xiao Long mengangguk. Membiarkan langkah kaki Bao Ning menjauh dan kembali menghadapi dua orang tersebut. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu?""Jangan percaya pada seorang pengkhianat." Suara yang berasal dari dahan pohon itu adalah milik Han. Dia duduk tenang di sana sambil meniup kuku, lalu melihat jemarinya sendiri. Tingkah menyebalkan itu membuat lelaki dari Aliansi Pembunuh tersinggung berat. Dan kalimat Han barusan, dia merasa dirinya tak pernah berkhianat pada tuannya. Sampai mati sekalipun."Kau cari mati, ya?" "Aku sedang mengatai orang itu." Han menunjuk Tian Wei dengan memajukan moncongnya. Tian Wei berbicara tanp
Dengan begitu keduanya saling berpencar ke arah berbeda. Xiao Long menelusuri jalan hutan, hingga tiba di tempat di mana dirinya bisa melihat jelas sebuah bangunan mewah berdiri di tengah pulau tak bertuan. Terlihat sangat tidak masuk akal tapi benar-benar nyata di depan matanya. Kekayaan seperti itu hanya bisa dimiliki oleh perompak sekelas mereka, hartanya bahkan menyamai bangsawan kelas atas.Saat sedang mengendap-endap di balik pepohonan, Du Rong tersentak saat mata pedang telah berada di kulit tenggorokannya. Bergerak sedikit saja benda tajam itu akan menembus kulit. Namun suara yang dia dengar selanjutnya membuat Du Rong menarik napas lega."Senior Du? Maafkan aku. Aku kira kau musuh.""Aku sudah menduga kau akan kembali. Tidak peduli caramu datang ke sini ..." Ucapnya terhenti beberapa saat. Pikirannya tertuju ke tempat lain. "Kita harus memasuki tempat itu."Penjagaan ketat. Aliansi Pembunuh di mana-mana dan pencahayaan terang. Tidak ada jalan untuk mengendap-endap ke sana. S