Yin Xuehua menggigit bibir, air mata mulai menetes membasahi pipi. Kota yang ia tinggali tengah berada dalam bahaya. Kekhawatiran yang besar muncul dari dalam dirinya.
Hal itu tidak luput dari perhatian Zhao Lin. Ia mencoba menghibur gadis itu. "Nona Yin, tenanglah! Aku yakin Paman Chen Yang bisa mengatasi ini semua!""Jika Prajurit Kota bisa mengatasinya, sudah sejak lama kami mengusir Serikat Pengemis dari Kota Baitong!"Zhao Lin langsung terdiam mendengarnya. Apa yang dikatakan Yin Xuehua benar adanya. Prajurit Kota tidak punya kekuatan yang cukup untuk menandingi Serikat Pengemis.Saat ini, Zhao Lin, Zhao Meiling dan Yin Xuehua sudah berada di tempat yang lebih aman dan jauh dari pertempuran. Sejumlah warga juga berada di tempat ini, menghindar dari pertempuran yang terjadi.Ada rasa penasaran muncul dalam diri Zhao Lin untuk menyaksikan pertarungan. Terutama terhadap Serikat Pengemis yang memiliki cara bertarung yang berbeda dengan sekte-sekte lain. Ia pTiga puluh Pendekar Ahli menyerang Chen Yang secara bersama-sama. Saat ini, posisi Chen Yang berada di tengah-tengah Pendekar Serikat Pengemis yang berdiri melingkar. Ayunan tongkat kayu datang silih berganti dari berbagai arah. Kekuatan Pendekar Raja bisa dikatakan setara dengan 30 Pendekar Ahli. Namun, dalam sebuah pertarungan, bukan hanya tingkat Pendekar yang berpengaruh, tapi juga pemahaman beladiri, penguasaan jurus, senjata, pengalaman bertarung dan kecerdasan. Pada dasarnya, tingkat Pendekar lebih berpengaruh pada Tenaga Dalam, kecepatan, kekuatan dan stamina. Beberapa kali pedang Chen Yang beradu dengan tongkat kayu dan menghasilkan suara yang berdenting seolah-olah senjata yang digunakan Serikat Pengemis terbuat dari logam. Teknik yang digunakan oleh kelompok ini sama dengan yang digunakan kelompok sebelumnya. Namun, setiap serangan dilakukan dengan tingkat kekutan dan kecepatan yang lebih dari sebelumnya.Hal ini jelas membuat Chen Yang mengalami kesuli
Hari sudah mendekati senja. Sebuah kabar dari dalam tembok kota sampai ke tangan Li Zhenghe. Sebelumnya, sekte Pulau Bunga Persik memang sudah mengirim seseorang ke dalam kota untuk memantau situasi dan memberi berita melalui surat yang dibawa burung merpati. Li Zhenghe berdecak kesal membaca surat yang ia terima. Apa yang terjadi di dalam kota, tidak sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Pertarungan Serikat Pengemis dan Prajurit Kota terhenti dan Serikat Pengemis tidak melakukan serangan lebih jauh. "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Ketua Li?" Patriark Wei juga merasa sedikit kesal, semuanya tidak berjalan sesuai rencana. "Mohon maaf atas kegagalan rencana kami, Patriark Wei! Untuk langkah selanjutnya, kita harus memikirkannya lagi!" balas Li Zhenghe. "Tidak bisakah kita langsung memasuki kota. Seperti ancaman yang Ketua Li berikan sebelumnya, jika gerbang kota tidak dibuka, artinya Kota Baitong bekerjasama dengan Serikat Pengemis! Kita punya alasan untu
Matahari baru sejengkal naik dari garis cakrawala, sekte Pulau Bunga Persik sudah mulai melakukan aksinya. Mereka berusaha mendobrak pintu gerbang kota agar mereka bisa masuk. "Lakukan lebih keras! Kita harus menyelesaikan misi ini dalam satu hari!" teriak Li Zhenghe pada para anggotanya. Sementara itu, dari dalam tembok kota, Serikat Pengemis yang menjaga pintu gerbang mulai sedikit khawatir. Sekuat tenaga mereka berusaha untuk membuat pintu gerbang tidak terbuka. Situasi ini berada di luar perkiraan Gu Tan. Awalnya, ia mengira sekte Pulau Bunga Persik tidak akan memaksa masuk selama mereka tidak menyerang warga atau pemerintah kota. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. "Ketua... kenapa mereka tetap berusaha memaksa masuk? Bukankah itu bisa merusak reputasi mereka!" ucap salah seorang Pendekar Serikat Pengemis. "Sepertinya mereka mendapatkan alasan baru untuk menyerang kita! Kita tidak boleh lengah, terus jaga pintu gerbang agar mereka tidak bisa masuk!"
Pertarungan tidak bisa dihindarkan. Pedang Li Zhenghe dan tongkat kayu Gu Tan saling beradu menghasilkan suara yang berdenting, seolah-olah tongkat kayu Gu Tan terbuat dari logam. Keduanya sama-sama berada di tingkat Pendekar Kaisar, sehingga pertarungan ini terbilang seimbang. Gu Tan unggul dari segi pengalaman bertarung, tapi Li Zhenghe memiliki teknik yang lebih baik. Dalam waktu singkat, keduanya sudah bertukar belasan jurus. Gerakan keduanya memiliki kecepatan yang tinggi bagai lalat yang menghindar dari tepukan. Serangan mereka begitu kuat bagai tandukan seekor banteng. Satu tebasan dari Li Zhenghe hampir mengenai Gu Tan. Ketua Serikat Pengemis itu menghindar di saat-saat akhir. Celah pertahanan Li Zhenghe menjadi terbuka dan Gu Tan memanfaatkannya dengan memberi sebuah pukulan. Li Zhenghe dibuat melangkah mundur. Gu Tan tidak membuang waktu. Ia memanfaatkan situasi Li Zhenghe yang sedikit mengendur dengan melakukan serangan secara bertubi-tubi. Li Zhenghe
Pintu kamar terdobrak, membuat Pendekar berambut merah terkejut sebelum melakukan aksi bejatknya. Tanpa ia duga, sebuah tebasan berhasil melukai tubuhnya. "Sudah kubilang, kau jangan ikut campur!" bentak Pendekar rambut merah pada orang yang datang yang tidak lain adalah Zhao Lin. "Aku tidak bisa tidak ikut campur ketika ada seorang yang berniat menodai kesucian seorang wanita!"Tanpa banyak basa-basi langsung menyerang Pendekar rambut merah. Bilah pedangnya hampir kembali mengenai Pendekar rambut merah. Kali ini lawan lebih siap dan berhasil menghindar. Pendekar rambut merak mulai menarik pedang. Ia meladeni pertarungan dengan Zhao Lin. Keduanya memiliki kekuatan yang setara, sama-sama berada di tingkat Pendekar Ahli.Di sisi lain, Yin Xuehua tengah meringkuk di sudut ranjang. Ada perasaan lega dalam dirinya ketika Zhao Lin datang tepat waktu, sehingga tubuhnya tidak jadi ternodai. Sebelumnya, Zhao Lin secara diam-diam. mengikuti Yin Xuehua dan Pendekar
Kuda yang ditunggangi oleh Zhao Lin berhenti setelah jarak dengan kota cukup jauh. Di sana mereka sudah disambut oleh Zhao Meiling dan Chen Yang yang memang telah lebih dahulu meninggalkan kota. "Dugaan kakak tepat, orang itu memang berniat menodai Nona Yin!" ucap Zhao Lin sembari membantu Yin Xuehua turun dari kuda. Kecurigaan tentang tindakan yang dilakukan oleh Pendekar rambut merah sebenarnya berasal dari Zhao Meiling. "Nona Zhao... bagaimana bisa kamu menduga seperti itu?" tanya Chen Yang. Zhao Meiling tersenyum mendengar pertanyaan Chen Yang. Ini adalah masalah lama di internal sekte Pulau Bunga Persik. Sejumlah murid pria kerap kali terlibat dalam kasus pelecehan terhadap murid wanita. Para petinggi sekte telah memberi hukuman berat pada orang-orang itu, bahkan tidak jarang hukuman yang diberikan adalah hukuman mati. Namun, pria-pria mesum ini selalu saja muncul di dalam sekte Pulau Bunga Persik. Sekte Pulau Bunga Persik menyimpan rapat-rapat berita i
"Kamu benar-benar cerdas! Idemu membuat kita mendapatkan tempat semegah ini!" ucap Xiao Yan sambil berjalan mengitari sebuah komplek bangunan yang kosong tidak terawat, tapi cukup megah. Orang yang dipuji oleh Xiao Yan tidak lain adalah Yin Yiyue yang saat ini berjalan di sampingnya. Gadis itu yang memiliki ide memanfaatkan Wei Jiali untuk mendapatkan tempat itu. Tempat ini dulunya merupakan sebuah kediaman keluarga utama bagsawan Wei. Namun, saat mereka membangun kediaman baru yang lebih megah, tempat ini ditinggalkan.Bagaimana mereka mendapatkan tempat itu bermula saat Xiao Yan melakukan penculikan pada Wei Jiali. Awalnya, Xiao Yan berniat melakukan pertukaran untuk mendapatkan Senjata Suci yang berada di kuil Kota Lauhu, tapi Yin Yiyue mempunyai ide yang berbeda. Idenya adalah Xiao Yan bertindak seolah-olah ia menyelamatkan Wei Jiali dari kekacauan di kuil Kota Lauhu dan meminta tempat ini sebagai imbalan atas apa yang ia lakukan. Mengingat status Wei Jia
Zhao Meiling tidak bisa menerima permintaan Yin Xuehua untuk ikut pergi ke sekte Matahari Timur. Sebagai gantinya, ia dan Zhao Lin akan mengantar Yin Xuehua ke keluarga Yin yang berada di Provinsi Timur.Sementara itu, Chen Yang telah kembali ke Kota Baitong untuk melanjutkan tugasnya sebagai Ketua Prajurit. "Nona Yin... bagaimana ceritanya kamu dan ayahmu bisa sampai di Provinsi Selatan, padahal basis keluarga Yin berada di Provinsi Timur?" Pertanyaan dari Zhao Meiling. "Ayahku mendapat tugas dari Patriark kami untuk mencari sepupuku yang dibawa oleh seseorang ke Provinsi Selatan. Saat itu, dia tengah depresi karena kematian ibunya, sehingga mudah dibujuk oleh orang lain. "Ayahku tidak mengetahui kemana sepupuku dibawa. Bertahun-tahun mencari, tapi dia tetap tidak ditemukan. Satu hal yang dipikrkan ayahku, jika ia memegang suatu kekuasaan, ia akan memiliki akses untuk mengetahui identitas penduduk. Dia merasa, itu cara terbaik dalam menemukan sepupuku. "Untu
Xia Liruo terlibat pembicaraan empat mata dengan Patriark Yin di sebuah ruangan. Tidak seorang pun diizinkan masuk dan terlibat pembicaraan.Di sisi lain, Zhao Lin sangat ingin tau apa yang sedang mereka bicarakan. Ia mencoba menguping, tapi para murid sekte Telaga Dewi menghalangi. "Tuan Muda Zhao, ini adalah pembicaraan penting antara Ketua kami dengan Patriark Yin. Harap Tuan Muda memberi muka pada kami!"Zhao Lin mendengus kesal mendapat peringatan dari para gadis itu. Si pemuda tau ini adalah sebuah pembicaraan penting. Namun, ia perlu tau agar bisa memahami situasi apa yang terjadi antara lima sekte besar aliran putih dengan keluarga Yin serta hubungannya dengan Aliansi Lima Tombak. "Lin-gege... aku tidak tau mereka membicarakan apa, tapi aku tau arah pembicaraan mereka!" Yin Xuehua membisikkan sesuatu pada Zhao Lin. "Kira-kira mereka membicarakan apa?" tanya Zhao Lin"Aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, kit
Rombongan wanita yang datang ini adalah anggota dari sekte Telaga Dewi. Bukan sembarang rombongan, tapi diantara mereka terdapat pemimpin tertinggi mereka, Xia Liruo. "Hormat kami, Kepala Biarawati Xia!"Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik memberi hormat pada rombongan Telaga Dewi, terutama kepada Ketua mereka, Xia Liruo. Sementara itu, Zhao Lin tidak melakukan apa-apa. Ia merasa tidak perlu memberi hormat kepada orang-orang ini karena si pemuda menganggap mereka adalah teman dari Pulau Bunga Persik. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian ribut-tibut?" Pertanyaan dari Xia Liruo. Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik menjelaskan apa yang terjadi. Xia Liruo pun melirik pada Zhao Lin. "Anak muda... apa alasanmu memukul Pendekar ini. Apa kau memiliki masalah dengannya?" "Bukan hanya dengan dia, tapi aku memiliki masalah dengan Pulau Bunga Persik. Sebaiknya kalian jangan ikut campur! Aku tidak memiliki masalah denga
Zhao Lin terbangun dari tidurnya. Ia segera membangkitkan badan dan terduduk di atas ranjang. Bola mata pemuda itu berkeliling melihat ruang yang terasa asing baginya. Si pemuda memegangi bagian belakang kepalanya yang masih terasa sedikit sakit. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi saat terakhir kali ia tersadar. Saat itu, jiwa Pedang Penguasa Dunia menguasai tubuhnya. "Apa-apaan! Dia bilang dia baru bisa berinteraksi denganku setelah aku mencapai tingkat Pendekar Bumi! Tapi, kemarin dia bisa menguasai tubuhku. Dia tidak bisa dipercaya!" Zhao Lin bergumam sendiri. Zhao Lin menuruni ranjang untuk mencari tau di mana ia berada saat ini. Ia berjalan ke arah jendela dan membuka jendela tersebut. Dari apa yang ia lihat, ia bisa menduga bahwa saat ini sedang berada di kediaman sebuah keluarga besar. Itu terlihat dari bentuk serta tata letak bangunan tersebut.Namun, suasana kediaman ini tidak terlihat seperti kediaman keluarga besar lainn
"Tidak salah kan, jika benda ini untukku!" Ma Chao berucap sambil menunjukkan Tombak Raja Naga. Xiao Yan dan tiga orang lainnya terkejut, ternyata teman yang membantu Chu Yin adalah Ma Chao. Pandangan mereka berempat terarah pada si gadis, seperti meminta penjelasan bagaimana mereka bisa saling mengenal. Chu Yin sendiri tidak bisa berkata apa-apa. Ia juga terkejut, ternyata keempat orang ini dan Ma Chao sudah saling mengenal. Ia juga seolah-olah terlihat seperti meminta penjelasan, bagaimana ini bisa terjadi. "Kau bisa memilikinya jika kau bergabung dengan kami!" ucap Xiao Yan. Sontak, kata-kata Xiao Yan menghadirkan protes dari Dong Fu. "Xiao Yan... kita sudah sepakat bahwa Senjata Suci kali ini akan diberikan padaku atau Gao Hao. Kau tidak bisa menyerahkannya pada Ma Chao begitu saja!"Sebelumnya, keempat orang itu memang sudah membuat kesepakatan bahwa Tombak Raja Naga adalah untuk Gao Hao atau Dong Fu. Mengingat Xiao Yan dan Yin Y
"Jangan membohongiku! Tidak mungkin ada yang tau kau membawa Tombak Raja Naga itu!"Xiao Yan tidak percaya begitu saja pada Chu Yin. Setiap Senjata Suci bisa mengecil yang membuat ia mudah disimpan dan tidak mencolok saat dibawa. Jika si gadis tidak menunjukkan pada orang lain tidak akan ada yang tau Tombak Raja Naga itu berada bersamanya. Satu-satunya pihak yang memiliki kemungkinan mengetahui itu hanyalah dari sekte Pulau Bunga Persik. Merekalah yang memiliki Senjata Suci itu dan Chu Yin adalah bekas pelayan mereka. Jika pun Chu Yin ketahuan oleh pihak Pulau Bunga Persik, maka yang datang ke tempat ini bukan si gadis, tapi perwakilan dari sekte tersebut. "Ampun, Tuan! Saya tidak berbohong. Benda itu memang direbut oleh seseorang!"Chu Yin tidak sepenuhnya berbohong. Nyatanya, Tombak Raja Naga memang direbut oleh seseorang bernama Ma Chao. Sampai saat ini, si gadis tidak mengerti bagaimana pemuda itu mengetahui Senjata Suci itu berada
Ma Chao tersandar pada sebuah pohon dengan napas yang terburu. Pertarungan kemarin masih memberi efek pada tubuhnya. Terdapat sejumlah luka yang masih belum pulih. Pertarungan itu benar-benar diluar perkiraan Ma Chao. Jiwa Tombak Raja Naga dan jiwa Pedang Penguasa Dunia seperti saling membenci satu sama lain. Tidak disangka, ia dan Zhao Lin terseret dalam perselisihan tersebut. "Sepertinya, aku tidak bisa lagi berdekatan dengan pemuda itu!" Ma Chao bergumam sendiri. Dibandingkan perselisihan dua jiwa Senjata Suci itu, pikiran Ma Chao lebih terganggu dengan kejadian terakhir yang menghentikan pertarungan. Kehadiran sebuah pedang misterius yang datang entah dari mana. Meski saat itu tubuh dan pikiran Ma Chao dikendalikan oleh jiwa Tombak Raja Naga, tapi ia masih bisa melihat kejadian itu. Jiwa Tombak Raja Naga tau dengan pedang tersebut, tapi Ma Chao tidak mengenalnya sama sekali. Si pemuda hafal betul ke-26 Senjata Suci dan pedang itu tidak ter
Zhao Lin menatap tajam pada Ma Chao. Ilmu itu telah dikenal oleh jiwa Pedang Penguasa Dunia. Ini merupakan sebuah Seni Kabut yang terdapat dalam Kitab Kabut Hitam. Diam-diam, Ma Chao telah mendapatkan salah satu Kitab Tanpa Tanding dan mempelajarinya. Tubuh Ma Chao berubah menjadi kabut dan bergerak ke arah Zhao Lin. Gerak kabut melambat saat sudah dekat dengan Zhao Lin. Namun, itu tetap tidak menguntungkan sama sekali. Tebasan yang dilakukan akan percuma, itu hanya akan melewati kabut itu begitu saja. Kabut tersebut menyimuti tubuh Zhao Lin. Seketika, sesuatu seperti petir muncul dari kabut dan menyambar tubuh Zhao Lin. Dalam hitungan detik, pemuda itu di buat tumbang. Ma Chao kembali ke bentuk semula. Senyum sinis terukir di wajahnya. Jiwa Tombak Raja Naga merasa di atas angin, ia berpikir kemenangan sudah jadi miliknya. Namun, jiwa Pedang Penguasa Dunia tidak menyerah begitu saja. Ia kembali membangkitkan tubuh Zhao Lin. Satu hal yang membe
Sebuah pukulan diberikan Zhao Lin kepada Ma Chao. Pemuda itu terlempar cukup jauh hingga tubuhnya menyusur tanah. Debu-debu berterbangan membuat si pemuda terbatuk.Ma Chao mulai membangkitkan diri setelah debu-debu itu menghilang. Ada yang berbeda darinya. Bola matanya berubah menjadi merah gelap. Raut wajahnya pun terlihat berbeda dari biasanya. Tidak salah lagi, jiwa Tombak Raja Naga telah merasuki tubuh Ma Chao. "Akhirnyanya kau keluar juga!" ucap Zhao Lin. Ma Chao mendekatkan diri pada Zhao Lin. "Kau keluar sebelum waktu yang ditentukan. Jika dia tau, kita semua dalam masalah besar!" "Dia masih tersegel di makam itu! Tidak perlu takut dia akan tau. Sebaiknya kita selesaikan masalah kita!""Ayo kita lakukan!"Zhao Lin dan Ma Chao kembali mengangkat senjata. Tidak membuang waktu, mereka kembali terlibat dalam pertarungan. Zhao Lin terlihat lebih serius dari sebelumnya. Serangan demi serangan yang ia lakukan terlih
"Mati Kau!"Jendral Buaya mengayunkan pedang ke arah Zhao Lin. Tidak tanggung-tanggung, ia mengarahkan pada bagian leher untuk memenggal pemuda itu. "Trang...!"Sesuatu yang tidak diduga oleh Jendral Buaya terjadi. Pedang itu langsung patah ketika menyentuh leher Zhao Lin. Seketika, pemuda itu membangkitkan kepala. Ada perbedaan terjadi pada Zhao Lin. Bola matanya berubah menjadi berwarna hijau terang. Ditambah lagi dengan tatapan yang begitu mengerikan, berbeda dengan sebelumnya. Dalam satu gerakan, Zhao Lin mencekik Jendral Buaya. Pria paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Genggamannya begitu kuat, tidak bisa dilepaskan begitu saja.Zhao Lin melambungkan Jendral Buaya ke udara. Saat itu juga, si pemuda juga mengacungkan Pedang Penguasa Dunia ke atas. Tidak berselang lama, Jendral Buaya jatuh dan tertancap pada Pedang Penguasa Dunia. Satu gerakan Zhao Lin membuat mayat Jendral Buaya terlempar pada tempat di man