Rombongan wanita yang datang ini adalah anggota dari sekte Telaga Dewi. Bukan sembarang rombongan, tapi diantara mereka terdapat pemimpin tertinggi mereka, Xia Liruo.
"Hormat kami, Kepala Biarawati Xia!"Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik memberi hormat pada rombongan Telaga Dewi, terutama kepada Ketua mereka, Xia Liruo.Sementara itu, Zhao Lin tidak melakukan apa-apa. Ia merasa tidak perlu memberi hormat kepada orang-orang ini karena si pemuda menganggap mereka adalah teman dari Pulau Bunga Persik."Apa yang terjadi? Kenapa kalian ribut-tibut?" Pertanyaan dari Xia Liruo.Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik menjelaskan apa yang terjadi. Xia Liruo pun melirik pada Zhao Lin."Anak muda... apa alasanmu memukul Pendekar ini. Apa kau memiliki masalah dengannya?""Bukan hanya dengan dia, tapi aku memiliki masalah dengan Pulau Bunga Persik. Sebaiknya kalian jangan ikut campur! Aku tidak memiliki masalah dengaXia Liruo terlibat pembicaraan empat mata dengan Patriark Yin di sebuah ruangan. Tidak seorang pun diizinkan masuk dan terlibat pembicaraan.Di sisi lain, Zhao Lin sangat ingin tau apa yang sedang mereka bicarakan. Ia mencoba menguping, tapi para murid sekte Telaga Dewi menghalangi. "Tuan Muda Zhao, ini adalah pembicaraan penting antara Ketua kami dengan Patriark Yin. Harap Tuan Muda memberi muka pada kami!"Zhao Lin mendengus kesal mendapat peringatan dari para gadis itu. Si pemuda tau ini adalah sebuah pembicaraan penting. Namun, ia perlu tau agar bisa memahami situasi apa yang terjadi antara lima sekte besar aliran putih dengan keluarga Yin serta hubungannya dengan Aliansi Lima Tombak. "Lin-gege... aku tidak tau mereka membicarakan apa, tapi aku tau arah pembicaraan mereka!" Yin Xuehua membisikkan sesuatu pada Zhao Lin. "Kira-kira mereka membicarakan apa?" tanya Zhao Lin"Aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, kit
Langit di atas sekte Lampion Merah mulai berubah menjadi gelap. Angin berhembus menggugurkan dedauan yang telah menguning. Zhao Lin yang telah bekerja menyapu tempat tersebut, kini harus menambah pekerjaannya. Daun-daun kering berserakan karena hembusan angin. “Angin sialan! Kau menambah pekerjaanku saja!” Bocah laki-laki berusia sebelas tahun itu kembali melanjutkan pekerjaan, menyapu dedaunan yang jatuh dari atas pohon ke satu tempat. Sesekali ia melirik ke lapangan yang tidak jauh dari tempat ia bekerja. Para murid dari sekte Lampion Merah terlihat sedang berlatih di bawah bimbingan seorang guru. Zhao Lin menghela nafas, hari ini ia tidak terlibat dalam latihan bersama-teman-temannya. Ia harus menjalani hukuman yang diberikan oleh Ketua sekte karena Zhao Lin memukul salah satu murid yang mengejek dirinya. Zhao Lin telah berada di sekte Lampion Merah sejak lahir dan berlatih beladiri sejak usia enam tahun. Saat ia berusia sepuluh tahun, terjadi sesuatu yang mengubah hidupnya. Aya
Sebelum menjalani hukuman, Zhao Lin diberi kesempatan untuk mengobati luka yang ia dapat. Sun Bai, seorang Tabib di sekte Lampion Merah membantu Zhao Lin menjalani pengobatan. Beberapa herbal diolah dan diberikan kepada Zhao Lin. “Kenapa kamu melakukan ini lagi? Dalam minggu ini saja kau sudah lima kali berkelahi dengan murid lain.” ucap Sun Bai sambil memberi ramuan pada Zhao Lin. “Mereka terus mengejekku. Aku tidak bisa terima mereka terus memanggilku sampah. Aku harus memberi pelajaran pada mereka. Tanpa Tenaga Dalam pun aku bisa mengalahkan mereka. Jika aku adalah sampah, maka mereka lebih hina dari sampah.” Sun Bai hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari Zhao Lin. Bocah yang satu ini benar-benar keras kepala. Harga dirinya begitu tinggi sehingga tidak membiarkan dirinya dihina.Sun Bai membayangkan jika Zhao Lin tidak mengalami kerusakan Lingkaran Pusat. Dia pasti akan memiliki kemampuan setara dengan bibit jenius dari sekte Matahari Timur dan Pulau Bunga Persik. Sek
“Akhirnya mereka datang juga!” ucap Chen Shou mengomentari berita yang datang. Chen Shou sudah memperkirakan sekte Taring Pedang akan datang untuk menyerang sekte Lampion Merah sehingga ia tidak terlalu tekejut. “Chen Yang... bawa murid-murid berlindung di ruang rahasia. Jangan sampai sekte Taring Pedang melukai mereka,” perintah Chen Shou. “Lindungi juga Kitab Mata Angin!” Chen Shou menyerahkan sebuah kitab yang dibungkus dengan kain berwarna putih. Ia tau bahwa Kitab Mata Angin adalah alasan sekte Taring Pedang menyerang sekte Lampion Merah. Chen Shou langsung bergegas keluar untuk memantau situasi. Meski sekte Lampion Merah memiliki kekuatan di atas dari sekte Taring Pedang, tapi ia tidak mau gegabah. Taring Pedang bukanlah sekumpulan Pendekar yang baru mengenal beladiri. Mereka memiliki pemimpin yang memiliki pengalaman di medan pertempuran. Keberanian mereka menyerang sekte yang lebih kuat tentu memiliki perhitungan tersendiri. Sudah pasti mereka memiliki sebuah rencana khusu
Chen Yang bersama Tabib Sun Bai menuntun para murid sekte Lampion Merah bersembunyi di ruang rahasia yang berada di bawah tanah. Setidaknya ada sekitar 75 murid yang berada di sekte Lampion Merah. Ruangan tersebut berukuran cukup besar dengan sejumlah obor yang menyala. Jumlah obor terlalu sedikit dibandingkan dengan luasnya ruangan, sehingga cahaya yang dihasilkan terbilang redup. Untuk mengurangi kepanikan para murid, Tabib Sun Bai menceritakan situasi dunia persilatan saat ini. Dalam waktu satu tahun, dunia persilatan mengalami perubahan yang drastis. Dari yang awalnya tenang menjadi penuh darah. Hal itu dimulai ketika ditemukannya kunci untuk membuka Peti Pengetahuan. Di dalam Peti Pengetahuan, terdapat lima kitab yang memiliki ilmu beladiri tertinggi. Lima kitab tersebut dikenal sebagai Kitab Langit. Para Pendekar dari berbagai sekte ingin membuka peti tersebut agar bisa mempelajari ilmu yang telah hilang 200 tahun yang lalu. Namun, yang terjadi justru kekacauan. Terjadi pe
Gadis muda itu tidak punya banyak waktu untuk terus meladeni Chen Yang. Ia ingin segera mengakhiri pertarungan sehingga mulai menggunakan jurus andalannya. Sebuah tebasan ia berikan, Chen Yang bisa menahan tebasan tersebut, tapi dua tebasan yang entah dari mana datangnya melukai Chen Yang. Dua goresan pedang mengukir tubuhnya. Chen Yang terkejut, jurus seperti ini baru pertama kali ia lihat. Belum hilang rasa terkejutnya, Chen Yang kembali menerima tebasan dari gadis muda itu. Sama seperti sebelumnya, tebasan itu berhasil ditahan, tapi ada dua tebasan yang tak terlihat menyerang dirinya. Chen Yang pun tumbang dalam dua serangan itu. Gadis muda itu merubah arah berdirinya. Zhao Lin yang menyadari gadis itu mengincar dirinya, langsung berlari. Namun, gadis itu lebih cepat dan berhasil menangkap Zhao Lin. Ia membawa bocah itu keluar dari sekte Lampion Merah. Chen Yang langsung membangkitkan diri untuk mengejar, tapi jejak mereka sudah menghilang. “Sebenarnya siapa gadis itu? Apa hubu
“Perjalanan kita masih jauh, sebaiknya isi perutmu terlebih dahulu!” Sepotong roti diberikan oleh Yin Yiyue pada Zhao Lin yang sedang tiduran di atas jerami di dalam sebuah gubuk tua. Wajah Zhao Lin terlihat masam melihat gadis muda yang menculiknya. “Cuma roti, apa tidak ada hidangan daging?” “Kamu sedang diculik, jangan minta yang macam-macam!” Zhao Lin menghela nafas, “Kukira diculik oleh kakak cantik berwajah bangsawan akan mendapatkan pelayanan kelas bangsawan, ternyata sama saja dengan om-om botak garang berkumis.” “Jika yang menculikmu om-om botak garang berkumis, kamu tidak akan bisa bicara seperti ini.”Tidak ada niat buruk dari Yin Yiyue menculik Zhao Lin. Apa yang ia lakukan semata-mata untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh gurunya. Entah apa alasannya, sang guru begitu tertarik menjadikan Zhao Lin sebagai seorang murid. Permintaan sang guru terasa sedikit janggal. Mengapa harus membawa Zhao Lin secara diam-diam, padahal bisa meminta secara baik-baik pada sekte
Yin Yiyue membangkitkan badan untuk berdiri. Namun, ia langsung tumbang tidak sadarkan diri.Zhao Lin menjadi panik, ia menggoncang-goncang tubuh Yin Yiyue. “Kakak... kakak...! Apa yang terjadi denganmu!”Para rombongan bagsawan Wei hanya melihat tanpa membantu. Ada perasaan takut pada diri mereka melihat kemampuan dari Yin Yiyue. Apalagi mereka tidak mengetahui niat kedua orang itu.Zhao Lin menjadi kesal dengan reaksi rombongan tersebut. “Kakakku sudah membantu kalian! Kenapa kalian malah diam saat kakakku membutuhkan pertolongan!”“Kenapa kalian diam saja, cepat bantu mereka!” perintah gadis muda yang kira-kira satu tahun lebih muda dari Zhao Lin kepada para pengawal.Namun, sang ayah justru menghentikannya. “Tunggu dulu! Kita tidak tau siapa mereka. Bisa saja ini adalah jebakan!”Para pengawal menodongkan bilah pedang pada Zhao Lin dan Yin Yiyue membuat Zhao Lin bertambah kesal. Ia tidak menduga situasinya akan seperti ini.“Ayah... mereka sudah membantu kita! Kenapa harus memperl