"Beraninya kau menyakiti adik seperguruanku!" ucap Xu Limei yang datang bersama rombongan sekte Telaga Dewi. "Dia menyakiti temanku terlebih dahulu. Aku hanya memukulnya mundur, tidak melukainya!" balas Yao Xiaoli. "Pria mesum itu berniat melecehkan kami, wajar jika kami menyerangnya!"Yao Xiaoli menatap Zhao Lin untuk meminta penjelasan, tapi pemuda itu justru lebih sibuk mengalirkan Tenaga Dalam untuk menutup lukanya. Meski tidak mendapat jawaban, Yao Xiaoli yakin Zhao Lin bukan laki-laki seperti itu. Xu Limei memperhatikan sebuah lencana yang terpasang pada pakaian Yao Xiaoli. Itu adalah simbol dari sekte Elang Langit. "Kau dari sekte Elang Langit! Kau seorang pelacur! Sungguh pasangan yang serasi, seorang pria mesum dan seorang wanita pelacur!" sindir Xu Limei. Alasan Xu Limei menganggap Yao Xiaoli sebagai wanita pelacur adalah karena sekte Elang Langit memiliki bisnis prostitusi. Elang Langit dan Telaga Dewi sangat berseberangan. Telaga Dewi sangat menjunjung tinggi kehorma
Zhao Meiling memberi informasi kepada Zhao Lin tentang kenapa banyak Pendekar datang ke Kota Lauhu. Tujuan mereka tidak lain adalah sesuatu yang berada di sebuah kuil sedikit di luar batas kota. Menurut informasi yag didapat, di tempat itu tersimpan salah satu Senjata Suci. Sebuah pesan misterius di terima oleh masing-masing sekte tentang keberadaan benda itu. Hal itu membuat banyak sekte mengirim Pendekar mereka untuk mengecek kebenaran berita tersebut. "Siapa yang memberi informasi tersebut?" tanya Zho Lin. "Tidak ada yang tau, tiap sekte menerima surat misterius yang menunjukkan keberadaan benda itu!" jawab Zhao Meiling. "Sekte Elang Langit juga mendapatkan surat yang sama. Saat ini, kakakku sedang dalam perjalanan ke sini untuk mengeceknya!" Yao Xiaoli ikut berkomentar. Perkiraan Zhao Lin, yang mengirim pesan tersebut adalah salah satu dari jiwa delapan Kitab Tanpa Tanding atau 26 Senjata Suci. Tujuan mereka jelas ingin menciptakan Perang Besar atau menciptakan seseorang yang
Zhao Lin dan Yao Xiaoli melanjutkan perjalanan menuju kuil. Sepanjang jalan selalu saja mereka temui pertarungan sehingga membuat langkah mereka terhambat. Apa yang terjadi terasa konyol bagi Zhao Lin. Belum tentu di dalam kuil terdapat Senjata Suci, tapi mereka sudah saling bunuh satu sama lain. Jika pun ada, sebaiknya mereka terlebih dahulu bekerjasama melawan Siluman yang menjaga kuil. Para Pendekar ini lebih memilih untuk menghentikan para pesaingnya terlebih dahulu sebelum bergerak ke dalam kuil. Hal ini justru membuat mereka akan berada dalam posisi sulit selanjutnya. Mereka akan sendirian saat berhadapan dengan Siluman penjaga kuil. "Tuan Muda Zhao... apa yang harus kita lakukan! Kita tidak mungkin bisa memasuki kuil jika situasinya seperti ini!""Sebaiknya kita mundur dulu, lalu mencari jalan lain untuk mencapai kuil!"Kedua insan tersebut mencari jalan alternatif, tapi hasilnya sama saja seperti di tempat sebelumnya. Banyak Pendekar juga melakukan hal
Bukannya semakin sepi, justru malah semakin ramai. Hari ini, Pendekar yang datang untuk mengunjungi kuil lebih banyak dari hari kemarin. Ini bertolak belakang dengan perkiraan Zhao Lin. Hal ini terbilang wajar mengingat hari pertama tidak mungkin didatangi oleh Pendekar yang berada jauh dari kuil. Jika situasinya seperti, maka besok dan beberapa hari ke depan akan lebih banyak Pendekar yang akan datang. Satu hal yang sedikit berbeda hari ini dengan kemarin. Hari ini, hampir tidak ada pertarungan dengan sesama mereka seperti hari kemarin. Saat ini, mereka lebih sibuk bertarung dengan Siluman yang menjaga gerbang kuil. Mungkin mereka telah sadar bahwa apa yang mereka lakukan kemarin hanya merugikan mereka. Namun, kemungkinan yang lebih meyakinkan adalah Pendekar-pendekar yang hadir hari ini berbeda dengan Pendekar yang datang hari kemarin. Kemarin, tempat ini didominasi oleh aliran hitan seperti Taring Pedang dan Kelelawar Darah. Hari ini, lebih banyak Pendekar dari aliran putih mau
Seekor Siluman Rubah dan seekor Siluman Serigala datang mendekat dari dua arah yang berbeda. Zhao Lin dan Yao Xiaoli terjebak pada situasi yang tidak pernah mereka perkirakan sebelumnya. Siluman adalah hewan yang mengalami mutasi akibat penggunaan Tenaga Dalam oleh para Pendekar di dunia persilatan. Tiap Tenaga Dalam yang dilepaskan akan menghasilkan radiasi yang dapat mempengaruhi hewan yang disekitarnya. Hewan yang banyak terkena radiasi secara perlahan akan berubah menjadi Siluman. Bisa dikatakan, Siluman tercipta karena ulah manusia terutama para Pendekar. Siluman memiliki kekuatan dan kecerdasan yang jauh lebih tinggi dari hewan biasa. Mereka menggunakan sebuah teknik tersendiri dalam bertarung. Mereka yang berkelompok bahkan bisa bertarung dalam sebuah formasi. Dengan kemampuan seperti itu, Siluman jelas adalah sebuah ancaman bagi manusia. Tidak jarang mereka membuat kekacauan di kehidupan manusia. Dunia persilatan memiliki hubungan yang buruk dengan Siluman. Tidak peduli it
"Jurus Sembilan Langkah!"Zhao Lin menggunakan jurus yang ia pelajari dari Zhuan Zhu. Namun, ia tidak bisa membuat langkah dengan sempurna. Kelebaran terowongan tidak memadai untuk ia bisa melakukan jurus tersebut. Yang terjadi justru ia menerima serangan dari Siluman Rubah. Zhao Lin hampir terlambat menghindari terkaman, sehingga pakaiannya sebagian robek oleh gigi-gigi tajam Siluman Rubah. Zhao Lin tersandar di dinding terowongan. Siluman Rubah tidak membuang waktu untuk melepaskan cakaran pada Zhao Lin. Pemuda itu tidak sempat menghindar sehingga membuat pangkal lengannya terluka. "Lin-gege!" teriak Yao Xiaoli yang tengah bertarung dengan Siluman Serigala. Ia cukup khawatir terhadap Zhao Lin. Bertarung dalam ruang sempit jelas berbeda dengan bertarung di tempat yang luas. Langkah yang terbatas membuat jurus yang dikuasai tidak bisa dilakukan dengan sempurna.Jika menggunakan Seni Naga, mungkin Zhao Lin bisa mengalahkan Sil
Di depan rumah kosong tempat pintu masuk terowongan menuju kuil, berdiri empat orang atau lebih tepatnya dua pria dan dua wanita. Dua wanita itu adalah Wei Jiali dan Xu Limei dari sekte Telaga Dewi. Sedangkan, dua pria adalah Huang Haoran dan Wang Maorong dari sekte Pulau Bunga Persik. Bisa ditebak tujuan mereka sudah pasti mencari jalan alternatif untuk memasuki kuil.Huang Haoran adalah bagian dari kekuarga bangsawan Huang yang menguasai kota Lauhu. Sedikit banyaknya ia mengetahui seluk-beluk kota beserta wilayah di sekitarnya, salah satunya terowongan yang menuju ke dalam kuil. "Haoran...! Apa kamu yakin, di sini tempat terowongan tersebut?" Tanya Wei Jiali. "Apa kamu meragukan pengetahuanku terhadap wilayah kekuasaan keluargaku!" Jawab Huang Haoran. Mereka berempat masuk ke dalam rumah untuk menemukan pintu terowongan. Namun, mereka mendapati sesuatu yang berada di luar perkiraan mereka. Lemari yang menutupi mulut terowongan telah terbuka dan menunjukkan dengan jelas terowongan
"Jiali... tenanglah! Apa kamu mengenal mereka berdua?" Tanya Huang Haoran. "Pria mesum itu pernah melecehkanku!" Wei Jiali mengarahkan jari telunjuknya pada Zhao Lin. Yang ditunjuk langsung mengerutkan kening, ia tidak habis pikir kenapa gadis itu tetap saja menganggapnya melakukan pelecehan, padahal ia hanya meliriknya sekali. "Jangan sembarangan bicara, sej...."Belum sempat Zhao Lin menyelesaikan kata-kata, Huang Haoran telah menyerangnya. Ia terpengaruh oleh kata-kata Wei Jiali yang tidak memiliki dasar tersebut. "Aku tidak suka dengan pria yang yang suka melecehkan wanita!""Bodoh! Kau telah dibohongi oleh wanita itu!"Zhao Lin dan Huang Haoran bertarung dengan tangan kosong. Kondisi terowongan membuat penggunaan senjata seperti pedang akan sangat sulit dilakukan. Terlalu sedikit ruang untuk bisa menggerakkan pedang. Yao Xiaoli hanya melihat dan membiarkan Zhao Lin bertarung sendiri. Ini adalah kesempatan untuk pemuda itu menambah pengalaman bertarung di tempat yang tidak ide