"Sudah lama kita berjalan, tapi tidak ada satu pun pengemis yang kita temui. Padahal ini adalah wilayah utama mereka!" ucap Sun Yigo."Yang membutuhkannya adalah mereka bukan kita. Jika sampai besok mereka masih tidak muncul, kita kembali ke sekte!" balas Mao Linpeng."Sambil menunggu mereka, bagaimana kalau kita menghibur diri di rumah bordil Elang Langit!""Kau gila!""Ayolah! Kita ke sana untuk menikmati arak, bukan untuk main wanita!"Zhao Lin terus mengikuti ke mana mereka pergi. Begitupun dengan pemuda misterius di depan Zhao Lin yang juga terus mengikuti Mao Linpeng dan Sun Yigo.Ada dua hal yang harus diselidiki oleh Zhao Lin sekarang. Pertama, apa yang disembunyikan oleh Mao Linpeng dan Sun Yigo! Kedua, kenapa pemuda ini mengikuti mereka!Tidak sulit menebak bahwa alasan pemuda itu berhubungan dengan apa yang disembunyikan dua mantan rekannya di sekte Lampion Merah. Hanya saja, Zhao Lin tidak tau apa itu!"Kenapa merek
Sun Yigo terlempar karena serangan dari murid sekte Sungai Perak. Tanpa ia sadari, sebuah kumpulan kertas ikut terlempar keluar dari pakaiannya. Kumpulan kertas tersebut jatuh tepat dihadapan Yao Xiaoli. Yao Xiaoli mengambil dan memeriksa kumpulan kertas tersebut. "Ini kan... salinan Kitab Naga Surgawi!" Ia langsung menyimpan kumpulan kertas tersebut sebelum dilihat oleh orang lain. Di tempat lain, Zhao Lin terlihat bertarung seimbang dengan Lin Feng. Gerakan yang mereka peragakan terbilang tinggi untuk pemuda seusia mereka. Tidak heran jika banyak yang lebih tertarik pada pertarungan mereka dibandingkan dengan pertarungan antara Mao Linpeng dan Sun Yigo dengan dua murid sekte Sungai Perak. "Jurus Sembilan Langkah!""Jurus Melawan Arus!"Zhao Lin menggunakan jurus yang ia pelajari dari Zhuan Zhu, sementara Lin Feng memakai salah satu jurus andalan sekte Sungai Perak. Dua jurus tersebut memiliki kekuatan yang seimbang. Di sisi lain, Zhao Lin dan Lin Feng telah menguasai jurus merek
"Kupikir kamu mau jalan-jalan ke mana! Ternyata kamu bertemu dengan Nona Yao!" ledek Zhao Meiling pada Zhao Lin yang baru datang. "Siapa juga yang mau bertemu dengannya! Itu hanya sebuah kebetulan!" balas Zhao Lin sambil mendudukkan diri di kursi yang berada di ruangan Zhao Meiling. Paviliun Matahari memang telah menjadi rumah bagi Zhao Lin. Sehari-hari ia tinggal di tempat itu. Bukan karena ia tidak punya tempat tinggal lain, melainkan ia merasa nyaman berada di sana. "Bebeapa hari lalu, aku mengirim surat pada Ketua Zhang tentang dirimu. Hari ini dia memberikan balasan." Zhao Meiling melemparkan sepucuk surat kepada Zhao Lin. Ketua Zhang yang dimaksud oleh Zhao Meiling adalah pemimpin dari Matahari Timur dan Paviliun Matahari. Zhao Meiling telah menceritakan semuanya tentang Zhao Lin termasuk keinginan Zhao Lin untuk memasuki Perpustakaan Cahaya. Zhao Lin membuka sepucuk surat tersebut. Awal surat berisi tentang permintaan maaf sekte Matahari Timur karena membiarkan Zhao Lin da
Hari ini, Kota Lauhu terlihat berbeda dari hari-hari biasanya. Terlihat banyak Pendekar lalu-lalang di jalanan kota. "Taring Pedang, Kelelawar Darah... kebanyakan mereka adalah aliran hitam!"Zhao Lin merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Pendekar-pendekar tersebut di Kota Lauhu. Sejauh ini, tidak ada keributan yang ditimbulkan oleh Pendekar dari aliran hitam. Namun, tetap saja itu membuat resah para penduduk. Tidak berapa lama, seseorang berlari sambil berteriak. Kondisi orang itu tidak terlihat baik. Satu tangannya terputus dan tubuhnya dipemuhi luka. Dari pakaiannya, bisa diketahui bahwa orang itu adalah anggota Taring Pedang. Dia pun berlari menuju kumpulan Pendekar Taring Pedang. "Tempat itu dijaga Siluman. Dia telah membunuh teman-teman kita!" ucap Pendekar itu sambil menunjuk ke suatu tempat. Zhao Lin melirik ke arah yang ditunjuk oleh Pendekar tersebut. Tempat itu adalah sebuah kuil yang berada di atas bukit di luar Kota Lauhu. Zhao Lin merasa penasaran dengan apa y
"Beraninya kau menyakiti adik seperguruanku!" ucap Xu Limei yang datang bersama rombongan sekte Telaga Dewi. "Dia menyakiti temanku terlebih dahulu. Aku hanya memukulnya mundur, tidak melukainya!" balas Yao Xiaoli. "Pria mesum itu berniat melecehkan kami, wajar jika kami menyerangnya!"Yao Xiaoli menatap Zhao Lin untuk meminta penjelasan, tapi pemuda itu justru lebih sibuk mengalirkan Tenaga Dalam untuk menutup lukanya. Meski tidak mendapat jawaban, Yao Xiaoli yakin Zhao Lin bukan laki-laki seperti itu. Xu Limei memperhatikan sebuah lencana yang terpasang pada pakaian Yao Xiaoli. Itu adalah simbol dari sekte Elang Langit. "Kau dari sekte Elang Langit! Kau seorang pelacur! Sungguh pasangan yang serasi, seorang pria mesum dan seorang wanita pelacur!" sindir Xu Limei. Alasan Xu Limei menganggap Yao Xiaoli sebagai wanita pelacur adalah karena sekte Elang Langit memiliki bisnis prostitusi. Elang Langit dan Telaga Dewi sangat berseberangan. Telaga Dewi sangat menjunjung tinggi kehorma
Zhao Meiling memberi informasi kepada Zhao Lin tentang kenapa banyak Pendekar datang ke Kota Lauhu. Tujuan mereka tidak lain adalah sesuatu yang berada di sebuah kuil sedikit di luar batas kota. Menurut informasi yag didapat, di tempat itu tersimpan salah satu Senjata Suci. Sebuah pesan misterius di terima oleh masing-masing sekte tentang keberadaan benda itu. Hal itu membuat banyak sekte mengirim Pendekar mereka untuk mengecek kebenaran berita tersebut. "Siapa yang memberi informasi tersebut?" tanya Zho Lin. "Tidak ada yang tau, tiap sekte menerima surat misterius yang menunjukkan keberadaan benda itu!" jawab Zhao Meiling. "Sekte Elang Langit juga mendapatkan surat yang sama. Saat ini, kakakku sedang dalam perjalanan ke sini untuk mengeceknya!" Yao Xiaoli ikut berkomentar. Perkiraan Zhao Lin, yang mengirim pesan tersebut adalah salah satu dari jiwa delapan Kitab Tanpa Tanding atau 26 Senjata Suci. Tujuan mereka jelas ingin menciptakan Perang Besar atau menciptakan seseorang yang
Zhao Lin dan Yao Xiaoli melanjutkan perjalanan menuju kuil. Sepanjang jalan selalu saja mereka temui pertarungan sehingga membuat langkah mereka terhambat. Apa yang terjadi terasa konyol bagi Zhao Lin. Belum tentu di dalam kuil terdapat Senjata Suci, tapi mereka sudah saling bunuh satu sama lain. Jika pun ada, sebaiknya mereka terlebih dahulu bekerjasama melawan Siluman yang menjaga kuil. Para Pendekar ini lebih memilih untuk menghentikan para pesaingnya terlebih dahulu sebelum bergerak ke dalam kuil. Hal ini justru membuat mereka akan berada dalam posisi sulit selanjutnya. Mereka akan sendirian saat berhadapan dengan Siluman penjaga kuil. "Tuan Muda Zhao... apa yang harus kita lakukan! Kita tidak mungkin bisa memasuki kuil jika situasinya seperti ini!""Sebaiknya kita mundur dulu, lalu mencari jalan lain untuk mencapai kuil!"Kedua insan tersebut mencari jalan alternatif, tapi hasilnya sama saja seperti di tempat sebelumnya. Banyak Pendekar juga melakukan hal
Bukannya semakin sepi, justru malah semakin ramai. Hari ini, Pendekar yang datang untuk mengunjungi kuil lebih banyak dari hari kemarin. Ini bertolak belakang dengan perkiraan Zhao Lin. Hal ini terbilang wajar mengingat hari pertama tidak mungkin didatangi oleh Pendekar yang berada jauh dari kuil. Jika situasinya seperti, maka besok dan beberapa hari ke depan akan lebih banyak Pendekar yang akan datang. Satu hal yang sedikit berbeda hari ini dengan kemarin. Hari ini, hampir tidak ada pertarungan dengan sesama mereka seperti hari kemarin. Saat ini, mereka lebih sibuk bertarung dengan Siluman yang menjaga gerbang kuil. Mungkin mereka telah sadar bahwa apa yang mereka lakukan kemarin hanya merugikan mereka. Namun, kemungkinan yang lebih meyakinkan adalah Pendekar-pendekar yang hadir hari ini berbeda dengan Pendekar yang datang hari kemarin. Kemarin, tempat ini didominasi oleh aliran hitan seperti Taring Pedang dan Kelelawar Darah. Hari ini, lebih banyak Pendekar dari aliran putih mau