Yin Yiyue membangkitkan badan. Tangannya mengusap cairan merah yang keluar dari mulutnya. Tatapan penuh kebencian mengarah pada sosok Xia Liruo.
“Hentikan semua ini, nak! Tidak ada alasan kamu melakukan semua ini!” ucap Xia Liruo.
“Tidak ada alasan! Kau membunuh ibuku dan menyebutku tidak punya alasan melakukan ini!”
Yin Yiyue melangkah perlahan menuju Xia Liruo. Raut wajahnya telah menunjukkan bahwa hatinya telah dipenuhi oleh kemarahan. Hanya ada satu hal yang ada dalam pikirannya, membunuh Xia Liruo!
“Seni Naga – Cakar Naga!”
Sebuah serangan kembali dilakukan oleh Yin Yiyue. Kali ini dia menggunakan tahap pertama dari Seni Naga, Jurus Cakar Naga. Sebuah tebasan dilakukan oleh Yin Yiyue diikuti oleh dua tebasan tak terlihat.
Xia Liruo merasakan ada sesuatu yang aneh dari serangan Yin Yiyue, ia merasakan sebuah gelombang yang datang kepadanya. Sonta, ia langsung menghindari serangan Yin Yiyue secepat yang ia bisa.
Xia Liruo be
Tiga bulan mengurung diri untuk mempelajari Kitab Naga Surgawi, Zhao Lin kini telah berhasil menguasai tahap pertama dari Seni Naga, yaitu Jurus Cakar Naga. Jurus ini baru dipelajari sekarang oleh Zhao Lin karena untuk bisa menguasainya membutuhkan syarat berada di tingkat Pendekar Ahli. Ia baru mencapai tingkat ini beberapa waktu lalu, lebih tepatnya sebelum ia meninggalkan Desa Merak. Inilah pentingnya tingkat Pendekar. Jurus-jurus tingkat tinggi baru bisa dipelajari pada tingkat Pendekar tertentu. Sebagus apapun teknik dasar beladiri seseorang, jika ia tidak berada di tingkat Pendekar yang dibutuhkan, ia tidak akan bisa mempelajari jurus tersebut. Tempat Zhao Lin berlatih adalah sebuah ruang bawah tanah yang berada di Paviliun Matahari. Tempat ini memang terbilang aman karena para pegawai dilarang memasuki ruangan ini tanpa seizin manajer toko. "Bagaimana hasil latihanmu?" tanya Zhao Meiling. "Tidak buruk! Aku berhasil menguasai tahap pertama Seni Naga!" jawab Zhao Lin. Memang
"Sudah lama kita berjalan, tapi tidak ada satu pun pengemis yang kita temui. Padahal ini adalah wilayah utama mereka!" ucap Sun Yigo."Yang membutuhkannya adalah mereka bukan kita. Jika sampai besok mereka masih tidak muncul, kita kembali ke sekte!" balas Mao Linpeng."Sambil menunggu mereka, bagaimana kalau kita menghibur diri di rumah bordil Elang Langit!""Kau gila!""Ayolah! Kita ke sana untuk menikmati arak, bukan untuk main wanita!"Zhao Lin terus mengikuti ke mana mereka pergi. Begitupun dengan pemuda misterius di depan Zhao Lin yang juga terus mengikuti Mao Linpeng dan Sun Yigo.Ada dua hal yang harus diselidiki oleh Zhao Lin sekarang. Pertama, apa yang disembunyikan oleh Mao Linpeng dan Sun Yigo! Kedua, kenapa pemuda ini mengikuti mereka!Tidak sulit menebak bahwa alasan pemuda itu berhubungan dengan apa yang disembunyikan dua mantan rekannya di sekte Lampion Merah. Hanya saja, Zhao Lin tidak tau apa itu!"Kenapa merek
Sun Yigo terlempar karena serangan dari murid sekte Sungai Perak. Tanpa ia sadari, sebuah kumpulan kertas ikut terlempar keluar dari pakaiannya. Kumpulan kertas tersebut jatuh tepat dihadapan Yao Xiaoli. Yao Xiaoli mengambil dan memeriksa kumpulan kertas tersebut. "Ini kan... salinan Kitab Naga Surgawi!" Ia langsung menyimpan kumpulan kertas tersebut sebelum dilihat oleh orang lain. Di tempat lain, Zhao Lin terlihat bertarung seimbang dengan Lin Feng. Gerakan yang mereka peragakan terbilang tinggi untuk pemuda seusia mereka. Tidak heran jika banyak yang lebih tertarik pada pertarungan mereka dibandingkan dengan pertarungan antara Mao Linpeng dan Sun Yigo dengan dua murid sekte Sungai Perak. "Jurus Sembilan Langkah!""Jurus Melawan Arus!"Zhao Lin menggunakan jurus yang ia pelajari dari Zhuan Zhu, sementara Lin Feng memakai salah satu jurus andalan sekte Sungai Perak. Dua jurus tersebut memiliki kekuatan yang seimbang. Di sisi lain, Zhao Lin dan Lin Feng telah menguasai jurus merek
"Kupikir kamu mau jalan-jalan ke mana! Ternyata kamu bertemu dengan Nona Yao!" ledek Zhao Meiling pada Zhao Lin yang baru datang. "Siapa juga yang mau bertemu dengannya! Itu hanya sebuah kebetulan!" balas Zhao Lin sambil mendudukkan diri di kursi yang berada di ruangan Zhao Meiling. Paviliun Matahari memang telah menjadi rumah bagi Zhao Lin. Sehari-hari ia tinggal di tempat itu. Bukan karena ia tidak punya tempat tinggal lain, melainkan ia merasa nyaman berada di sana. "Bebeapa hari lalu, aku mengirim surat pada Ketua Zhang tentang dirimu. Hari ini dia memberikan balasan." Zhao Meiling melemparkan sepucuk surat kepada Zhao Lin. Ketua Zhang yang dimaksud oleh Zhao Meiling adalah pemimpin dari Matahari Timur dan Paviliun Matahari. Zhao Meiling telah menceritakan semuanya tentang Zhao Lin termasuk keinginan Zhao Lin untuk memasuki Perpustakaan Cahaya. Zhao Lin membuka sepucuk surat tersebut. Awal surat berisi tentang permintaan maaf sekte Matahari Timur karena membiarkan Zhao Lin da
Hari ini, Kota Lauhu terlihat berbeda dari hari-hari biasanya. Terlihat banyak Pendekar lalu-lalang di jalanan kota. "Taring Pedang, Kelelawar Darah... kebanyakan mereka adalah aliran hitam!"Zhao Lin merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Pendekar-pendekar tersebut di Kota Lauhu. Sejauh ini, tidak ada keributan yang ditimbulkan oleh Pendekar dari aliran hitam. Namun, tetap saja itu membuat resah para penduduk. Tidak berapa lama, seseorang berlari sambil berteriak. Kondisi orang itu tidak terlihat baik. Satu tangannya terputus dan tubuhnya dipemuhi luka. Dari pakaiannya, bisa diketahui bahwa orang itu adalah anggota Taring Pedang. Dia pun berlari menuju kumpulan Pendekar Taring Pedang. "Tempat itu dijaga Siluman. Dia telah membunuh teman-teman kita!" ucap Pendekar itu sambil menunjuk ke suatu tempat. Zhao Lin melirik ke arah yang ditunjuk oleh Pendekar tersebut. Tempat itu adalah sebuah kuil yang berada di atas bukit di luar Kota Lauhu. Zhao Lin merasa penasaran dengan apa y
"Beraninya kau menyakiti adik seperguruanku!" ucap Xu Limei yang datang bersama rombongan sekte Telaga Dewi. "Dia menyakiti temanku terlebih dahulu. Aku hanya memukulnya mundur, tidak melukainya!" balas Yao Xiaoli. "Pria mesum itu berniat melecehkan kami, wajar jika kami menyerangnya!"Yao Xiaoli menatap Zhao Lin untuk meminta penjelasan, tapi pemuda itu justru lebih sibuk mengalirkan Tenaga Dalam untuk menutup lukanya. Meski tidak mendapat jawaban, Yao Xiaoli yakin Zhao Lin bukan laki-laki seperti itu. Xu Limei memperhatikan sebuah lencana yang terpasang pada pakaian Yao Xiaoli. Itu adalah simbol dari sekte Elang Langit. "Kau dari sekte Elang Langit! Kau seorang pelacur! Sungguh pasangan yang serasi, seorang pria mesum dan seorang wanita pelacur!" sindir Xu Limei. Alasan Xu Limei menganggap Yao Xiaoli sebagai wanita pelacur adalah karena sekte Elang Langit memiliki bisnis prostitusi. Elang Langit dan Telaga Dewi sangat berseberangan. Telaga Dewi sangat menjunjung tinggi kehorma
Zhao Meiling memberi informasi kepada Zhao Lin tentang kenapa banyak Pendekar datang ke Kota Lauhu. Tujuan mereka tidak lain adalah sesuatu yang berada di sebuah kuil sedikit di luar batas kota. Menurut informasi yag didapat, di tempat itu tersimpan salah satu Senjata Suci. Sebuah pesan misterius di terima oleh masing-masing sekte tentang keberadaan benda itu. Hal itu membuat banyak sekte mengirim Pendekar mereka untuk mengecek kebenaran berita tersebut. "Siapa yang memberi informasi tersebut?" tanya Zho Lin. "Tidak ada yang tau, tiap sekte menerima surat misterius yang menunjukkan keberadaan benda itu!" jawab Zhao Meiling. "Sekte Elang Langit juga mendapatkan surat yang sama. Saat ini, kakakku sedang dalam perjalanan ke sini untuk mengeceknya!" Yao Xiaoli ikut berkomentar. Perkiraan Zhao Lin, yang mengirim pesan tersebut adalah salah satu dari jiwa delapan Kitab Tanpa Tanding atau 26 Senjata Suci. Tujuan mereka jelas ingin menciptakan Perang Besar atau menciptakan seseorang yang
Zhao Lin dan Yao Xiaoli melanjutkan perjalanan menuju kuil. Sepanjang jalan selalu saja mereka temui pertarungan sehingga membuat langkah mereka terhambat. Apa yang terjadi terasa konyol bagi Zhao Lin. Belum tentu di dalam kuil terdapat Senjata Suci, tapi mereka sudah saling bunuh satu sama lain. Jika pun ada, sebaiknya mereka terlebih dahulu bekerjasama melawan Siluman yang menjaga kuil. Para Pendekar ini lebih memilih untuk menghentikan para pesaingnya terlebih dahulu sebelum bergerak ke dalam kuil. Hal ini justru membuat mereka akan berada dalam posisi sulit selanjutnya. Mereka akan sendirian saat berhadapan dengan Siluman penjaga kuil. "Tuan Muda Zhao... apa yang harus kita lakukan! Kita tidak mungkin bisa memasuki kuil jika situasinya seperti ini!""Sebaiknya kita mundur dulu, lalu mencari jalan lain untuk mencapai kuil!"Kedua insan tersebut mencari jalan alternatif, tapi hasilnya sama saja seperti di tempat sebelumnya. Banyak Pendekar juga melakukan hal
Xia Liruo terlibat pembicaraan empat mata dengan Patriark Yin di sebuah ruangan. Tidak seorang pun diizinkan masuk dan terlibat pembicaraan.Di sisi lain, Zhao Lin sangat ingin tau apa yang sedang mereka bicarakan. Ia mencoba menguping, tapi para murid sekte Telaga Dewi menghalangi. "Tuan Muda Zhao, ini adalah pembicaraan penting antara Ketua kami dengan Patriark Yin. Harap Tuan Muda memberi muka pada kami!"Zhao Lin mendengus kesal mendapat peringatan dari para gadis itu. Si pemuda tau ini adalah sebuah pembicaraan penting. Namun, ia perlu tau agar bisa memahami situasi apa yang terjadi antara lima sekte besar aliran putih dengan keluarga Yin serta hubungannya dengan Aliansi Lima Tombak. "Lin-gege... aku tidak tau mereka membicarakan apa, tapi aku tau arah pembicaraan mereka!" Yin Xuehua membisikkan sesuatu pada Zhao Lin. "Kira-kira mereka membicarakan apa?" tanya Zhao Lin"Aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, kit
Rombongan wanita yang datang ini adalah anggota dari sekte Telaga Dewi. Bukan sembarang rombongan, tapi diantara mereka terdapat pemimpin tertinggi mereka, Xia Liruo. "Hormat kami, Kepala Biarawati Xia!"Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik memberi hormat pada rombongan Telaga Dewi, terutama kepada Ketua mereka, Xia Liruo. Sementara itu, Zhao Lin tidak melakukan apa-apa. Ia merasa tidak perlu memberi hormat kepada orang-orang ini karena si pemuda menganggap mereka adalah teman dari Pulau Bunga Persik. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian ribut-tibut?" Pertanyaan dari Xia Liruo. Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik menjelaskan apa yang terjadi. Xia Liruo pun melirik pada Zhao Lin. "Anak muda... apa alasanmu memukul Pendekar ini. Apa kau memiliki masalah dengannya?" "Bukan hanya dengan dia, tapi aku memiliki masalah dengan Pulau Bunga Persik. Sebaiknya kalian jangan ikut campur! Aku tidak memiliki masalah denga
Zhao Lin terbangun dari tidurnya. Ia segera membangkitkan badan dan terduduk di atas ranjang. Bola mata pemuda itu berkeliling melihat ruang yang terasa asing baginya. Si pemuda memegangi bagian belakang kepalanya yang masih terasa sedikit sakit. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi saat terakhir kali ia tersadar. Saat itu, jiwa Pedang Penguasa Dunia menguasai tubuhnya. "Apa-apaan! Dia bilang dia baru bisa berinteraksi denganku setelah aku mencapai tingkat Pendekar Bumi! Tapi, kemarin dia bisa menguasai tubuhku. Dia tidak bisa dipercaya!" Zhao Lin bergumam sendiri. Zhao Lin menuruni ranjang untuk mencari tau di mana ia berada saat ini. Ia berjalan ke arah jendela dan membuka jendela tersebut. Dari apa yang ia lihat, ia bisa menduga bahwa saat ini sedang berada di kediaman sebuah keluarga besar. Itu terlihat dari bentuk serta tata letak bangunan tersebut.Namun, suasana kediaman ini tidak terlihat seperti kediaman keluarga besar lainn
"Tidak salah kan, jika benda ini untukku!" Ma Chao berucap sambil menunjukkan Tombak Raja Naga. Xiao Yan dan tiga orang lainnya terkejut, ternyata teman yang membantu Chu Yin adalah Ma Chao. Pandangan mereka berempat terarah pada si gadis, seperti meminta penjelasan bagaimana mereka bisa saling mengenal. Chu Yin sendiri tidak bisa berkata apa-apa. Ia juga terkejut, ternyata keempat orang ini dan Ma Chao sudah saling mengenal. Ia juga seolah-olah terlihat seperti meminta penjelasan, bagaimana ini bisa terjadi. "Kau bisa memilikinya jika kau bergabung dengan kami!" ucap Xiao Yan. Sontak, kata-kata Xiao Yan menghadirkan protes dari Dong Fu. "Xiao Yan... kita sudah sepakat bahwa Senjata Suci kali ini akan diberikan padaku atau Gao Hao. Kau tidak bisa menyerahkannya pada Ma Chao begitu saja!"Sebelumnya, keempat orang itu memang sudah membuat kesepakatan bahwa Tombak Raja Naga adalah untuk Gao Hao atau Dong Fu. Mengingat Xiao Yan dan Yin Y
"Jangan membohongiku! Tidak mungkin ada yang tau kau membawa Tombak Raja Naga itu!"Xiao Yan tidak percaya begitu saja pada Chu Yin. Setiap Senjata Suci bisa mengecil yang membuat ia mudah disimpan dan tidak mencolok saat dibawa. Jika si gadis tidak menunjukkan pada orang lain tidak akan ada yang tau Tombak Raja Naga itu berada bersamanya. Satu-satunya pihak yang memiliki kemungkinan mengetahui itu hanyalah dari sekte Pulau Bunga Persik. Merekalah yang memiliki Senjata Suci itu dan Chu Yin adalah bekas pelayan mereka. Jika pun Chu Yin ketahuan oleh pihak Pulau Bunga Persik, maka yang datang ke tempat ini bukan si gadis, tapi perwakilan dari sekte tersebut. "Ampun, Tuan! Saya tidak berbohong. Benda itu memang direbut oleh seseorang!"Chu Yin tidak sepenuhnya berbohong. Nyatanya, Tombak Raja Naga memang direbut oleh seseorang bernama Ma Chao. Sampai saat ini, si gadis tidak mengerti bagaimana pemuda itu mengetahui Senjata Suci itu berada
Ma Chao tersandar pada sebuah pohon dengan napas yang terburu. Pertarungan kemarin masih memberi efek pada tubuhnya. Terdapat sejumlah luka yang masih belum pulih. Pertarungan itu benar-benar diluar perkiraan Ma Chao. Jiwa Tombak Raja Naga dan jiwa Pedang Penguasa Dunia seperti saling membenci satu sama lain. Tidak disangka, ia dan Zhao Lin terseret dalam perselisihan tersebut. "Sepertinya, aku tidak bisa lagi berdekatan dengan pemuda itu!" Ma Chao bergumam sendiri. Dibandingkan perselisihan dua jiwa Senjata Suci itu, pikiran Ma Chao lebih terganggu dengan kejadian terakhir yang menghentikan pertarungan. Kehadiran sebuah pedang misterius yang datang entah dari mana. Meski saat itu tubuh dan pikiran Ma Chao dikendalikan oleh jiwa Tombak Raja Naga, tapi ia masih bisa melihat kejadian itu. Jiwa Tombak Raja Naga tau dengan pedang tersebut, tapi Ma Chao tidak mengenalnya sama sekali. Si pemuda hafal betul ke-26 Senjata Suci dan pedang itu tidak ter
Zhao Lin menatap tajam pada Ma Chao. Ilmu itu telah dikenal oleh jiwa Pedang Penguasa Dunia. Ini merupakan sebuah Seni Kabut yang terdapat dalam Kitab Kabut Hitam. Diam-diam, Ma Chao telah mendapatkan salah satu Kitab Tanpa Tanding dan mempelajarinya. Tubuh Ma Chao berubah menjadi kabut dan bergerak ke arah Zhao Lin. Gerak kabut melambat saat sudah dekat dengan Zhao Lin. Namun, itu tetap tidak menguntungkan sama sekali. Tebasan yang dilakukan akan percuma, itu hanya akan melewati kabut itu begitu saja. Kabut tersebut menyimuti tubuh Zhao Lin. Seketika, sesuatu seperti petir muncul dari kabut dan menyambar tubuh Zhao Lin. Dalam hitungan detik, pemuda itu di buat tumbang. Ma Chao kembali ke bentuk semula. Senyum sinis terukir di wajahnya. Jiwa Tombak Raja Naga merasa di atas angin, ia berpikir kemenangan sudah jadi miliknya. Namun, jiwa Pedang Penguasa Dunia tidak menyerah begitu saja. Ia kembali membangkitkan tubuh Zhao Lin. Satu hal yang membe
Sebuah pukulan diberikan Zhao Lin kepada Ma Chao. Pemuda itu terlempar cukup jauh hingga tubuhnya menyusur tanah. Debu-debu berterbangan membuat si pemuda terbatuk.Ma Chao mulai membangkitkan diri setelah debu-debu itu menghilang. Ada yang berbeda darinya. Bola matanya berubah menjadi merah gelap. Raut wajahnya pun terlihat berbeda dari biasanya. Tidak salah lagi, jiwa Tombak Raja Naga telah merasuki tubuh Ma Chao. "Akhirnyanya kau keluar juga!" ucap Zhao Lin. Ma Chao mendekatkan diri pada Zhao Lin. "Kau keluar sebelum waktu yang ditentukan. Jika dia tau, kita semua dalam masalah besar!" "Dia masih tersegel di makam itu! Tidak perlu takut dia akan tau. Sebaiknya kita selesaikan masalah kita!""Ayo kita lakukan!"Zhao Lin dan Ma Chao kembali mengangkat senjata. Tidak membuang waktu, mereka kembali terlibat dalam pertarungan. Zhao Lin terlihat lebih serius dari sebelumnya. Serangan demi serangan yang ia lakukan terlih
"Mati Kau!"Jendral Buaya mengayunkan pedang ke arah Zhao Lin. Tidak tanggung-tanggung, ia mengarahkan pada bagian leher untuk memenggal pemuda itu. "Trang...!"Sesuatu yang tidak diduga oleh Jendral Buaya terjadi. Pedang itu langsung patah ketika menyentuh leher Zhao Lin. Seketika, pemuda itu membangkitkan kepala. Ada perbedaan terjadi pada Zhao Lin. Bola matanya berubah menjadi berwarna hijau terang. Ditambah lagi dengan tatapan yang begitu mengerikan, berbeda dengan sebelumnya. Dalam satu gerakan, Zhao Lin mencekik Jendral Buaya. Pria paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Genggamannya begitu kuat, tidak bisa dilepaskan begitu saja.Zhao Lin melambungkan Jendral Buaya ke udara. Saat itu juga, si pemuda juga mengacungkan Pedang Penguasa Dunia ke atas. Tidak berselang lama, Jendral Buaya jatuh dan tertancap pada Pedang Penguasa Dunia. Satu gerakan Zhao Lin membuat mayat Jendral Buaya terlempar pada tempat di man