"Wewe. Wewe adalah memedi yang diperkirakan sebagai istri/pasangan Genderuwa (hantu aja nggak jomblo), orang jawa menggambarkan wewe ini sebagai perempuan tua menakutkan dengan badan kurus dan penuh keriput, dia itu memiliki wajah yang sangat buruk juga seram, buah dada yang menggelambir sampai tanah memedi ini sering membawa kabur anak anak manusia, disembunyikan baik di suatu tempat atau disela-sela buah dadanya, lalu juga ada Kuntilanak atau disebut juga punthianak, adalah memedi perempuan berwajah cantik dengan rambut terurai sampai ke tanah, beda dengan Wewe karena dia tidak punya pasangan, akan tetapi Kuntilanak itu dikatakan tidak mempunyai alat kelamin, dan sebagai gantinya hanya ada lubang menganga yang selalu bergerak ke sekujur tubuh, oleh karena itu mereka kadang juga disebut sebagai sundel bolong yang biasa tertawa melengking, dan yang terakhir adalah ..." sengaja Raja iblis menghentikan ucapannya.
Siapa yang terakhir Tuan Raja?" tanya Demit Begog terlihat begitu
"Bagus kalau kalian berdua telah masuk ke alam gaib, kita para dedemit tidak perlu lagi repot-repot datang ke alam nyatamu," ujar Demit Begog memulai pembicaraannya dan kemudian langsung disahut oleh demit yang lain."Heh Dewa Ndaru! Aku tidak senang ada pendatang baru yang berani berbuat onar di sini, kenapa kau terlihat malah bersahabat dengannya?" tanya Demit Bulgur pada Dewa Ndaru yang memang sebenarnya mereka memang sudah saling mengenal."Aku rasa aku tidak perlu lagi repot-repot menjawabnya Bulgur, sebab itu semua sudah dijelaskan oleh Pemimpinmu Demit Begog," jawab Dewa Ndaru yang rupanya sudah mendapatkan bisikan dari Bojapradata, dan itu otomatis membuat para dedemit itupun merasa heran.'Hoh ... rupanya Dewa Ndaru sudah mengetahui dengan apa yang baru saja kami alami,' ucap batin para dedemit itu sambil terbengong-bengong. Dan terbengongnya itu makin bertambah manakala Bojapradata menambahi ucapan Dewa Ndaru tadi."Heh Begog, Bulgur, Baong dan
'Hoh ... nampaknya para dedemit itu telah musnah, yah .. aku tahu meskipun secara raga mereka telah sirna namun itu tidak untuk sukma dan roh mereka, karena seperti yang aku lihat itu tadi, kini sukma dan roh mereka telah berpindah ke tempat yang lain. Hmmm ... meskipun selama ini aku tidak pernah bermusuhan dengan para dedemit itu, namun sebenarnya kehadiran mereka di Padangkarautan ini juga bukan atas kemauanku,' begitulah bunyi dari ucapan hati Dewa Ndaru. Setelah merasa yakin bahwa para lawan-lawannya itu tadi sudah musnah maka Bojapradata pun langsung memberi kode pada Dewa Ndaru untuk segera kembali ke raga mereka di alam nyata, dan benar saja tidak lama setelah itu tubuh dua manusia sakti yang dalam waktu yang cukup lama nampak diam terpaku itu kini terlihat mulai bergerak-gerak dengan diikuti dua kelopak mata mereka yang terbuka dengan pelan-pelan. "Hoh ... rupanya waktu telah lewat tengah malam Ndaru," ujar Bojapradata. "Benar Tuan Boja, sepertin
"Ada apa pengawal ...?" ujar wanita cantik itu masih dengan posisinya yang masih bersandar, lalu karena tidak ada jawaban dari pengawalnya maka wanita cantik itu pun langsung bangun dan kemudian langsung membuka jendela keretanya itu, dan betapa terkejutnya dia begitu jendela terbuka muncullah seekor burung merpati putih yang sangat cantik dengan jambul kuning di atas kepalanya."Oh ... burung yang sangat cantik, burung siapa ini? Mari cantik masuk sini," ujar wanita cantik itu nampak begitu terkagum-kagum, bak gayung bersambut burung itu pun langsung menyelinap masuk dan duduk di atas pangkuan wanita cantik itu, dibelai-belainya burung merpati putih itu, adapun sang merpati sendiri terlihat juga menikmati belaian tersebut dan bahkan dalam hatinya sang burung juga nampak berujar, 'Benar-benar cantik wanita ini, tapi rupanya dia sedang hamil, namun begitu aura kecantikannya tidak luntur samasekali, benar-benar luar biasa, siapa dia ini sebenarnya? Rasa-rasanya aku belum pernah
Ditengah Ni Luh berusaha untuk mengeluarkan bayinya tiba-tiba saja dukun yang bertugas memegangi bagian perut melihat dan merasakan kejadian yang aneh dan diluar dugaan, karena tiba-tiba saja ada pergerakan yang terjadi dari dalam perut Ni Luh Apsari, pergerakan itu nampak begitu nyata, dan rupanya sang jabang bayi yang semestinya bisa langsung keluar namun tiba-tiba malah berputar seratus delapan puluh derajat dengan merubah posisinya hingga menjadi sungsang."Aaah ... sakit ... aduh ... heeeh ..." Ni Luh Apsari terus merintih dan mengerang kesakitan hingga akhirnya kejadian yang tidak diinginkan pun benar-benar terjadi, Ni Luh Apsari istri saudagar kaya raya itu menghembuskan nafas terakhirnya setelah gagal memperjuangkan kelahiran sang jabang bayi.Sementara itu sesaat setelah Ni Luh Apsari meninggal nampak dari dalam perut istri juragan Waluya itu masih terlihat gerakan-gerakan dari sang jabang bayi yang menandakan bahwa ia masih hidup, melihat hal itu maka para du
Jangan juragan Waluya, biar aku saja yang memerintahkan pada warga," sahut Pak Biksu mencegah, dan kemudian dia pun langsung berseru, "Para Bapak -bapak sekalian ... saya perintahkan kepada para bapak yang hadir untuk membuatkan liang kubur untuk jenasah istri juragan Waluya." Dan begitulah akhirnya para bapak yang hadir di sana pun segera bersama-sama bekerja membuat galian kubur dipinggiran halaman rumah juragan Waluya itu dengan beramai-ramai.Sementara itu Bojapradata yang semenjak tadi berada di atas pohon yang berada tepat di atas makam Ni Luh Apsari nampak manggut-manggut melihat apa yang sedang terjadi di bawahnya."Kenapa juragan Waluya mengubur jenazah istrinya disini? Heh ... mesti cari strategi lagi untuk bisa membongkar mayatnya," ujar Bojapradata sambil terus memandangi proses pemakaman yang nampak hampir selesai itu.Waktu terus berlalu dan setelah selesai acara penguburan jenazah Ni Luh Apsari nampak para warga sudah pada pulang, dan hanya tingga
"Yah .. inilah aku, aku memang manusia siluman, dan perlu kamu ketahui kalau memang aku ini sangat menyukai istrimu," ujar Bojapradata yang langsung disahuti oleh juragan Waluya. "Dasar manusia iblis! Apakah matamu buta?! Tidakkah kau melihat kalau istriku sudah meninggal?!" "Walaupun .. yah .. walaupun Ni Luh Apsari telah menjadi mayat, tapi bagiku tidak ada bedanya, baik masih hidup atau sudah mati aku akan tetap menggaulinya, dengar kau Waluya! Saat ini juga aku akan membongkar kuburan istrimu!" "Keparat ...! Terkutuk kau manusia setan ...!" teriak juragan Waluya terlihat sudah hilang kesabaran dan berupaya untuk menghajar Bojapradata namun apalah daya, jangankan untuk menghajar untuk sekedar bergerak dari tempatnya saja dia tidak bisa melakukannya. Dan seolah tak ingin berlama-lama meladeni sang juragan malang itu Bojapradata yang masih berwujud burung merpati putih itupun segera terbang dan berhenti tepat di atas kuburan Ni Luh Apsari dan sesaat kemudian
"Biswara ... kamu memang aku berikan kelembutan hati, kamu memang tidak memiliki rasa dendam sedikitpun dengan orang-orang yang telah berbuat jahat kepadamu, bahkan ketika kamu sudah berada di Suargaloka pun kelembutan hatimu itu tidak pernah berubah, namun ini bukan masalah balas dendam Biswara, ini adalah murni pelaksanaan ketentuan yang sudah seharusnya aku jalankan, jadi sekarang kembalilah kamu ke Suargaloka, sudah cukup sengsara yang kau alami semasa hidupmu dulu, dan kini nikmatilah balasannya."Mendengar jawaban dari Yang Widi seperti itu akhirnya roh Biswara pun langsung segera menghaturkan sembah sujud dan kemudian beringsut pergi. Setelah itu perhatian Yang Widi Wasa kembali tertuju kepada roh Eyang Reksa Jagat yang hendak diutus untuk membebaskan Santana alias Bojapradata dari belenggu para dedemit."Reksa Jagat ... segeralah temui Dewa angin dan Raja Iblis ... bilang pada keduanya kalau saat ini sudah tiba saatnya Santana untuk kembali ke arah yang sebenar
"Sudah-sudah ... kamu tenang saja, biar aku periksa dulu, mayat siapa ini," ujar Adhinata sambil melangkah mendekati tubuh Santana, namun betapa terkejutnya Adhinata dan para anak buahnya itu karena tiba-tiba saja Santana yang dikiranya mayat itu bergerak dan bahkan mengeluarkan suara kentut yang cukup keras, yah ... suara khas kentutnya orang yang baru bangun tidur di pagi hari.Brooot ... prot, prot."Kurang ajar! Bwah, bwah, juih! Hoe bangun! Siapa kamu?!" tanya Adhinata mengintrogasi."Hoh .. rupanya dia masih bocah Kang ..." ujar salah satu anak buah Adhinata."Iya benar," timpal temannya yang lain."Heh jawab! Siapa kamu ini sebenarnya? Dan kenapa tiba-tiba bisa berada di sini?" kembali Adhinata mengulangi pertanyaannya."Eh ... maaf Tuan ... siapakah Tuan-tuan ini dan dimanakah sekarang ini aku berada?" ujar Santana malah balik tanya."Heh, bocah edan! Ditanya gak jawab malah balik tanya! Jangan macam-macam di rumah orang! Data