Setelah merasa yakin bahwa para lawan-lawannya itu tadi sudah musnah maka Bojapradata pun langsung memberi kode pada Dewa Ndaru untuk segera kembali ke raga mereka di alam nyata, dan benar saja tidak lama setelah itu tubuh dua manusia sakti yang dalam waktu yang cukup lama nampak diam terpaku itu kini terlihat mulai bergerak-gerak dengan diikuti dua kelopak mata mereka yang terbuka dengan pelan-pelan.
"Hoh ... rupanya waktu telah lewat tengah malam Ndaru," ujar Bojapradata.
"Benar Tuan Boja, sepertin
"Ada apa pengawal ...?" ujar wanita cantik itu masih dengan posisinya yang masih bersandar, lalu karena tidak ada jawaban dari pengawalnya maka wanita cantik itu pun langsung bangun dan kemudian langsung membuka jendela keretanya itu, dan betapa terkejutnya dia begitu jendela terbuka muncullah seekor burung merpati putih yang sangat cantik dengan jambul kuning di atas kepalanya."Oh ... burung yang sangat cantik, burung siapa ini? Mari cantik masuk sini," ujar wanita cantik itu nampak begitu terkagum-kagum, bak gayung bersambut burung itu pun langsung menyelinap masuk dan duduk di atas pangkuan wanita cantik itu, dibelai-belainya burung merpati putih itu, adapun sang merpati sendiri terlihat juga menikmati belaian tersebut dan bahkan dalam hatinya sang burung juga nampak berujar, 'Benar-benar cantik wanita ini, tapi rupanya dia sedang hamil, namun begitu aura kecantikannya tidak luntur samasekali, benar-benar luar biasa, siapa dia ini sebenarnya? Rasa-rasanya aku belum pernah
Ditengah Ni Luh berusaha untuk mengeluarkan bayinya tiba-tiba saja dukun yang bertugas memegangi bagian perut melihat dan merasakan kejadian yang aneh dan diluar dugaan, karena tiba-tiba saja ada pergerakan yang terjadi dari dalam perut Ni Luh Apsari, pergerakan itu nampak begitu nyata, dan rupanya sang jabang bayi yang semestinya bisa langsung keluar namun tiba-tiba malah berputar seratus delapan puluh derajat dengan merubah posisinya hingga menjadi sungsang."Aaah ... sakit ... aduh ... heeeh ..." Ni Luh Apsari terus merintih dan mengerang kesakitan hingga akhirnya kejadian yang tidak diinginkan pun benar-benar terjadi, Ni Luh Apsari istri saudagar kaya raya itu menghembuskan nafas terakhirnya setelah gagal memperjuangkan kelahiran sang jabang bayi.Sementara itu sesaat setelah Ni Luh Apsari meninggal nampak dari dalam perut istri juragan Waluya itu masih terlihat gerakan-gerakan dari sang jabang bayi yang menandakan bahwa ia masih hidup, melihat hal itu maka para du
Jangan juragan Waluya, biar aku saja yang memerintahkan pada warga," sahut Pak Biksu mencegah, dan kemudian dia pun langsung berseru, "Para Bapak -bapak sekalian ... saya perintahkan kepada para bapak yang hadir untuk membuatkan liang kubur untuk jenasah istri juragan Waluya." Dan begitulah akhirnya para bapak yang hadir di sana pun segera bersama-sama bekerja membuat galian kubur dipinggiran halaman rumah juragan Waluya itu dengan beramai-ramai.Sementara itu Bojapradata yang semenjak tadi berada di atas pohon yang berada tepat di atas makam Ni Luh Apsari nampak manggut-manggut melihat apa yang sedang terjadi di bawahnya."Kenapa juragan Waluya mengubur jenazah istrinya disini? Heh ... mesti cari strategi lagi untuk bisa membongkar mayatnya," ujar Bojapradata sambil terus memandangi proses pemakaman yang nampak hampir selesai itu.Waktu terus berlalu dan setelah selesai acara penguburan jenazah Ni Luh Apsari nampak para warga sudah pada pulang, dan hanya tingga
"Yah .. inilah aku, aku memang manusia siluman, dan perlu kamu ketahui kalau memang aku ini sangat menyukai istrimu," ujar Bojapradata yang langsung disahuti oleh juragan Waluya. "Dasar manusia iblis! Apakah matamu buta?! Tidakkah kau melihat kalau istriku sudah meninggal?!" "Walaupun .. yah .. walaupun Ni Luh Apsari telah menjadi mayat, tapi bagiku tidak ada bedanya, baik masih hidup atau sudah mati aku akan tetap menggaulinya, dengar kau Waluya! Saat ini juga aku akan membongkar kuburan istrimu!" "Keparat ...! Terkutuk kau manusia setan ...!" teriak juragan Waluya terlihat sudah hilang kesabaran dan berupaya untuk menghajar Bojapradata namun apalah daya, jangankan untuk menghajar untuk sekedar bergerak dari tempatnya saja dia tidak bisa melakukannya. Dan seolah tak ingin berlama-lama meladeni sang juragan malang itu Bojapradata yang masih berwujud burung merpati putih itupun segera terbang dan berhenti tepat di atas kuburan Ni Luh Apsari dan sesaat kemudian
"Biswara ... kamu memang aku berikan kelembutan hati, kamu memang tidak memiliki rasa dendam sedikitpun dengan orang-orang yang telah berbuat jahat kepadamu, bahkan ketika kamu sudah berada di Suargaloka pun kelembutan hatimu itu tidak pernah berubah, namun ini bukan masalah balas dendam Biswara, ini adalah murni pelaksanaan ketentuan yang sudah seharusnya aku jalankan, jadi sekarang kembalilah kamu ke Suargaloka, sudah cukup sengsara yang kau alami semasa hidupmu dulu, dan kini nikmatilah balasannya."Mendengar jawaban dari Yang Widi seperti itu akhirnya roh Biswara pun langsung segera menghaturkan sembah sujud dan kemudian beringsut pergi. Setelah itu perhatian Yang Widi Wasa kembali tertuju kepada roh Eyang Reksa Jagat yang hendak diutus untuk membebaskan Santana alias Bojapradata dari belenggu para dedemit."Reksa Jagat ... segeralah temui Dewa angin dan Raja Iblis ... bilang pada keduanya kalau saat ini sudah tiba saatnya Santana untuk kembali ke arah yang sebenar
"Sudah-sudah ... kamu tenang saja, biar aku periksa dulu, mayat siapa ini," ujar Adhinata sambil melangkah mendekati tubuh Santana, namun betapa terkejutnya Adhinata dan para anak buahnya itu karena tiba-tiba saja Santana yang dikiranya mayat itu bergerak dan bahkan mengeluarkan suara kentut yang cukup keras, yah ... suara khas kentutnya orang yang baru bangun tidur di pagi hari.Brooot ... prot, prot."Kurang ajar! Bwah, bwah, juih! Hoe bangun! Siapa kamu?!" tanya Adhinata mengintrogasi."Hoh .. rupanya dia masih bocah Kang ..." ujar salah satu anak buah Adhinata."Iya benar," timpal temannya yang lain."Heh jawab! Siapa kamu ini sebenarnya? Dan kenapa tiba-tiba bisa berada di sini?" kembali Adhinata mengulangi pertanyaannya."Eh ... maaf Tuan ... siapakah Tuan-tuan ini dan dimanakah sekarang ini aku berada?" ujar Santana malah balik tanya."Heh, bocah edan! Ditanya gak jawab malah balik tanya! Jangan macam-macam di rumah orang! Data
Kemudian Adhinata dan keempat anak buahnya pun bergegas menuju halaman rumah yang tidak terlalu luas untuk sekedar berlatih kanuragan, sedangkan Santana nampak menuju kandang kecil tempat menyimpan hewan hasil buruan untuk diolahnya sebagai santapan Adhinata dan anak buahnya nanti setelah latihan selesai.Ada banyak hewan hasil buruan yang berada di dalam kandang."Wah banyak sekali hewan hasil buruannya, mmm ... mau masak yang mana yah? Ah ... masak anakan rusa saja, kayaknya enak ini kalau dibakar ." Sambil memproses masakannya itu nampak sesekali Santana melihat Adhinata dan para anak buahnya yang sedang bertarung itu."Aku sekarang ingat ... dulu sewaktu aku masih kecil aku pernah melihat Tuan Adhinata, yah ... tidak salah, memang dia adalah punggawa Kerajaan Karmajaya, tapi kenapa ya dia kok bisa berada di sini? Apa mungkin dia sudah tidak ingin menjadi seorang pendekar lagi? Tapi kalau memang begitu kenapa kok dia masih mengasah kemampuan bertarungnya? Ata
"Bu Nirmala ini untuk kain yang pesanan benangnya masih ada atau sudah habis ya Bu?" tanya salah seorang pegawainya yang bernama Retno."Pesanan yang mana ya Jeng Retno?" tanya balik Putri Nirmala Sari."Yang dari juragan Karman," jawab Retno nampak mengingatkan, maklum produknya sang putri sudah banyak yang pesan jadi ya wajar kalau beliau agak-agak lupa."Oh ... itu .. yang warna hijau muda dan kuning itu to?" tanya balik Putri Nirmala seperti baru ingat, dan nampak Retno pun mengiyakan."Benar Bu ..." ujarnya sambil mengangguk."Yang katanya untuk selendang nari itu kan?" kembali Putri Nirmala Sari meyakinkan dengan sebuah pertanyaan."Benar Bu Nirmala, dan kalau sesuai perjanjian minggu depan ini sudah tiba waktunya untuk diantar lho Bu ..." sahut pegawai lainnya yang bernama Sugirah."Oh iya-iya, ya sudah kalau memang benangnya habis .. siang ini juga biar Pak Seger beli di pasar Kadipaten, Pak Seger ... Pak Seger ..." seru Putri