"Bagaimana ini Rangsang, sepertinya orang itu bermaksud mau membunuh kita ... waduh bagaimana ini ...?"
"Entahlah Rajasa aku sendiri juga takut, tapi bagaimana kalau kita mohon ampun padanya dan juga pada Ayahanda Dewa Ndaru, barangkali mereka mau berbelas kasihan pada kita," ucap Rangsang memberikan usulannya.
"Baiklah, aku setuju, kalau begitu ayo kita coba," timpal Rajasa terlihat langsung setuju dengan pendapat saudaranya itu.
"Tuan Pendekar, ampunilah kita berdua ... janganlah kau suruh Ayah kami Dewa Ndaru membunuh kita ... ketahuilah Tuan Pendekar ... kemarin sore kita memang berbuat salah pada adik Tuan pendekar yang bernama Bojapradata itu, dan sekarang ini kita benar-benar sangat menyesal," ucap Rajasa nampak memulai acara melobinya.
"Dan tadi itu sebenarnya kita sudah bermaksud mau minta maaf Tuan Pendekar, akan tetapi sayangnya adik Tuan pendekar tidak ada," ucap Rangsang, dan rupanya mereka berdua belum tahu dengan siapa saat ini mereka
"Sebenarnya dia itu sejenis kita bangsa jin kita atau murni bangsa manusia? Dan sebenarnya apakah yang diperjuangkannya itu? Kok bisa-bisanya membunuh Luhjingga tapi tidak dengan Dewa Ndaru? Padahal mereka berdua itu adalah sepasang pendekar yang sama-sama penganut aliran ilmu hitam? Siapa sebenarnya pemuda itu paduka Raja iblis?" tutur Demit Begog menyampaikan semua uneg-unegnya."Oh, oh, oh ... jadi masalah itu? Hahaha ... hahaha ... hahaha ...!" lagi-lagi Raja iblis melepaskan tawa lebarnya, dan meskipun merasa tidak sabar namun Demit Begog tetap tidak berani berbuat apa-apa selain menahan diri."Dengarlah Begog, pemuda itu bernama Santana, dia itu murni bangsa manusia sebelumnya, dan pengikut aliran ilmu putih, bahkan bukan cuma itu, pemuda itu juga sudah dipersiapkan oleh Sang Hyang Widhi Wasa sebagai calon penegak keadilan pembawa kedamaian bagi kehidupan umat manusia, adapun kondisinya saat ini itu tidak lebih dari cara Yang Widhi Wasa untuk memperlengkap keprib
"Wewe. Wewe adalah memedi yang diperkirakan sebagai istri/pasangan Genderuwa (hantu aja nggak jomblo), orang jawa menggambarkan wewe ini sebagai perempuan tua menakutkan dengan badan kurus dan penuh keriput, dia itu memiliki wajah yang sangat buruk juga seram, buah dada yang menggelambir sampai tanah memedi ini sering membawa kabur anak anak manusia, disembunyikan baik di suatu tempat atau disela-sela buah dadanya, lalu juga ada Kuntilanak atau disebut juga punthianak, adalah memedi perempuan berwajah cantik dengan rambut terurai sampai ke tanah, beda dengan Wewe karena dia tidak punya pasangan, akan tetapi Kuntilanak itu dikatakan tidak mempunyai alat kelamin, dan sebagai gantinya hanya ada lubang menganga yang selalu bergerak ke sekujur tubuh, oleh karena itu mereka kadang juga disebut sebagai sundel bolong yang biasa tertawa melengking, dan yang terakhir adalah ..." sengaja Raja iblis menghentikan ucapannya.Siapa yang terakhir Tuan Raja?" tanya Demit Begog terlihat begitu
"Bagus kalau kalian berdua telah masuk ke alam gaib, kita para dedemit tidak perlu lagi repot-repot datang ke alam nyatamu," ujar Demit Begog memulai pembicaraannya dan kemudian langsung disahut oleh demit yang lain."Heh Dewa Ndaru! Aku tidak senang ada pendatang baru yang berani berbuat onar di sini, kenapa kau terlihat malah bersahabat dengannya?" tanya Demit Bulgur pada Dewa Ndaru yang memang sebenarnya mereka memang sudah saling mengenal."Aku rasa aku tidak perlu lagi repot-repot menjawabnya Bulgur, sebab itu semua sudah dijelaskan oleh Pemimpinmu Demit Begog," jawab Dewa Ndaru yang rupanya sudah mendapatkan bisikan dari Bojapradata, dan itu otomatis membuat para dedemit itupun merasa heran.'Hoh ... rupanya Dewa Ndaru sudah mengetahui dengan apa yang baru saja kami alami,' ucap batin para dedemit itu sambil terbengong-bengong. Dan terbengongnya itu makin bertambah manakala Bojapradata menambahi ucapan Dewa Ndaru tadi."Heh Begog, Bulgur, Baong dan
'Hoh ... nampaknya para dedemit itu telah musnah, yah .. aku tahu meskipun secara raga mereka telah sirna namun itu tidak untuk sukma dan roh mereka, karena seperti yang aku lihat itu tadi, kini sukma dan roh mereka telah berpindah ke tempat yang lain. Hmmm ... meskipun selama ini aku tidak pernah bermusuhan dengan para dedemit itu, namun sebenarnya kehadiran mereka di Padangkarautan ini juga bukan atas kemauanku,' begitulah bunyi dari ucapan hati Dewa Ndaru. Setelah merasa yakin bahwa para lawan-lawannya itu tadi sudah musnah maka Bojapradata pun langsung memberi kode pada Dewa Ndaru untuk segera kembali ke raga mereka di alam nyata, dan benar saja tidak lama setelah itu tubuh dua manusia sakti yang dalam waktu yang cukup lama nampak diam terpaku itu kini terlihat mulai bergerak-gerak dengan diikuti dua kelopak mata mereka yang terbuka dengan pelan-pelan. "Hoh ... rupanya waktu telah lewat tengah malam Ndaru," ujar Bojapradata. "Benar Tuan Boja, sepertin
"Ada apa pengawal ...?" ujar wanita cantik itu masih dengan posisinya yang masih bersandar, lalu karena tidak ada jawaban dari pengawalnya maka wanita cantik itu pun langsung bangun dan kemudian langsung membuka jendela keretanya itu, dan betapa terkejutnya dia begitu jendela terbuka muncullah seekor burung merpati putih yang sangat cantik dengan jambul kuning di atas kepalanya."Oh ... burung yang sangat cantik, burung siapa ini? Mari cantik masuk sini," ujar wanita cantik itu nampak begitu terkagum-kagum, bak gayung bersambut burung itu pun langsung menyelinap masuk dan duduk di atas pangkuan wanita cantik itu, dibelai-belainya burung merpati putih itu, adapun sang merpati sendiri terlihat juga menikmati belaian tersebut dan bahkan dalam hatinya sang burung juga nampak berujar, 'Benar-benar cantik wanita ini, tapi rupanya dia sedang hamil, namun begitu aura kecantikannya tidak luntur samasekali, benar-benar luar biasa, siapa dia ini sebenarnya? Rasa-rasanya aku belum pernah
Ditengah Ni Luh berusaha untuk mengeluarkan bayinya tiba-tiba saja dukun yang bertugas memegangi bagian perut melihat dan merasakan kejadian yang aneh dan diluar dugaan, karena tiba-tiba saja ada pergerakan yang terjadi dari dalam perut Ni Luh Apsari, pergerakan itu nampak begitu nyata, dan rupanya sang jabang bayi yang semestinya bisa langsung keluar namun tiba-tiba malah berputar seratus delapan puluh derajat dengan merubah posisinya hingga menjadi sungsang."Aaah ... sakit ... aduh ... heeeh ..." Ni Luh Apsari terus merintih dan mengerang kesakitan hingga akhirnya kejadian yang tidak diinginkan pun benar-benar terjadi, Ni Luh Apsari istri saudagar kaya raya itu menghembuskan nafas terakhirnya setelah gagal memperjuangkan kelahiran sang jabang bayi.Sementara itu sesaat setelah Ni Luh Apsari meninggal nampak dari dalam perut istri juragan Waluya itu masih terlihat gerakan-gerakan dari sang jabang bayi yang menandakan bahwa ia masih hidup, melihat hal itu maka para du
Jangan juragan Waluya, biar aku saja yang memerintahkan pada warga," sahut Pak Biksu mencegah, dan kemudian dia pun langsung berseru, "Para Bapak -bapak sekalian ... saya perintahkan kepada para bapak yang hadir untuk membuatkan liang kubur untuk jenasah istri juragan Waluya." Dan begitulah akhirnya para bapak yang hadir di sana pun segera bersama-sama bekerja membuat galian kubur dipinggiran halaman rumah juragan Waluya itu dengan beramai-ramai.Sementara itu Bojapradata yang semenjak tadi berada di atas pohon yang berada tepat di atas makam Ni Luh Apsari nampak manggut-manggut melihat apa yang sedang terjadi di bawahnya."Kenapa juragan Waluya mengubur jenazah istrinya disini? Heh ... mesti cari strategi lagi untuk bisa membongkar mayatnya," ujar Bojapradata sambil terus memandangi proses pemakaman yang nampak hampir selesai itu.Waktu terus berlalu dan setelah selesai acara penguburan jenazah Ni Luh Apsari nampak para warga sudah pada pulang, dan hanya tingga
"Yah .. inilah aku, aku memang manusia siluman, dan perlu kamu ketahui kalau memang aku ini sangat menyukai istrimu," ujar Bojapradata yang langsung disahuti oleh juragan Waluya. "Dasar manusia iblis! Apakah matamu buta?! Tidakkah kau melihat kalau istriku sudah meninggal?!" "Walaupun .. yah .. walaupun Ni Luh Apsari telah menjadi mayat, tapi bagiku tidak ada bedanya, baik masih hidup atau sudah mati aku akan tetap menggaulinya, dengar kau Waluya! Saat ini juga aku akan membongkar kuburan istrimu!" "Keparat ...! Terkutuk kau manusia setan ...!" teriak juragan Waluya terlihat sudah hilang kesabaran dan berupaya untuk menghajar Bojapradata namun apalah daya, jangankan untuk menghajar untuk sekedar bergerak dari tempatnya saja dia tidak bisa melakukannya. Dan seolah tak ingin berlama-lama meladeni sang juragan malang itu Bojapradata yang masih berwujud burung merpati putih itupun segera terbang dan berhenti tepat di atas kuburan Ni Luh Apsari dan sesaat kemudian
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k