"Ya, saya tidak ingin hanya saya saja yang menanggung hukumannya andai rencana ini gagal atau ternyata racunnya tidak mempan, karena hamba tahu sendiri kalau sekarang ini Gusti Prabu semakin hebat semenjak memiliki jimat rambut sakti itu," tutur Dayang Kenanga menjelaskan.
"Oh ... itu ... ya, ya, aku mengerti dengan apa yang kamu khawatirkan, begini Dayang Kenanga, kamu itu sebaiknya jangan bicara gagal terlebih dahulu sebelum kamu melakukan tugas ini, karena kunci kesuksesan dari rencana ini adalah kepastian akan masuknya racun ini ke tubuh Ayahanda Prabu, karena menurutku kesaktian dan kekebalan yang dimiliki Ayahanda Prabu itu hanya terhadap serangan-serangan senjata dari luar, lha ini racun lho! Saya yakin asalkan kamu benar-benar bisa memasukkan racun ini ke dalam minuman Ayahanda Prabu saya sudah bisa memastikan bahwa rambut sakti itu tidak akan pernah bisa menolong Ayahanda Prabu lagi, gimana Dayang, apakah kamu bisa memastikan kalau kamu bisa memasukkan
"Dayang Kenanga ... Dayang ..." panggil Ketua dapur istana yang bernama Bibi Piranti."Ya Bibi Piranti," jawab Dayang Kenanga."Apakah semua makanan dan minuman telah kamu siapkan?" tanya Bibi Piranti dari dalam sebuah ruangan yang ada di dapur istana itu."Iyaa sudah, ini tinggal minuman rempahnya yang belum," jawab Dayang Kenanga sambil mengaduk satu cangkir kopi."Bagus ... ya sudah saya akan melakukan pemujaan dulu," sahut Bibi Piranti dari dalam kamar dapur."Iya Bibi ..." timpal Dayang Kenanga.Klutik, klutik, klutik ...Terdengar suara gemelitiknya sebuah cangkir dari dalam dapur, memang saat itu Dayang Kenanga tengah mengaduk secangkir kopi, dan benar saja, sesaat kemudian tercium lah semerbak harum kopi robusta khas negeri Karma Jaya yang memang terkenal dengan cita rasa dan aromanya yang sangat istimewa.Lalu kemudian nampak Dayang Kenanga
Lalu baik Prabu Jayantaka maupun Ratu Danuardara begitu selesai makan beliau berdua nampak sama-sama kembali minum air putih biasa."Kanda Prabu mau minum ramuan rempah ini?" tanya Ratu Danuardara sambil menunjuk ke teko berisi ramuan rempah beracun itu."Ya nanti saja, aku mau ngopi dulu, aku akhir-akhir ini mulai jarang minum ramuan rempah," ujar Prabu Jayantaka sambil meraih secangkir kopi yang nampak masih mengeluarkan uap itu.Srupuuut ..."Eh ... nikmatnya ..." ujar sang Prabu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya."Lha kenapa Kanda?" tanya Ratu Danuardara sambil menggeser posisi duduknya untuk lebih mendekat, dan kemudian sang Ratu langsung menyandarkan tubuhnya pada Prabu Jayantaka."Ya pokoknya semenjak aku memakai jimat rambut sakti ini, aku merasa tubuhku selalu bugar tanpa harus meminum ramuan rempah lagi," tutur sang Prabu."Oh begitu ... jadi ben
Setelah Prabu Jayantaka pergi dari kamar pribadinya, kini tinggallah Ratu Danuardara sendirian yang berada di kamar itu, lalu dengan masih duduk dan hanya menutupi tubuhnya pakai selimut Ratu Danuardara terlihat mengucapkan sesuatu."Semoga saja sayembara kedua yang diadakan Kanda Prabu ini membuahkan hasil. Yah, mudah-mudahan ada seorang kesatria yang bisa membawa mayat sakti itu kemari, dan dengan demikian kekuatan yang dimiliki Kanda Prabu akan semakin besar, lalu dengan kekuatan itu Kanda Prabu bisa membuat Negeri Karma Jaya ini semakin luas wilayahnya hingga mencapai puncak kejayaannya," ujar Ratu Danuardara nampak menaruh sebuah harapan yang besar.Setelah sesaat tertegun sendiri akhirnya sang Ratu pun berniat untuk kembali ke Puri pribadinya, lalu kemudian dia segera menyingkirkan selimut yang masih menutupi tubuhnya itu dan langsung melipatnya, lalu setelah itu dia segera mengenakan pakaiannya kembali, dan begitu telah kembali rapi R
"Kabar yang saya terima bahwa sayembara yang Gusti Prabu adakan kali ini lebih banyak lagi peminatnya, bahkan pesertanya pun tidak hanya pendekar dari dalam negeri saja, para pendekar dari Negeri sebrang pun juga banyak yang tertarik untuk mengikutinya," terang Patih Badrika.”Pendekar negeri asing?" ujar Prabu Jayantaka mengulang pernyataan Patih Badrika untuk meyakinkan."Benar Gusti Prabu," jawab sang Patih sambil mengangguk."Lalu seberapa besar peluang para pendekar asing itu bila dibandingkan dengan pendekar asli pribumi?” tanya Prabu Jayantaka lagi."Saya kira peluang mereka semua itu sama Gusti, karena setahuku meskipun para pendekar asing itu lemah dalam segi ilmu kesaktian namun mereka sangat hebat dalam ilmu sihir, apalagi mereka yang datang dari tanah Hindi," beber Patih Badrika."Apa memang benar begitu Adhinata?" tanya Gusti Prabu beralih pada wakil Patih kerajaan itu. Adhinata yang sedari tadi masih banyak diamnya itu pun langsung mengami
Panggil sang Prabu dengan suara lirih, dan ternyata Purbasari dan sang Putri yang bernama Nirmalasari memang belum tidur."Bu ... itu sepertinya suara Gusti Prabu," ujar Nirmalasari pada ibunya."Ya memang benar, sana bukakan pintunya," pinta selir Purbasari."Baik Bu ..." balas Nirmalasari.Lalu sang Putri yang mulai beranjak dewasa itu pun langsung berjalan menuju pintu Puri untuk membukanya.Kreeek ...."Gusti Prabu ..." sambut Nirmalasari sambil membungkukkan tubuhnya untuk memberi penghormatan."Berdirilah Nirmala ..." ujar Prabu Jayantaka sambil memegang dua pundak Putrinya itu. Lalu setelah itu Prabu Jayantaka pun langsung merangkul Putrinya tersebut dan kemudian sepasang Ayah dan Putrinya itu pun berjalan beriringan mendekati Selir Purbasari yang sedang berdiri di samping ranjangnya.Sementara itu begitu melihat junjungannya berjalan mendekatinya Selir Purbasari pun langsung membungkukkan badannya sama seperti yang dilakukan ol
Prabu Jayantaka pun langsung menciumi seluruh tubuh Selir Purbasari itu dengan sangat bernafsu, nampak sang Prabu terlihat sudah sangat kangen dengan Selirnya itu, karena sebagai seorang istri yang hanya berstatus sebagai seorang Selir maka Purbasari pun cuma bisa menahan dan bersabar manakala gejolak birahinya itu datang menghampirinya.Didatangi oleh sang Prabu adalah merupakan sebuah kesempatan bagi Purbasari untuk menumpahkan segala rindu yang menggumpal di dalam dada, maka begitu dia mulai disentuh oleh Prabu Jayantaka Selir Purbasari pun langsung segera menyambut dan mengimbangi serangan dan permainan yang dilakukan oleh Prabu Jayantaka.Lalu begitu pula dengan Prabu Jayantaka itu sendiri, sebagai seorang lelaki yang sudah berani memilih untuk memiliki banyak wanita yang dia jadikan sebagai Permaisuri maupun Selir, maka tanggung jawab untuk mencukupi apa yang jadi kebutuhan para wanita-wanita itu adalah sebuah keharusan yang tidak bisa dia abaikan begitu saja, me
"Lho, mana Ratu Danuardara kok tidak datang bersama kalian ...?" tanya Prabu Jayantaka."Lho, hamba tidak tahu Kanda Prabu ... tadi itu saya begitu dipanggil oleh Dayang langsung bergegas kemari ..." jawab Ratu Manika beralasan."Mungkin Ratu Naeswari melihatnya?" lanjut tanya Ratu Manika pada saudara sesama Permaisurinya itu."Sama, saya juga tidak melihatnya ... malahan tadi itu saya mengira kalau Ratu Danuardara sudah disini ... ya sudah biar hamba coba panggil ke Puri nya," timpal Ratu Naeswari sambil memandang Prabu Jayantaka untuk sekedar minta izin. Lalu sang Prabu pun langsung menganggukkan kepalanya menandakan bahwa dia memberi izin.Kemudian dengan segera Ratu Naeswari pun melangkahkan kakinya menuju ke Puri tempat tinggalnya Ratu Danuardara yang sebenarnya jaraknya pun juga berdekatan dengan Puri tempat tinggalnya sendiri, akan tetapi begitu Ratu Naeswari baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba saja dia berpapasan dengan Dayang yang tadi memanggil
Sementara itu dengan kematian Ratu Danuardara ini ternyata juga langsung membuat Pangeran Cayapata sendiri terkejut, bahkan dia yang saat itu sedang kumpul bersama teman-temannya spontan langsung berteriak memanggil nama ibu kandungnya itu."Bunda ... Bunda Ratu Danuardara ... ohoho, oh, oh ..." tangis Pangeran Cayapata pun akhirnya pecah juga, dia yang semula berdiri, begitu mendengar berita itu akhirnya langsung jatuh dengan duduk bersimpuh sambil meremas dan memukuli wajahnya sendiri.Pangeran Cayapata yang selama ini bisa dibilang tidak pernah nurut manakala sang Bunda memberi nasehat, kini sepertinya benar-benar terpukul dengan meninggalnya sang Bunda, terbayang dalam ingatannya sosok sang Ibu yang tidak pernah bosan memberinya nasehat, terlebih saat dia mengingat kasih sayang yang tulus manakala dia jatuh sakit, dengan telatennya sang Bunda merawat dengan menyuapinya makanan dan memberinya obat ramuan, karena meskipun ramuan itu adalah pemberian dari tabib istana n
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k