Home / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 630. Petaka di Gunung Sereh Awi

Share

630. Petaka di Gunung Sereh Awi

Author: Ramdani Abdul
last update Last Updated: 2024-06-12 22:14:47

Wira berdiri susah payah. “Terkutuklah kau, Danuseka! Berani sekali kau menghinaku! Kau harus sadar jika kau hanyalah kacungku!”

Danuseka menampar Wira dengan keras. “Jaga bicaramu, Wira. Aku bukanlah kacungmu. Aku adalah orang kepercayaan Kartasura. Dia lebih mempercayaiku dibandingkan mempercayaimu sebagai adiknya sendiri! Kaulah yang seorang kacung di sini!”

Danuseka mencengkeram wajah Wira dengan kuat. “Aku bersabar selama ini karena aku menghormati Kartasura, tetapi itu tidak berlaku lagi sekarang. Jika suatu saat Kartasura berhasil lolos dari penjara di Jaya Tonggoh dan kau mengadu soal perlakuanku padanya, aku akan meminta Nyi Genit bersaksi untukku.”

Danuseka mencengkeram lebih erat. “Sekarang, beri tahu aku jalan menuju tempat tinggal dua siluman bernama Jatna dan Ratih Ningsih itu. Setelah kau memberitahuku, kau bisa beristirahat di tempat ini.”

Wira menepis tangan Danuseka, tersenyum bengis. “Aku tidak akan tinggal di tempat ini. Aku akan menunjukkan padamu di mana tempat t
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kujang Emas   631. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga tengah terbaring di sisi sungai. Pohon-pohon di sekelilingnya bertumbangan setelah ia menggunakan jurus merak putih dan jurus harimau putih. Asap membumbung tinggi ke sekeliling. Beberapa hewan menjauh dari tempat pelatihan.Tarusbawa berada di puncak pohon, menyeka darah di pipi dan dahinya. Ia mengembus napas panjang, mengawasi keadaan sekeliling. “Lingga sudah bisa mengendalikan pusaka kujang emas sedikit demi sedikit. Akan tetapi, dia kewalahan ketika menggabungkan kekuatan pusaka kujang emas dengan jurus-jurus yang dikuasainya. Tubuhnya belum sanggup menahan kekuatan yang sangat besar.”Tarusbawa melompat turun, mendekati Lingga yang masih tidak sadarkan diri. “Aku harus meminta bantuan Ganawirya atau Sekar Sari untuk mengurus pohon-pohon di tempat ini. Untuk sekarang, aku harus membawa Lingga ke gubuknya dan membiarkannya beristirahat.”Tarusbawa memangku Lingga dengan rantai putihnya, melesat cepat melewati reruntuhan pohon sampai akhirnya tiba di depan gubuk. “Aku sehar

    Last Updated : 2024-06-14
  • Pendekar Kujang Emas   631. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Terkutuklah kalian berdua!” Wira mengambil ancang-ancang untuk melompat, tetapi Danuseka dan Darmasena lebih dahulu menendang punggungnya hingga ia tercebut ke sungai.Wira muncul ke permukaan. “Aku pasti akan membalas tindakan kalian padaku!”Darmasena menatap Wira tajam. “Jangan banyak bertingkah , Wira. Kau tentu tahu apa yang bisa aku lakukan padamu sekarang. Segera tunjukkan jalannya pada kami sekarang juga.”Wira mendengkus kesal, menyelam memasuki aliran sungai. Danuseka dan Darmasena bergerak menyusul, berenang di samping kiri dan kanan Wira.Aliran sungai tampak deras hingga beberapa kali hampir menyeret Wira, Danuseka, Darmasena. Mendekat ke bawah sungai, beberapa ikan siluman tiba-tiba muncul dan menyerang.Wira, Danuseka, dan Darmasena menghajar semua siluman ikan itu hingga menciptakan pusaran di bawah sungai. Akan tetapi, ikan-ikan siluman-siluman itu seketika bergabung hingga menjelema menjadi ikan raksasa.Wira, Danuseka, dan Darmasena melompat mundur, berdiri di sebu

    Last Updated : 2024-06-15
  • Pendekar Kujang Emas   633. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Wira, Danuseka, dan Darmasena disibukkan dengan pertarungan melawan sosok tiruan mereka masing-masing. Sementara itu, Jatna dan Ratih Ningsih memperhatikan dari jauh.“Kakang, apakah kita akan kembali bekerja sama dengan Nyi Genit?” tanya Ratih Ningsih.Jatna menjelaskan, “Aku masih belum memutuskan, Ratih Ningsih. Akan tetapi, aku tahu jika Nyi Genit bisa mendatangi kita dan memaksa kita untuk kembali berpihak padanya. Sayangnya, kita belum bisa mengalahkan Nyi Genit.”“Itu berarti mau tidak mau kita tetap harus bekerja sama dengan Nyi Genit.” Ratih Ningsih berjalan mondar-mandir. “Para pendekar golongan putih sedang berada di atas angin sekarang. Mereka memiliki pemuda pewaris kujang emas, Tarusbawa, Limbur Kancana, dan para tabib yang sangt luar biasa. Jika kita bergabung dengan Nyi Genit, kita akan mengalami kekalahan.”“Jangan lupakan keberadaan Gusti Totok Surya, Ratih Ningsih. Meski pusaka kujang emas itu sangat hebat, bukan berarti pewaris kujang emas itu mampu menggunakan sel

    Last Updated : 2024-06-16
  • Pendekar Kujang Emas   634. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Wira berenang secepat mungkin, bergerak menuju dasar sungai di mana akar-akar tanaman berada. Ia menyerang dinding akar dengan kuku beracun, tetapi akar tanaman justru menepis serang-serangannya.“Terkutuk!” Wira melompat mundur, menepis serangan seraya terus bergerak. “Akar-akar tanaman itu sangat menjengkelkan. Mereka terus tumbuh dan bisa bergerak bisa. Aku tidak mungkin berada di dalam air selamanya karena aku harus mengambil napas.”Danuseka melesatkan serangan jarak jauh ke arah dinding. Dinding itu terkoyak, tetapi tidak lama setelahnya kembali utuh. Ia mendarat di sebuah batu, menatap sinis Wira.Wira dan Danuseka melompat ketika tanaman rambat menyerang. Beberapa batu seketika hancur berkeping-keping. Di saat yang sama, Darmasena tengah menghindari serangan sekaligus melesatkan serangan pada dinding tanaman.Wira melompat ke atas, muncul dari sela-sela akar, mengambil napas sebanyak-banyaknya. “Aku memiliki rencana untuk menghancurkan dinding tanaman ini.”Wira berenang secep

    Last Updated : 2024-07-01
  • Pendekar Kujang Emas   635. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit masih cukup gelap ketika Lingga menggeliat di ranjang. Seekor burung terbang dan hinggap di jendela gubuk yang terbuka. Angin berembus pelan, menerbangkan dedaunan yang kemudian meliuk-liuk di atas sungai yang berarus kencang. Beberapa ikan terlihat mengintip di balik batu, sisanya berenang di air yang deras.Lingga membuka mata perlahan, merenggangkan badan. Ia meneguk minuman, berjalan membuka jendela lebih lebar. “Aku tidur dengan sangat nyenyak semalam. Aku bahkan … aku masih memakai pakaianku yang kemarin.”Lingga menepuk dahi ketika mengingat runtutan kejadian semalam. “Ketika aku selesai berlatih, aku tertidur di sisi sungai. Aku bahkan tidak mandi selepas latihan kemarin. Apakah Guru Tarusbawa yang membawaku ke dalam kamarku?”“Aku harus segera pergi ke sungai dan hutan untuk menyiapkan sarapan. Guru Tarusbawa pasti akan menghukumku jika aku telat.” Lingga bergegas keluar dari gubuk. Ia seketika berhenti ketika melihat Tarusbawa tengah duduk di tengah tanah lapang.Ling

    Last Updated : 2024-07-02
  • Pendekar Kujang Emas   636. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Para gadis yang tengah mandi seketika terkejut ketika melihat sosok asing bertopeng yang muncul di tengah-tengah mereka.Lingga sendiri baru sadar di mana dirinya mendarat setelah melihat para gadis yang menatap ke arahnya. Matanya membulat lebar tanpa berkedip, mengawasi sekeliling. “Kenapa aku berada di sini? Para gadis itu sedang mandi tidak memakai pakaian.”Para gadis sontak berteriak heboh, bergegas mencari kain untuk menutupi tubuh mereka. Sebagian dari mereka memilih untuk bersembunyi di belakang bebatuan atau menyelam.“Siapa kau? Kenapa kau berada di tempat ini?”“Dia pasti ingin mengintip kita mandi!”“Tangkap dia dan habisi dia!”“Jangan biarkan pria itu lolos!”Lingga sontak terkejut, tampak panik saat para gadis terus berteriak sambil melemparkan batu dan serangan. “A-aku harus segera pergi dari tempat ini.”Lingga mengentak tubuh sekuat mungkin, melompat menuju langit, bergerak sangat cepat meninggalkan sungai. “Aku masih saja mudah dibodohi oleh Paman. Jika Guru Ganawi

    Last Updated : 2024-07-03
  • Pendekar Kujang Emas   637. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Sepuluh selendang merah melesat ke arah Lingga secara bersamaan dari arah berbeda. Lingga seketika memutar tubuh sembari menepis serangan. Ia melompat ke atas, menendang selendang-selendang yang mengejarnya.Indra, Meswara, Jaka, dan Arya seketika melesatkan serangan. Lingga kembali menepis semua serangan itu, mengentak tubuh di udara, mendarat di sebuah batu di dekat air terjun.“Penyusup itu cukup hebat. Kita harus segera menangkapnya sebelum dia membuat kekacauan di padepokan,” ujar Meswara.Indra dan Arya berlari ke arah Lingga, melesatkan serangan demi serangan. Lingga melompat dan menendang semua serangan itu ke samping. Ia menahan pukulan Meswara dan Jaka, kemudian melompat ke atas aiar terjun.“Kakang Indra dan yang lain semakin kuat. Aku bisa merasakan ilmu kanuragan mereka yang semakin. Selain itu ….” Lingga menangkap selendang merah yang dilayangkan Sekar Sari dengan satu tangan. “Sekar Sari juga semakin kuat ….”Lingga menendang selendang itu ketika mencium bau terbakar. T

    Last Updated : 2024-07-05
  • Pendekar Kujang Emas   638. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Indra, Meswara, Jaka, dan Arya sontak terkejut.“Apakah itu benar, Lingga?” tanya Indra memastikan.“Itu sama sekali tidak benar, Kakang. Aku tidak pernah mengintip para gadis mandi. Paman Limbur Kancana sengaja menjatuhkanku di sungai untuk mengerjaiku,” ujar Lingga.Sekar Sari menatap sinis Lingga. “Benarkah? Kau pernah mengintip para gadis mandi ketika kau masih menjadi murid padepokan dulu.”“Aku tidak berbohong.” Lingga mengawasi sekeliling. “Dasar Paman. Dia sengaja membuatku berada dalam masalah,” gumamnya.Ganawirya mengamati Lingga saksama, menoleh pada Sekar Sari.Sekar Sari mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin batu berwarna merah tua. “Kau berkata jujur, Kakang.”“Apa itu, Sekar Sari?” Lingga bertanya.“Aku menciptakan liontin yang mampu menilai seseorang berbohong atau berkata jujur. Jika batu merah ini bercahaya, maka orang itu berbohong.” Sekar Sari memasukkan kembali liontin itu ke dalam selendangnya. “Sayangnya, liontin ini masih belum sempurna. Aku harus menyempu

    Last Updated : 2024-07-07

Latest chapter

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status