Di tempat berbeda, Wirayuda, Galisaka, Kolot Raga dan Tapasena tengah bertarung dengan Wintara. Keempat petinggi golongan putih itu saling bergantian menyerang dengan serangan jarak jauh maupun serangan jarak dekat. Para pendekar yang ikut bersama mereka juga tengah bertarung dengan pasukan siluman ular Wintara.Wintara menangkis satu per satu lawan, melompat mundur beberapa tombak ke belakang. Ia memanggil tombak hitam, lalu melesatkannya ke atas. Ratusan tombak seketika menghujani kawasan hutan di bawahnya.Melihat hal itu, Kolot Raga segera menghimpun kekuatan pada pedangnya. Pedangnya mendadak di selimuti api yang berkobar. Ia melompat tinggi ke atas, memutar pedangnya hingga api mengitari sekeliling. Tombak-tombak Wintara hampir semua berhasil dihancurkan, sisanya dihentikan oleh Wirayuda, Galisaka, Tapasena dan beberapa pendekar.Wintara kembali melompat mundur, bersembunyi di balik pohon. Ia tercekat ketika merasakan getaran dan embusan angin kuat dari arah barat. “Terkutuk! Pa
Wintara tiba-tiba mengubah wujudnya menjadi manusia kembali ketika merasakan kekuatan mengalir dalam tubuhnya. Ia tersenyum bengis, menyentuh dadanya yang tiba-tiba terasa panas. “Mustika siluman sudah mulai bekerja dan memberikanku kekuatan. Aku bahkan bisa merasakan racun kalong setan keluar dari tubuhku.”Wintara menoleh ke belakang, terdiam selama beberapa waktu, tersenyum bengis. “Aku memiliki rencana bagus untuk para petinggi golongan putih bodoh itu. Tapi aku harus melakukannya dengan penuh perhitungan.”Wintara menghimpun kekuatan. Sisik-sisik ular di tangannya tiba-tiba berterbangan dan mengelilinginya. Sisik-sisik ular itu kemudian melesat ke jalan yang berada di belakang. “Ini akan menghambat dua petinggi golongn putih bodoh itu selama aku menyiapkan kekuatan.”Wintara kembali berlari, bergerak seperti bayangan hitam yang berkelebat. Sisik-sisik ular yang dilemparkannya tiba-tiba berubah menjadi pasukan siluman ular.Sementara itu, Tapasena dan Kolot Raga tengah sibuk menep
“Siluman-siluman itu terus saja bermunculan. Kita tidak bisa membuang-buang waktu di sini hanya untuk menghadapi mereka,” ujar Kolot Raga seraya kembali mengayunkan pedang apinya ke arah pasukan siluman ular.Pasukan siluman ular itu terpental ke belakang, lalu menghilang setelahnya. Akan tetapi, mereka tiba-tiba kembali muncul dan melempar tombak.Tapasena dengan cepat melemparkan cambuknya. Cambuk itu menghancurkan tombak para siluman ular dan dalam satu gerakan menjerat para silumanKolot Raga melesat maju, menghujam pedang api ke arah pasukan siluman hingga pasukan itu menghilang. Akan tetapi, tak lama setelahnya siluman-siluman itu kembali muncul.Tapasena melayangkan cambuknya dengan gerakan kuat. Ia melilit pasukan siluman itu, kemudian melesatkan mereka ke arah jalan di belakang. Kolot Raga memberi serangan jarak jauh hingga mereka kembali menghilang.“Kita akan membuat jalan baru.” Kolot Raga menghantam dindin
Kolot Raga dan Tapasena sudah sepenuhnya menjadi siluman ular. Keduanya memelotot tajam dengan mulut berdesis. Kulit mereka menghitam dan ditempeli oleh sisik-sisik ular.Wintara tiba-tiba saja tertawa ketika melihat Kolot Raga dan Tapasena sudah dalam wujud siluman ular. “Tidak sia-sia aku mengerahkan banyak kekuatan yang untuk mempersiapkan jurus baruku. Jurus itu menghilangkan hawa keberadaanku untuk sementara dan membuatku tidak bisa diserang dalam waktu singkat. Dengan adanya kalian di sisiku, aku bisa dengan leluasa pergi ke tempat Nilasari dan membawanya pergi ke hutan siluman untuk bertemu dengan Nyi Genit.”Wintara kembali tertawa, mengamati Kolot Raga dan Tapasena. “Aku bisa merasakan kekuatan kalian mengalir di dalam tubuhku. Sekarang, pergilah ke tempat petinggi golongan putih yang lain dan bawa mereka ke hadapanku.”Kolot Raga dan Tapasena mengangguk. Keduanya mengentak tubuh, lalu menerobos permukaan dengan cepat. Wintara se
Pertarungan antara Wirayuda dan Galisaka melawan Kolot Raga dan Tapasena terus berlangsung, Cambuk api menyerang ke sekeliling medan pertempuran, membakar pepohonan hingga keadaan menjadi terang karena kobaran. Di sisi lain, Wirayuda dan Galisaka terus menghindar dari serangan gabungan tersebut dengan melompati satu per satu dahan pohon.Wirayuda dan Galisaka mengentakkan kedua kaki bersamaan, melesat tinggi ke udara sembari memutar tubuh. Keduanya mengayunkan pedang dengan kuat hingga menimbulkan dua serangan sabit angin ke arah Kolot Raga dan Tapasena.Satu serangan berhasil ditepis oleh cambuk api, sedang serangan lain berhasil lolos menerjang ke arah keduanya.“Kita berhasil,” ujar Galisaka bersamaan dengan tubuhnya yang mendarat di puncak pohon. Ia melihat asap membumbung tinggi dari tempat Kolot Raga dan Tapasena terkena serangan. Saat asap mulai menipis, Galisaka dibuat terkejut ketika muncul pasukan siluman ular yang langsung menerjang ke arahnya.Galisaka melompat tinggi semb
“Kita berhasil.” Galisaka segera mendekat ke arah Wirayuda. “Kita harus segera mencari keberadaan Wintara secepatnya sebelum dia mengubah para petinggi golongan putih yang lain. Akan sangat berbahaya jika hal itu terjadi.”“Kau benar. Kita sebaiknya segera pergi.” Wirayuda mengamati kendi di tangannya lekat-lekat sebelum menghilangkannya. “Ayo.”Wirayuda dan Galisaka mengentak tubuh bersamaan, melesat cepat di antara bekas-bekas pepohonan yang bertumbangan. Dari kejauhan, keduanya bisa melihat asap yang mengepul tinggi ke atas disertai dengan tiupan angin kencang ke sekeliling.Di tempat berbeda, Ekawira, Jatiraga dan Baktijaya tengah bertarung dengan Nilasari dalam wujud siluman ular. Ketiganya hanya bisa melawan dari jarak jauh sebab pasukan siluman ular Nilasari terus melindunginya. Di saat yang sama, ketiganya mendapat tanda jika ada racun kalong setan di dekat siluman ular itu. Para pendekar sendiri disibukkan bertarung dengan pasukan siluma ular Nilasari. Ekawira dan Jatiraga
“Apa yang terjadi, Baktijaya?” tanya Galisaka seraya membantu Baktijaya berdiri.Baktijaya memukul tengkuknya dengan segera untuk membuang racun yang masih mengalir ke dalam tubuhnya dari bekas sisik ular. Ia segera menghimpun kekuatan untuk memulihkan diri. “Ekawira dan Jatiraga sepertinya diubah menjadi siluman ular oleh Wintara dan Nilasari. Aku berhasil selamat setelah mereka mendorongku dengan jauh.”Wirayuda dan Galisaka saling bertatapan sesaat.“Kolot Raga dan Tapasena juga berhasil diubah menjadi siluman oleh Wintara. Kami berdua sempat menghadapi mereka. Untungnya, kami berhasil mengalahkan mereka dengan mengurung mereka ke dalam kendi,” ujar Wirayuda.“Keadaannya akan bertambah gawat jika Wintara dan Nilasari berhasil mencapai hutan siluman.” Galisaka menoleh ke arah selatan sesaat. “Saat ini, Pendekar Hitam sedang menghadapi sosok siluman yang membantu Wintara dan Nilasari. Ada kemungkinan jika dia tidak akan bisa membantu kita dalam waktu dekat. Selain itu, kemungkinan an
Seorang pendekar segera mendekat ke arah kerumunan. “Ini gawat! Ekawira, Jatiraga, Kolot Raga dan Tapasena sudah diubah menjadi siluman ular oleh Wintara dan Nilasari. Kolot Raga dan Tapasena sudah berhasil diamankan, sedang Ekawira dan Galisaka mengamuk dan sempat mencelakai para pendekar. Saat ini, Galisaka dan Baktijaya sedang menghadapi mereka.”Semua pendekar dan tabib yang berada di dalam ruangan seketika terkejut.“Ini benar-benar gawat!” ucap Galih Jaya dengan tangan terkepal, mendekat ke arah pendekar yang membawa kabar. “Lalu bagaimana dengan guruku, Wirayuda? Apa dia juga berhasil diubah menjadi siluman ular?”“Menurut keterangan dari pendekar yang berada di tempat pertarungan, Wirayuda saat ini sedang pergi mencari keberadaan Wintara dan Nilasari yang kemungkinan besar pergi menuju wilayah hutan siluman.”“Kita harus segera mengirimkan ramuan pengubah ini secepatnya,” ujar Dharma.“Itu benar,” sahut Malawati, “aku sangat berbahaya jika Wintara dan Nilasari bertemu dengan N