Desas-desus dunia persilatan menyebut Pulau Racun Api dikelilingi racun mematikan, namun kenyataannya tidak begitu. Pulau ini memancarkan keindahan, dengan pepohonan hijau yang rimbun. Tantangannya bukan pada pulau itu sendiri, melainkan pada jalur menuju ke sana. Karang-karang tajam yang menghantam perahu hingga hancur membuat perjalanan sangat berbahaya.Guo Xiang, yang telah beberapa kali ke sana, sudah hafal jalur aman menuju pulau ini.Saat perahu mereka tiba dan ditarik ke daratan, sosok berpakaian serba merah muncul dari balik kabut tipis yang menyelimuti pulau, membuat suasana terasa lebih dingin dan misterius."Siapa yang berani masuk ke Pulau Racun Api tanpa izin?" Suaranya bergema dengan nada menantang.Guo Xiang segera berlutut dan memberikan hormat kepada sosok tersebut. "Teecu datang berkunjung ... salam hormat, Subo!" Ia menarik tangan Shu Zhen untuk ikut bersujud.Dengan wajah bingung, Shu Zhen mengikuti instruksi Guo Xiang."Xiang'er! Kamukah itu?" Suara sosok berpaka
Malam itu, udara terasa agak sesak dan penuh dengan ketegangan. Di dalam sebuah rumah sederhana di Pulau Racun Api, percakapan berlangsung dengan penuh keprihatinan. Bu Sam Nio, seorang wanita tua dengan rambut yang sudah memutih dan keriput di wajahnya yang bijak, duduk di hadapan Guo Xiang dan Shu Zhen. Sorot matanya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam."Aku tidak bisa berbuat banyak kalau putra walikota telah dibunuh oleh Shu Zhen," katanya pelan, suaranya serak namun tegas. "Lebih baik kalian berpisah untuk sementara waktu. Mereka sedang mencari pasangan yang membunuh putra walikota... jika kalian berpisah, kemungkinan lolos masih besar. Tak ada yang mengenali kalian sebagai pendekar terkenal, jadi menurutku tidak ada yang perlu dilakukan untuk saat ini."Ucapan Bu Sam Nio membuat udara semakin sesak. Tak banyak yang bisa dilakukan di Pulau Racun Api ini."Jadi, bagaimana menurut Subo?" tanya Guo Xiang, matanya mencari jawaban di wajah Bu Sam Nio."Kamu tinggal di sini dulu sem
Sudah sebulan Shu Zhen berada di Perguruan Bangau Putih. Setiap hari ia menghabiskan waktu membersihkan lingkungan perguruan, hanya mendapat sedikit pelajaran ilmu bela diri. Ia dikenal dengan nama Liu Kang dan tampak seperti pemuda biasa yang berdedikasi, meskipun hatinya dipenuhi rahasia kelam yang bahkan ia sendiri tidak menyadarinya. Qian Wang, pemimpin perguruan yang juga kakeknya, tidak mengenali Shu Zhen. Begitu pula Shu Zhen yang tidak memiliki ingatan bahwa kakeknya adalah pembunuh kedua orang tuanya.Suasana di perguruan tiba-tiba berubah menjadi hiruk pikuk. Para pelayan wanita bergerak cepat, mempersiapkan segala sesuatunya."Ssst ... Liu Kang! Cepat bersihkan tempat ini, Tuan Putri Qian Lian akan datang melihat kemajuan murid-murid perguruan yang belajar ilmu bela diri termasuk murid luar!" bisik seorang pelayan wanita dengan nada terburu-buru.Shu Zhen, dengan sapu di tangan, menghentikan gerakannya sejenak. "Aku ini murid luar, Kak ... apa aku boleh bersiap-siap?" tanya
Setiap kali Putri Qian Lian berkunjung ke tempat tinggal Shu Zhen, murid-murid lain, terutama dari Perguruan Bangau Putih, merasa iri hati. Mereka memandang dengan kecemburuan, menyaksikan kedekatan keduanya.Mereka menunggu waktu yang tepat ketika Putri Qian Lian kembali ke Perguruan Kun Lun. Mereka merasa terhina dengan keberanian Shu Zhen yang berani menjalin hubungan dengan putri Ketua Qian Chao dan cucu Qian Wang. Qian Wang, yang terkadang masih duduk sebagai Ketua Perguruan Bangau Putih, sering mengabaikan perasaan putranya yang sakit hati.Hari yang dinanti akhirnya tiba. Tiga murid senior, Han Zhou, Zhang Yuan, dan Chao Laong, merasa dendam mereka semakin membara. Ketiganya pernah berharap mendapatkan cinta Putri Qian Lian, namun harapan itu tak pernah berbalas. Kini, rasa sakit hati mereka tertuju pada Shu Zhen.Han Zhou, dengan wajah serius dan tatapan tajam, memimpin langkah mereka menuju tempat Shu Zhen berlatih. Zhang Yuan, dengan tubuh tegap dan ekspresi marah, mengepalk
Di malam yang dingin, Gurun Go Bi terbentang luas, menyelimuti segala yang ada dengan keheningan yang mencekam. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma pasir yang dingin dan kesepian. Dalam kegelapan itu, satu sosok berpakaian hitam bergerak dengan tekad bulat, menembus dinginnya malam tanpa ragu. Wajahnya tertutup kain hitam, hanya menyisakan sepasang mata tajam dan bengis yang bersinar di bawah cahaya bulan.Di bawah langkahnya, cacing-cacing gurun raksasa enggan menampakkan diri, seolah takut akan aura kematian yang menyelimutinya. Pepohonan yang jarang tumbuh di gurun ini layu dan mati seketika saat sosok berpakaian hitam itu melewatinya, menyebarkan hawa kematian di sekitarnya. Bayangan hitam itu bergerak cepat, seakan melayang di udara, menuju bangunan besar yang berdiri di tengah gurun.Dengan tujuan yang jelas, ia mencari sesuatu yang diinginkannya. Saat melihat seorang murid Perguruan Go Bi yang berjaga, ia langsung menotoknya hingga tidak bisa bergerak."Di mana kalian si
Shian Kui berusaha menemukan Kitab Iblis Neraka, mencoba mengabaikan suara gaduh dari Tetua Perguruan Go Bi Pay yang mengejarnya. Suara samar dari kitab tersebut memanggilnya, menggetarkan udara di sekitar."Shian Kui... aku ada di ruang bawah tanah perguruan sialan ini!" suara Kitab Iblis Neraka terdengar jelas dalam pikirannya, membawa aroma lembab dan dingin dari ruang bawah tanah yang berdesir melalui indranya.Shian Kui menyusuri koridor, langkah kakinya memantul lembut di dinding batu. "Kitab Iblis!" dia berseru, napasnya memburu."Aku di ruang bawah tanah! Cepat ke sini, Shian Kui! Aku merasakan energi yang kuat dari dalam tubuhmu!" desak Kitab Iblis Neraka lagi, suaranya menggema di kepala Shian Kui seperti dentuman gong.Dengan sekejap, Shian Kui sudah berada di ruang bawah tanah Perguruan Go Bi, mengikuti jejak energi gelap yang memancar dari Kitab Iblis Neraka. Dinding-dinding ruangan terasa seperti mendekat, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di tengah kegelapan."Ha
Shian Kui berdiri tegak, napasnya memburu setelah pertarungan awal dengan Liu Hong dan Song Bihai. Energi Kitab Iblis Neraka yang mengalir dalam tubuhnya memberikan kekuatan luar biasa. Tiba-tiba, dari dalam Kitab Iblis Neraka, muncul pedang legendaris yang pernah ditakuti di masa lalu—Pedang Iblis Neraka. Pedang tersebut memancarkan aura gelap yang menggetarkan jiwa, membawa ingatan akan Pendekar Iblis Neraka Zhang Kui.Liu Hong, Tetua Magis yang kuat, tidak tinggal diam. Dengan satu gerakan tangan, dia memanggil energi magis yang berputar-putar di sekitar tubuhnya. "Shian Kui, kau akan menyesal telah datang ke sini!" serunya. Tangan Liu Hong membentuk segel-segel rumit di udara, menciptakan lingkaran sihir yang berpendar dengan cahaya hijau. "Serangan Petir Hijau!" Petir hijau menyambar dari lingkaran sihir, mengarah langsung ke Shian Kui.Shian Kui mengayunkan Pedang Iblis Neraka, menciptakan gelombang energi hitam yang menghantam petir hijau tersebut, memadamkannya dalam ledakan c
Petaka besar tengah dialami Go Bi Pay yang hancur oleh pembalasan dendam yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis."Hahaha ... apa hebatnya Pangcu kalian? Aku akan menghabisi kalian semua sampai tak bersisa! Katakan ... siapa yang turut serta mengejarku dan menyaksikan kematian orangtuaku? Apa kau juga ikut serta, Song Bihai?' tanya Shian Kui dengan wajah bengis iblisnya."Aku tidak tahu siapa orangtuamu! Kenapa kamu membunuh seluruh pendekar dunia persilatan hanya demi memenuhi dendam kesumatmu yang tak jelas!"Baru kali ini dia menyaksikan langsung pembantaian yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis yang tidak berbelas kasihan sama sekali. Song Bihai sadar kalau nyawanya hanya menghitung waktu. Tidak mungkin Hantu Dunia Persilatan ini melepaskan dirinya."Tak jelas katamu? seluruh pendekar dunia persilatan menganggu hidup kami yang tenang di Desa Fujian. Apa kamu ingat Pendekar Tinju Besi Shu Yonjin dan Pendekar Pedang Rajawali Qian Ling yang kalian kejar dan bunuh hanya demi memen