Sudah sebulan Shu Zhen berada di Perguruan Bangau Putih. Setiap hari ia menghabiskan waktu membersihkan lingkungan perguruan, hanya mendapat sedikit pelajaran ilmu bela diri. Ia dikenal dengan nama Liu Kang dan tampak seperti pemuda biasa yang berdedikasi, meskipun hatinya dipenuhi rahasia kelam yang bahkan ia sendiri tidak menyadarinya. Qian Wang, pemimpin perguruan yang juga kakeknya, tidak mengenali Shu Zhen. Begitu pula Shu Zhen yang tidak memiliki ingatan bahwa kakeknya adalah pembunuh kedua orang tuanya.Suasana di perguruan tiba-tiba berubah menjadi hiruk pikuk. Para pelayan wanita bergerak cepat, mempersiapkan segala sesuatunya."Ssst ... Liu Kang! Cepat bersihkan tempat ini, Tuan Putri Qian Lian akan datang melihat kemajuan murid-murid perguruan yang belajar ilmu bela diri termasuk murid luar!" bisik seorang pelayan wanita dengan nada terburu-buru.Shu Zhen, dengan sapu di tangan, menghentikan gerakannya sejenak. "Aku ini murid luar, Kak ... apa aku boleh bersiap-siap?" tanya
Setiap kali Putri Qian Lian berkunjung ke tempat tinggal Shu Zhen, murid-murid lain, terutama dari Perguruan Bangau Putih, merasa iri hati. Mereka memandang dengan kecemburuan, menyaksikan kedekatan keduanya.Mereka menunggu waktu yang tepat ketika Putri Qian Lian kembali ke Perguruan Kun Lun. Mereka merasa terhina dengan keberanian Shu Zhen yang berani menjalin hubungan dengan putri Ketua Qian Chao dan cucu Qian Wang. Qian Wang, yang terkadang masih duduk sebagai Ketua Perguruan Bangau Putih, sering mengabaikan perasaan putranya yang sakit hati.Hari yang dinanti akhirnya tiba. Tiga murid senior, Han Zhou, Zhang Yuan, dan Chao Laong, merasa dendam mereka semakin membara. Ketiganya pernah berharap mendapatkan cinta Putri Qian Lian, namun harapan itu tak pernah berbalas. Kini, rasa sakit hati mereka tertuju pada Shu Zhen.Han Zhou, dengan wajah serius dan tatapan tajam, memimpin langkah mereka menuju tempat Shu Zhen berlatih. Zhang Yuan, dengan tubuh tegap dan ekspresi marah, mengepalk
Di malam yang dingin, Gurun Go Bi terbentang luas, menyelimuti segala yang ada dengan keheningan yang mencekam. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma pasir yang dingin dan kesepian. Dalam kegelapan itu, satu sosok berpakaian hitam bergerak dengan tekad bulat, menembus dinginnya malam tanpa ragu. Wajahnya tertutup kain hitam, hanya menyisakan sepasang mata tajam dan bengis yang bersinar di bawah cahaya bulan.Di bawah langkahnya, cacing-cacing gurun raksasa enggan menampakkan diri, seolah takut akan aura kematian yang menyelimutinya. Pepohonan yang jarang tumbuh di gurun ini layu dan mati seketika saat sosok berpakaian hitam itu melewatinya, menyebarkan hawa kematian di sekitarnya. Bayangan hitam itu bergerak cepat, seakan melayang di udara, menuju bangunan besar yang berdiri di tengah gurun.Dengan tujuan yang jelas, ia mencari sesuatu yang diinginkannya. Saat melihat seorang murid Perguruan Go Bi yang berjaga, ia langsung menotoknya hingga tidak bisa bergerak."Di mana kalian si
Shian Kui berusaha menemukan Kitab Iblis Neraka, mencoba mengabaikan suara gaduh dari Tetua Perguruan Go Bi Pay yang mengejarnya. Suara samar dari kitab tersebut memanggilnya, menggetarkan udara di sekitar."Shian Kui... aku ada di ruang bawah tanah perguruan sialan ini!" suara Kitab Iblis Neraka terdengar jelas dalam pikirannya, membawa aroma lembab dan dingin dari ruang bawah tanah yang berdesir melalui indranya.Shian Kui menyusuri koridor, langkah kakinya memantul lembut di dinding batu. "Kitab Iblis!" dia berseru, napasnya memburu."Aku di ruang bawah tanah! Cepat ke sini, Shian Kui! Aku merasakan energi yang kuat dari dalam tubuhmu!" desak Kitab Iblis Neraka lagi, suaranya menggema di kepala Shian Kui seperti dentuman gong.Dengan sekejap, Shian Kui sudah berada di ruang bawah tanah Perguruan Go Bi, mengikuti jejak energi gelap yang memancar dari Kitab Iblis Neraka. Dinding-dinding ruangan terasa seperti mendekat, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di tengah kegelapan."Ha
Shian Kui berdiri tegak, napasnya memburu setelah pertarungan awal dengan Liu Hong dan Song Bihai. Energi Kitab Iblis Neraka yang mengalir dalam tubuhnya memberikan kekuatan luar biasa. Tiba-tiba, dari dalam Kitab Iblis Neraka, muncul pedang legendaris yang pernah ditakuti di masa lalu—Pedang Iblis Neraka. Pedang tersebut memancarkan aura gelap yang menggetarkan jiwa, membawa ingatan akan Pendekar Iblis Neraka Zhang Kui.Liu Hong, Tetua Magis yang kuat, tidak tinggal diam. Dengan satu gerakan tangan, dia memanggil energi magis yang berputar-putar di sekitar tubuhnya. "Shian Kui, kau akan menyesal telah datang ke sini!" serunya. Tangan Liu Hong membentuk segel-segel rumit di udara, menciptakan lingkaran sihir yang berpendar dengan cahaya hijau. "Serangan Petir Hijau!" Petir hijau menyambar dari lingkaran sihir, mengarah langsung ke Shian Kui.Shian Kui mengayunkan Pedang Iblis Neraka, menciptakan gelombang energi hitam yang menghantam petir hijau tersebut, memadamkannya dalam ledakan c
Petaka besar tengah dialami Go Bi Pay yang hancur oleh pembalasan dendam yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis."Hahaha ... apa hebatnya Pangcu kalian? Aku akan menghabisi kalian semua sampai tak bersisa! Katakan ... siapa yang turut serta mengejarku dan menyaksikan kematian orangtuaku? Apa kau juga ikut serta, Song Bihai?' tanya Shian Kui dengan wajah bengis iblisnya."Aku tidak tahu siapa orangtuamu! Kenapa kamu membunuh seluruh pendekar dunia persilatan hanya demi memenuhi dendam kesumatmu yang tak jelas!"Baru kali ini dia menyaksikan langsung pembantaian yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis yang tidak berbelas kasihan sama sekali. Song Bihai sadar kalau nyawanya hanya menghitung waktu. Tidak mungkin Hantu Dunia Persilatan ini melepaskan dirinya."Tak jelas katamu? seluruh pendekar dunia persilatan menganggu hidup kami yang tenang di Desa Fujian. Apa kamu ingat Pendekar Tinju Besi Shu Yonjin dan Pendekar Pedang Rajawali Qian Ling yang kalian kejar dan bunuh hanya demi memen
Keheningan yang biasanya melingkupi Biara Shaolin kini pecah oleh hiruk-pikuk para biksu. Mereka bergerak serempak, mengasah keterampilan di bawah pengawasan ketat Ketua Shaolin, Shi Yongxin. Di tengah halaman luas, Biksu Tang Fei yang biasanya mengasingkan diri, muncul dengan wajah diliputi kecemasan."Kita tidak perlu takut! Shian Kui hanya sendirian, sementara kita ratusan, bahkan ribuan jika Samanera ikut serta melawan Pendekar Kitab Iblis! Kita adalah biksu yang welas asih, tidak mungkin kita biarkan anak-anak muda itu tewas di tangan Shian Kui! Cukup kita saja yang menghadapinya!" seru Shi Yongxin. Seruannya disambut sorak-sorai meriah dari para biksu. Beberapa Pendekar Lo Han yang menjaga biara turut hadir dalam rapat akbar itu."Apakah informasimu ini benar, Suheng?" tanya Biksu Tang Fei, masih belum bisa mempercayai bahwa Perguruan Go Bi kini hanya tinggal reruntuhan dengan semua Tetua Perguruan tewas di tangan Shian Kui. Hanya Ketua Guo Xiang yang selamat karena tidak berada
Shian Kui melesat ke depan dengan gerakan yang begitu cepat hingga hanya terlihat sebagai bayangan kabur. Dia menggunakan jurus “Angin Neraka”, gerakan berputar cepat yang menciptakan pusaran angin kuat di sekitarnya. Para biksu yang berada di jalurnya terhempas seperti daun kering tertiup angin.Shi Yongxin melangkah maju, tangannya mengeluarkan cahaya keemasan. “Jari Sakti Emas!” serunya, jari-jarinya meluncur cepat ke arah Shian Kui, menyerang titik-titik vital. Namun, Shian Kui menghindari setiap serangan dengan kelincahan luar biasa, seperti bayangan yang menari di tengah badai.Tang Fei tidak tinggal diam. Dia mengangkat tangannya, tubuhnya menyatu dengan alam sekitarnya. “Tapak Lo Han Emas!” Teriaknya, tubuhnya bergerak lincah dalam kombinasi jurus-jurus yang sulit ditebak. Tangannya menghantam dengan kekuatan dahsyat, menciptakan gelombang energi yang bergetar di udara. Tubuh Biksu ini juga berwarna keemasan dengan daya pelindung meningkat beberapa kali lipat daripada sebelumny
Kaisar Han yang berhasil diselamatkan bersama Ketua Lima Perguruan Besar, seakan melupakan perbuatannya dahulu yang memerintahkan pembunuhan terhadap Shian Kui. Kini, Kaisar Han sangat berterima kasih kepada Shian Long dan semua pendekar yang telah membebaskan Negeri Han dari cengkraman Ang Cit Mo Kui.Ketua dari Lima Perguruan Besar juga memutuskan untuk melupakan masa lalu Shian Long setelah adanya penjelasan dari Wang pao mengenai keterlibatan Ang Cit Mo Kui untuk semua perbuatan yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis.Setelah mengikuti perayaan di istana Kekaisaran Han yang hancur sebelumnya ini, Shian Long dan Guo Xiang memutuskan untuk hidup di Desa Fujian, tempat tinggal Shian Long saat kecil.Wang Pao tetap tinggal di Hutan Racun sambil sesekali mengunjungi Shian Long di Desa Fujian untuk memastikan kalau Pendekar Kitab Iblis ini telah lepas dari pengaruh Kitab Iblis Neraka.Kitab Dewa Surgawi memutuskan ikut bersama Shian Long setelah mengetahui asal usul Shian Long di kehid
Di Hutan Selaksa Racun, persiapan untuk pertarungan terakhir berlangsung dengan intens. Para pendekar dari seluruh pelosok negeri berkumpul, menyusun strategi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ang Cit Mo Kui. Suasana di hutan dipenuhi dengan aura ketegangan dan semangat, di mana setiap pendukung tahu bahwa pertempuran ini adalah yang terpenting.Di tengah hutan yang dikelilingi oleh pepohonan yang berkilauan di bawah sinar bulan, Shian Long berdiri di depan sebuah lingkaran besar yang terdiri dari pendekar-pendekar dan murid-murid perguruan besar. Api unggun yang menyala di tengah memberikan cahaya hangat, namun suasana tetap serius."Kita akan melancarkan serangan malam ini. Tujuan kita adalah menembus pertahanan istana kekaisaran dari beberapa arah sekaligus. Kita harus memecah konsentrasi musuh agar dapat menyusup ke dalam istana."Shian long memulai persiapan terakhir sebelum penyerangan ke istana kekaisaran Han."Apa strategi kita untuk mengatasi penjaga di sekitar istana? M
Shian Long berdiri tertegun di depan altar yang dikelilingi oleh cahaya lembut, matanya tertuju pada Kitab Dewa Surgawi yang melayang di udara. Kitab itu bersinar dengan cahaya keemasan yang memancar, menyebarkan aura yang memadukan keindahan dan bahaya. Cahaya yang memancar dari kitab ini memiliki kilau yang tajam, seolah-olah setiap sinar adalah pisau yang bisa memotong realitas.Saat Shian Long melangkah lebih dekat, suara yang dalam dan bergema terdengar di seluruh ruangan. Suara itu tampaknya berasal dari Kitab Dewa Surgawi itu sendiri. "Hanya mereka yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang dapat memiliki kekuatan ini. Salah satu jawaban akan mengakibatkan kehilangan nyawa."Shian Long merasakan tekanan yang berat, seolah-olah setiap helai rambut di tubuhnya bergetar dengan ketegangan. Ia tahu bahwa setiap pertanyaan dari Kitab Dewa Surgawi akan menentukan nasibnya. Namun, ia juga tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan jika ia ingin menyelamatkan dunia persilatan dari tira
Setelah berhari-hari mengikuti Rajawali Sakti, Shian Long akhirnya tiba di sebuah negeri yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Negeri ini adalah sebuah alam yang memukau, terletak di antara awan yang lembut dan pemandangan yang menakjubkan. Pulau-pulau terapung yang berlapis pepohonan hijau membentang di langit biru, seolah-olah diukir dari kristal dan dedaunan. Air terjun yang gemericik turun dari tebing-tebing tinggi, dan sungai yang jernih berkelok-kelok di antara pulau-pulau, memberikan kehidupan dan keindahan pada negeri awan yang anggun ini.Shian Long terpesona oleh keindahan yang menantinya. Ia merasakan udara yang segar dan menenangkan, seakan-akan setiap napas membawa kedamaian dan energi baru. Namun, ia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar keindahan di negeri ini—sesuatu yang misterius dan belum ia ketahui.Rajawali Sakti terbang di depan, menunjukkan arah dengan sayapnya yang megah. Ia mengarahkan Shian Long menuju sebuah pulau yang lebih besar dan t
Rajawali Sakti, makhluk yang hidup di Pegunungan Huashan, adalah sosok legendaris yang dikenal dalam dunia persilatan. Setelah kematian tragis Qian Ling, Rajawali Sakti memilih untuk mengasingkan diri, menghindari keramaian dunia persilatan yang penuh intrik dan konflik. Namun, sedikit yang tahu bahwa Rajawali Sakti bukan sekadar burung legendaris; ia adalah titisan seorang Immortal, makhluk abadi yang memilih untuk tetap berada di dalam tubuh rajawali tersebut daripada terlahir kembali sebagai manusia.Di puncak Pegunungan Huashan, di mana angin dingin berhembus dan langit sering tertutup awan tebal, Rajawali Sakti menghabiskan hari-harinya dalam keheningan. Matanya yang tajam menyaksikan dunia dari ketinggian, menyadari betapa rapuhnya kehidupan manusia. Immortal yang berada dalam tubuhnya, yang telah lama mengamati kehidupan duniawi, merasakan kesedihan mendalam atas tragedi yang menimpa Qian Ling, seorang pendekar yang pernah berhubungan dekat dengannya.Pilihan untuk tetap dalam
Di sebuah pondok kecil yang tersembunyi di Hutan Racun, Shu Zhen terbaring di tempat tidur, perlahan pulih dari luka-lukanya. Wang Pao, dengan keahliannya dalam ilmu pengobatan dan ramuan, telah merawatnya dengan telaten, memberikan ramuan obat peningkat tenaga yang kuat. Setelah tiga hari, Shu Zhen akhirnya membuka matanya, merasakan kekuatan yang kembali mengalir dalam tubuhnya."Bagaimana perasaanmu?" tanya Wang Pao dengan nada lembut, duduk di samping tempat tidur.Shu Zhen menatapnya, masih lemah tapi dengan kilatan tekad di matanya. "Lebih baik. Terima kasih, Master Wang Pao. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan selamat."Wang Pao tersenyum tipis. "Kau adalah harapan terakhir dunia persilatan. Aku tidak bisa membiarkanmu lenyap dari dunia ini."Shu Zhen terdiam sejenak, merenungkan pertarungan yang baru saja ia lalui. "Ang Cit Mo Kui terlalu kuat. Jurus Bangau Putih tidak cukup untuk melawannya, terutama dengan kekuatan dari Kitab Iblis Neraka."Wang Pao mengangguk, matanya p
Di bawah langit yang mendung, Shu Zhen berdiri penuh percaya diri di depan gerbang Kota Luoyang, tempat istana Kaisar Han berada. Kota itu kini menjadi pusat kekuasaan Ang Cit Mo Kui, yang telah mengambil alih kendali tidak hanya atas dunia persilatan tetapi juga kerajaan Han. Dengan tekad yang bulat, Shu Zhen menantang Ang Cit Mo Kui untuk sebuah pertarungan yang akan menentukan nasib mereka semua baik Negeri han maupun untuk Dunia Persilatan.Sementara itu, Guo Xiang berkelana ke pelosok-pelosok negeri, mencari bantuan dari para pendekar yang tersisa. Namun, banyak dari mereka telah ditaklukkan atau dipaksa tunduk oleh Ang Cit Mo Kui dan pengikutnya, termasuk pendekar-pendekar kuat yang dulunya dianggap sebagai pelindung dunia persilatan. Usahanya menemukan sekutu semakin sulit, namun Guo Xiang tetap tidak menyerah, bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan harapan mengumpulkan kekuatan untuk melawan.Di dalam istana, di hadapan banyak mata yang penuh waspada, Shu Zhen dan Ang
Setelah pertarungan hebat yang mengguncang medan pertempuran, Guo Xiang mendekati Shian Kui, yang kini terbaring lemah di tanah. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya terlihat penuh penyesalan. Dengan penuh keletihan, Guo Xiang memulai penjelasan yang akan mengubah segalanya.Kitab Iblis Neraka langsung menghilang begitu kekalahan menerpa Shian Kui."Shian Kui," kata Guo Xiang, suaranya penuh dengan ketulusan, "Aku tahu kau mungkin merasa tertekan dan marah. Tapi ada sesuatu yang harus kau ketahui. Musuh utama kita, Ang Cit Mo Kui, sudah merencanakan semuanya sejak lama. Dia memanfaatkan Shu Zhen, menjadikanmu sebagai alatnya untuk mencapai tujuannya."Shian Kui, atau lebih tepatnya Shu Zhen yang kini menguasai tubuh Shian Kui, mendongak dengan tatapan bingung. "Ang Cit Mo Kui? Apa maksudmu?"Guo Xiang mengangguk, menjelaskan lebih lanjut. "Ang Cit Mo Kui adalah sosok yang mengendalikan Hantu Dunia Persilatan, dan rencananya adalah untuk menguasai Lima Perguruan Besar. Dengan memanfaa
PHOENIX IBLIS PENGHANCURPertarungan antara Guo Xiang dan Shian Kui semakin memanas. Pedang mereka bersinar terang, mencerminkan intensitas emosi dan kekuatan mereka. Namun, di tengah denting pedang dan percikan api, ada keraguan di mata Guo Xiang, sebuah konflik batin yang mulai mengemuka."Shian Kui," Guo Xiang berkata, suaranya sedikit bergetar meski tetap kuat, "apakah tidak ada jalan lain selain kekerasan ini? Aku tahu di dalam dirimu ada kebaikan... Shu Zhen pernah menunjukkan itu padaku."Shian Kui tersentak, matanya sejenak mengungkapkan perasaan yang tertahan. "Shu Zhen tidak ada lagi," jawabnya dengan dingin, mencoba menutupi getaran yang muncul dari dalam dirinya. "Yang ada hanya aku, Shian Kui, dan dunia ini harus tunduk pada kekuatanku."Guo Xiang menggeleng, matanya memancarkan kesedihan. "Aku ingat kebaikanmu, Shian Kui... atau saat kamu menjadi Shu Zhen. Kau pernah membantu orang-orang, kau punya hati yang baik. Mengapa kau memilih jalan ini?"Shian Kui tertawa sinis,