Angin kencang berhembus di halaman Biara Shaolin, membawa aroma tanah basah yang tersentuh oleh energi dahsyat yang memancar dari tubuh tiga pendekar yang berdiri di tengah-tengahnya. Suara daun-daun berdesir dan gemerisik pohon-pohon menciptakan suasana tegang yang mencekam. Di langit yang suram, awan hitam berputar seolah-olah meramalkan kehancuran yang akan datang.Shian Kui, Sang Pendekar Kitab Iblis, berdiri dengan tatapan yang menyala penuh amarah, mata hitamnya memancarkan kegilaan yang mengerikan. "Bersiaplah untuk akhir dari Lima Perguruan Besar," katanya dengan suara rendah dan mengancam. Ketika dia mengangkat tangannya, sebuah aura gelap yang pekat mulai mengelilinginya, mengaburkan sekitarnya dengan bayangan yang menakutkan. "Tapak Iblis Tanpa Batas!" serunya, mengayunkan tangannya dengan gerakan yang begitu cepat sehingga hanya terlihat sebagai bayangan. Gelombang energi hitam melesat dari tangannya, menghantam tanah dengan kekuatan luar biasa, menciptakan retakan yang me
Angin kencang terus menderu di halaman Biara Shaolin, seolah alam pun ikut merasakan ketegangan dan kesedihan yang meliputi tempat itu. Aroma darah bercampur dengan tanah basah menyatu dalam udara dingin yang membalut seluruh area. Shian Kui, meskipun terluka, masih memiliki satu jurus pamungkas. Dia mengangkat tangannya, matanya bersinar merah penuh amarah, menembus kegelapan seperti bara api yang membara. "Cakar Iblis Putih!" serunya, tangannya berubah menjadi cakar tajam yang memancarkan cahaya putih menyilaukan, menciptakan pemandangan yang menakutkan dan memukau sekaligus.Dengan satu gerakan cepat, Shian Kui menghantam gelombang energi dari Tang Fei dan Shi Yongxin, menghancurkannya seketika. Dentuman keras terdengar ketika energi mereka bertabrakan, memecahkan keheningan malam. Tang Fei dan Shi Yongxin terhempas keras ke tanah oleh energi cahaya putih yang terus melesat ke arah mereka, tubuh mereka tak berdaya menghadapi kekuatan luar biasa dari Shian Kui. Mereka berdua terbari
Pegunungan Huashan yang biasanya damai kini dipenuhi hiruk-pikuk tak terduga. Angin yang berhembus di antara pepohonan pinus membawa serta suara derap langkah para pendekar berpedang dari Huashan Pay, yang berpatroli tanpa henti dari puncak hingga kaki gunung. Di sela-sela gemericik air terjun dan kicauan burung yang biasanya menenangkan, langkah-langkah mereka terdengar tegas dan penuh kewaspadaan, menciptakan suasana yang mencekam.Di Puncak Teratai, tempat yang menyerupai bunga teratai raksasa, suasana begitu tegang. Ratusan murid Huashan Pay berjaga dengan mata tajam, seolah setiap bayangan adalah ancaman yang mengintai. Dulu, hanya belasan pendekar yang menjaga perguruan megah ini, namun kini jumlah mereka mencapai ratusan, membentuk barikade manusia yang mengelilingi puncak, siap menghadapi segala kemungkinan.Kehadiran mereka yang begitu banyak bukan tanpa alasan. Desas-desus tentang Shian Kui, Pendekar Kitab Iblis, menghantui setiap sudut Pegunungan Huashan. Kabar tentang keha
WUUUSSSH!Angin menggeliat dan mengaum, menerjang halaman Perguruan Huashan Pay dengan liar.Para pendekar yang tak siap menghadapi badai energi ini terhempas seketika. Tubuh mereka melayang tak terkendali, beberapa menghantam tebing pegunungan yang tajam, tewas seketika dalam kengerian."Hati-hati! Ini bukan angin biasa!" Teriakan Hao Daitong menggema, kesadarannya langsung menangkap bahwa ini adalah ulah Shian Kui. "Bersembunyilah di balik dinding yang aman dari hembusan angin kencang ini!"Kelima Harimau Huashan—Hao Fei, Hao Long, Hao Shen, Hao Kui, dan Hao Kang—juga mulai menyadari bahwa badai ini bukanlah fenomena alam, tetapi sebuah serangan energi angin yang dahsyat. Hanya satu orang yang mampu melakukannya—Shian Kui, Pendekar Kitab Iblis dengan ilmu Hembusan Angin Iblisnya."Dia sudah datang!" Seru Hao Daitong. Wajahnya yang tadi penuh percaya diri kini berubah pucat pasi."Jangan khawatir, Ketua Hao... Kami akan membasmi hantu Dunia Persilatan ini!" Sahut Hao Fei. Baginya, men
Perguruan Wu Tang adalah sekte yang sangat dihormati di Negeri Han, terutama setelah kehancuran Biara Shaolin. Kini, Wu Tang Pay menjadi yang terdepan dalam dunia persilatan, diharapkan oleh banyak pendekar untuk menghentikan kekejian Shian Kui.Zhang Sanfeng, yang sombong, mulai menampakkan keangkuhannya. Sudah tiga hari berlalu sejak insiden di Shaolin Pay, namun Hantu Dunia Persilatan yang menakutkan itu belum bertindak. Di hari ketiga, Zhang Sanfeng dengan lantang berkata, "Jangan takut! Shian Kui tidak akan berani menyentuh Perguruan Wu Tang!" Suaranya menggema di antara murid-murid dan pendekar Wu Tang, menimbulkan sorak-sorai penuh semangat. Mereka melihat Zhang Sanfeng sebagai pemimpin yang berdiri kokoh di puncak dunia persilatan, dan tanpa ragu, ia menawarkan diri sebagai Ketua Dunia Persilatan, menggantikan Shi Yongxin yang baru saja wafat, bersama Lima Perguruan Besar."Kita harus membalaskan dendam Ketua Shi dari Shaolin Pay!" serunya, tanpa menyebut Go Bi Pay dan Huashan
Kehancuran Tiga Perguruan Besar hanya dalam sekejab saja membuat dunia persilatan geger oleh sepak terjang Shian Kui yang terkenal sebagai Hantu Dunia Persilatan dan juga Pendekar kitab Iblis. Tidak terkecuali Kun Lun Pay yang baru saja mengangkat Tiga Elemental Kun Lun menjadi Ketua Kun Lun Pay untuk sementara waktu.Di bawah langit kelabu, Shian Kui berdiri di tepi tebing Perguruan Kun Lun, angin dingin menusuk kulitnya. Udara pegunungan yang tajam membawa aroma pinus dan es, memberikan kesan tenang yang menipu. Dia menatap ke bawah, melihat lembah yang dipenuhi kabut, sementara ingatan tentang kehadirannya di Wu Tang masih segar di benaknya. Mengapa dia meninggalkan Wu Tang? Itu adalah pertanyaan yang menggantung tanpa jawaban, bahkan bagi dirinya sendiri."Shian Kui," suara menggema di baliknya, tajam seperti petir yang siap menggelegar. Shian Kui berbalik, melihat tiga sosok berdiri tegak di depannya, masing-masing mengenakan jubah kuning pucat dengan simbol elemen di dada mereka
Setelah menghancurkan Perguruan Kun Lun, Shian Kui kembali menuju Perguruan Wu Tang yang sebelumnya ia lewati. Dia merasa heran dengan dirinya sendiri karena tidak langsung menghancurkan Perguruan Wu Tang saat pertama kali melewatinya. Rasa penasaran dan hasrat untuk menuntaskan misi penghancuran membuatnya kembali ke sana, dengan kekuatan dan tekad yang semakin membara. Di dalam hatinya, Shian Kui tahu bahwa kehancuran Perguruan Wu Tang akan menjadi langkah penting dalam usahanya untuk menaklukkan dunia persilatan.Di Perguruan Wu Tang, para pendekar merasa lega setelah berhasil lolos dari pembantaian sebelumnya oleh Hantu Dunia Persilatan. Mereka menikmati ketenangan yang langka itu, tidak menyadari bahwa Shian Kui sedang menuju kembali ke sana dengan niat jahat.Shian Kui tiba dengan wajah beringas, membuat para pendekar Wu Tang terkejut. Tanpa peringatan, ia melancarkan serangan "Angin Api Neraka". Dengan gerakan tangannya, angin berubah menjadi pusaran api yang melalap pendekar-p
Tidak ada ras senang ataupun bangga telah menghancurkan lima perguruan besar yang menjadi panutan bagi dunia persilatan. Hatinya masih terasa kosong. Pembalasan dendam terhadap Ketua Lima Perguruan Besar yang semuanya tewas kecuali Guo Xiang hanya merupakan kesenangan sesaat saja baginya, kemudian hatinya kembali hampa."Aku harus mencari Ketua Golongan Hitam, Shu Maojin yang telah menghianati ayahku. Gara-gara dia, ayah sampai tewas diburu oleh pendekar brengsek ini."Ingatan Shian Kui semakin jelas ... bahkan dia juga mulai ingat kalau Qian Wang, kakeknya yang telah membunuh ayah dan ibunya. "Tunggu aku, kakek jahat! Aku akan mencarimu setelah urusanku dengan Shu Maojin selesai!" Mencari Shu Maojin bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Tokoh golongan hitam ini emnghilang tanpa jejak, sehingga Shian Kui merasa perlu untuk pergi ke Bukit Tengkorak untuk membalaskan dendamnya.***Bukit Tengkorak, atau yang juga dikenal sebagai Skull Hill, menjadi markas kuat Golongan Hitam, sebu
Kaisar Han yang berhasil diselamatkan bersama Ketua Lima Perguruan Besar, seakan melupakan perbuatannya dahulu yang memerintahkan pembunuhan terhadap Shian Kui. Kini, Kaisar Han sangat berterima kasih kepada Shian Long dan semua pendekar yang telah membebaskan Negeri Han dari cengkraman Ang Cit Mo Kui.Ketua dari Lima Perguruan Besar juga memutuskan untuk melupakan masa lalu Shian Long setelah adanya penjelasan dari Wang pao mengenai keterlibatan Ang Cit Mo Kui untuk semua perbuatan yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis.Setelah mengikuti perayaan di istana Kekaisaran Han yang hancur sebelumnya ini, Shian Long dan Guo Xiang memutuskan untuk hidup di Desa Fujian, tempat tinggal Shian Long saat kecil.Wang Pao tetap tinggal di Hutan Racun sambil sesekali mengunjungi Shian Long di Desa Fujian untuk memastikan kalau Pendekar Kitab Iblis ini telah lepas dari pengaruh Kitab Iblis Neraka.Kitab Dewa Surgawi memutuskan ikut bersama Shian Long setelah mengetahui asal usul Shian Long di kehid
Di Hutan Selaksa Racun, persiapan untuk pertarungan terakhir berlangsung dengan intens. Para pendekar dari seluruh pelosok negeri berkumpul, menyusun strategi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ang Cit Mo Kui. Suasana di hutan dipenuhi dengan aura ketegangan dan semangat, di mana setiap pendukung tahu bahwa pertempuran ini adalah yang terpenting.Di tengah hutan yang dikelilingi oleh pepohonan yang berkilauan di bawah sinar bulan, Shian Long berdiri di depan sebuah lingkaran besar yang terdiri dari pendekar-pendekar dan murid-murid perguruan besar. Api unggun yang menyala di tengah memberikan cahaya hangat, namun suasana tetap serius."Kita akan melancarkan serangan malam ini. Tujuan kita adalah menembus pertahanan istana kekaisaran dari beberapa arah sekaligus. Kita harus memecah konsentrasi musuh agar dapat menyusup ke dalam istana."Shian long memulai persiapan terakhir sebelum penyerangan ke istana kekaisaran Han."Apa strategi kita untuk mengatasi penjaga di sekitar istana? M
Shian Long berdiri tertegun di depan altar yang dikelilingi oleh cahaya lembut, matanya tertuju pada Kitab Dewa Surgawi yang melayang di udara. Kitab itu bersinar dengan cahaya keemasan yang memancar, menyebarkan aura yang memadukan keindahan dan bahaya. Cahaya yang memancar dari kitab ini memiliki kilau yang tajam, seolah-olah setiap sinar adalah pisau yang bisa memotong realitas.Saat Shian Long melangkah lebih dekat, suara yang dalam dan bergema terdengar di seluruh ruangan. Suara itu tampaknya berasal dari Kitab Dewa Surgawi itu sendiri. "Hanya mereka yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang dapat memiliki kekuatan ini. Salah satu jawaban akan mengakibatkan kehilangan nyawa."Shian Long merasakan tekanan yang berat, seolah-olah setiap helai rambut di tubuhnya bergetar dengan ketegangan. Ia tahu bahwa setiap pertanyaan dari Kitab Dewa Surgawi akan menentukan nasibnya. Namun, ia juga tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan jika ia ingin menyelamatkan dunia persilatan dari tira
Setelah berhari-hari mengikuti Rajawali Sakti, Shian Long akhirnya tiba di sebuah negeri yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Negeri ini adalah sebuah alam yang memukau, terletak di antara awan yang lembut dan pemandangan yang menakjubkan. Pulau-pulau terapung yang berlapis pepohonan hijau membentang di langit biru, seolah-olah diukir dari kristal dan dedaunan. Air terjun yang gemericik turun dari tebing-tebing tinggi, dan sungai yang jernih berkelok-kelok di antara pulau-pulau, memberikan kehidupan dan keindahan pada negeri awan yang anggun ini.Shian Long terpesona oleh keindahan yang menantinya. Ia merasakan udara yang segar dan menenangkan, seakan-akan setiap napas membawa kedamaian dan energi baru. Namun, ia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar keindahan di negeri ini—sesuatu yang misterius dan belum ia ketahui.Rajawali Sakti terbang di depan, menunjukkan arah dengan sayapnya yang megah. Ia mengarahkan Shian Long menuju sebuah pulau yang lebih besar dan t
Rajawali Sakti, makhluk yang hidup di Pegunungan Huashan, adalah sosok legendaris yang dikenal dalam dunia persilatan. Setelah kematian tragis Qian Ling, Rajawali Sakti memilih untuk mengasingkan diri, menghindari keramaian dunia persilatan yang penuh intrik dan konflik. Namun, sedikit yang tahu bahwa Rajawali Sakti bukan sekadar burung legendaris; ia adalah titisan seorang Immortal, makhluk abadi yang memilih untuk tetap berada di dalam tubuh rajawali tersebut daripada terlahir kembali sebagai manusia.Di puncak Pegunungan Huashan, di mana angin dingin berhembus dan langit sering tertutup awan tebal, Rajawali Sakti menghabiskan hari-harinya dalam keheningan. Matanya yang tajam menyaksikan dunia dari ketinggian, menyadari betapa rapuhnya kehidupan manusia. Immortal yang berada dalam tubuhnya, yang telah lama mengamati kehidupan duniawi, merasakan kesedihan mendalam atas tragedi yang menimpa Qian Ling, seorang pendekar yang pernah berhubungan dekat dengannya.Pilihan untuk tetap dalam
Di sebuah pondok kecil yang tersembunyi di Hutan Racun, Shu Zhen terbaring di tempat tidur, perlahan pulih dari luka-lukanya. Wang Pao, dengan keahliannya dalam ilmu pengobatan dan ramuan, telah merawatnya dengan telaten, memberikan ramuan obat peningkat tenaga yang kuat. Setelah tiga hari, Shu Zhen akhirnya membuka matanya, merasakan kekuatan yang kembali mengalir dalam tubuhnya."Bagaimana perasaanmu?" tanya Wang Pao dengan nada lembut, duduk di samping tempat tidur.Shu Zhen menatapnya, masih lemah tapi dengan kilatan tekad di matanya. "Lebih baik. Terima kasih, Master Wang Pao. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan selamat."Wang Pao tersenyum tipis. "Kau adalah harapan terakhir dunia persilatan. Aku tidak bisa membiarkanmu lenyap dari dunia ini."Shu Zhen terdiam sejenak, merenungkan pertarungan yang baru saja ia lalui. "Ang Cit Mo Kui terlalu kuat. Jurus Bangau Putih tidak cukup untuk melawannya, terutama dengan kekuatan dari Kitab Iblis Neraka."Wang Pao mengangguk, matanya p
Di bawah langit yang mendung, Shu Zhen berdiri penuh percaya diri di depan gerbang Kota Luoyang, tempat istana Kaisar Han berada. Kota itu kini menjadi pusat kekuasaan Ang Cit Mo Kui, yang telah mengambil alih kendali tidak hanya atas dunia persilatan tetapi juga kerajaan Han. Dengan tekad yang bulat, Shu Zhen menantang Ang Cit Mo Kui untuk sebuah pertarungan yang akan menentukan nasib mereka semua baik Negeri han maupun untuk Dunia Persilatan.Sementara itu, Guo Xiang berkelana ke pelosok-pelosok negeri, mencari bantuan dari para pendekar yang tersisa. Namun, banyak dari mereka telah ditaklukkan atau dipaksa tunduk oleh Ang Cit Mo Kui dan pengikutnya, termasuk pendekar-pendekar kuat yang dulunya dianggap sebagai pelindung dunia persilatan. Usahanya menemukan sekutu semakin sulit, namun Guo Xiang tetap tidak menyerah, bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan harapan mengumpulkan kekuatan untuk melawan.Di dalam istana, di hadapan banyak mata yang penuh waspada, Shu Zhen dan Ang
Setelah pertarungan hebat yang mengguncang medan pertempuran, Guo Xiang mendekati Shian Kui, yang kini terbaring lemah di tanah. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya terlihat penuh penyesalan. Dengan penuh keletihan, Guo Xiang memulai penjelasan yang akan mengubah segalanya.Kitab Iblis Neraka langsung menghilang begitu kekalahan menerpa Shian Kui."Shian Kui," kata Guo Xiang, suaranya penuh dengan ketulusan, "Aku tahu kau mungkin merasa tertekan dan marah. Tapi ada sesuatu yang harus kau ketahui. Musuh utama kita, Ang Cit Mo Kui, sudah merencanakan semuanya sejak lama. Dia memanfaatkan Shu Zhen, menjadikanmu sebagai alatnya untuk mencapai tujuannya."Shian Kui, atau lebih tepatnya Shu Zhen yang kini menguasai tubuh Shian Kui, mendongak dengan tatapan bingung. "Ang Cit Mo Kui? Apa maksudmu?"Guo Xiang mengangguk, menjelaskan lebih lanjut. "Ang Cit Mo Kui adalah sosok yang mengendalikan Hantu Dunia Persilatan, dan rencananya adalah untuk menguasai Lima Perguruan Besar. Dengan memanfaa
PHOENIX IBLIS PENGHANCURPertarungan antara Guo Xiang dan Shian Kui semakin memanas. Pedang mereka bersinar terang, mencerminkan intensitas emosi dan kekuatan mereka. Namun, di tengah denting pedang dan percikan api, ada keraguan di mata Guo Xiang, sebuah konflik batin yang mulai mengemuka."Shian Kui," Guo Xiang berkata, suaranya sedikit bergetar meski tetap kuat, "apakah tidak ada jalan lain selain kekerasan ini? Aku tahu di dalam dirimu ada kebaikan... Shu Zhen pernah menunjukkan itu padaku."Shian Kui tersentak, matanya sejenak mengungkapkan perasaan yang tertahan. "Shu Zhen tidak ada lagi," jawabnya dengan dingin, mencoba menutupi getaran yang muncul dari dalam dirinya. "Yang ada hanya aku, Shian Kui, dan dunia ini harus tunduk pada kekuatanku."Guo Xiang menggeleng, matanya memancarkan kesedihan. "Aku ingat kebaikanmu, Shian Kui... atau saat kamu menjadi Shu Zhen. Kau pernah membantu orang-orang, kau punya hati yang baik. Mengapa kau memilih jalan ini?"Shian Kui tertawa sinis,