Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 87. Kekalahan Iblis Seribu Wajah

Share

87. Kekalahan Iblis Seribu Wajah

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-17 01:03:05

“Rupanya, kau benar-benar seorang durjana licik yang patut mati, Mahisa Birawa!” seru Pendekar Kera Sakti, naik pitam.

Melihat Baraka menatap dengan mata berkilat penuh nafsu membunuh, Iblis Seribu Wajah tersurut mundur. Pada langkah ketiga, tiba-tiba dia membalikkan badan seraya mengambil langkah seribu!

“Pengecut! Mana mungkin aku melepaskanmu!” Menggembor keras si pemuda lugu Baraka. Dikeluarkannya Ilmu ‘Kelana Indra’ untuk dapat mengejar kelebatan tubuh Iblis Seribu Wajah yang menggunakan ilmu peringan tubuh bernama ‘Angin Pergi Tiada Berbekas’.

Sebenarnya, ilmu peringan tubuh dua anak manusia ini seimbang. Namun, karena Iblis Seribu Wajah tengah menderita luka dalam, dia tak dapat mengempos tenaga sekehendak hatinya. Akibatnya, belum genap berlari dua puluh tombak, dia telah terkejar!

“Berhenti kau!” geram Baraka. Jemari tangan kanannya mengepal untuk menggedor punggung Iblis Seribu

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   88. Putri Budukan

    Baraka hendak menolak ajakan manusia setengah ular itu. Iblis Seribu Wajah telah dapat dikalahkannya. Tak perlu menunggu waktu lebih lama lagi untuk merobohkan pula Raja Penyasar Sukma. Tapi..., tiba-tiba Ratu Perut Bumi menyambar tubuh Baraka!Dengan memeluk tubuh pendekar muda itu, Ratu Perut Bumi melenting ke atas, lalu menukik deras, dan amblas ke dalam tanah!Bersamaan dengan lenyapnya sosok Ratu Perut Bumi dan Pendekar Kera Sakti, dari arah tenggara melesat gumpalan cahaya kuning yang diiringi tiupan angin kencang.“Raja Penyasar Sukma...!” desis Iblis Seribu Wajah di antara rasa benci dan suka.-o0o-Tak kuasa Dewi Pedang Halilintar melihat adegan yang akan segera berlangsung di hadapannya. Dia pun menutup mata dengan segudang rasa ngeri dan jijik.“Hi hi hi...! Hayo! Buka! Buka celana mu itu, Orang Jahat! Hi hi hi...!”Sambil tertawa cekikikan, Dewa Geli memutar-mutar pisau yang dibawanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Pendekar Kera Sakti   89. Ksatria Seribu Syair

    Bocah berkulit hitam itu berkata-kata seakan Putri Budukan masih berada di hadapannya. Setelah tertawa mengikik, dia berkelebat mengikuti jejak Putri Budukan! Dewi Pedang Halilintar yang masih berdiri di tempatnya tampak geleng-geleng kepala melihat kecepatan gerak Dewa Geli.Teringat akan Iblis Pemetik Bunga yang telah mempecundanginya dengan Cambuk Api Neraka, dia bergegas berkelebat pergi pula. Dengan Cambuk Api Neraka yang telah berada di tangannya, Dewi Pedang Halilintar yakin bila Iblis Pemetik Bunga akan dapat dirobohkannya.-o0o-DEWI Pedang Halilintar menghentikan kelebatan tubuhnya di tepi aliran sungai yang terletak di utara Kota Gambiran. Matanya yang tajam melihat sosok manusia berpakaian putih-putih tengah duduk bersila di balik rimbunan pohon.Hati-hati sekali Dewi Pedang Halilintar melangkah mendekati. Sosok manusia yang dilihat nenek itu tampaknya sedang bersemadi. Dia duduk bersila di atas lempengan batu dengan tangan bersedekap. Wajahny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Pendekar Kera Sakti   90. Bisikan Misterius

    Tiba-tiba, Dewi Pedang Halilintar menerjang. Ketajaman pedangnya benar-benar hendak memenggal leher Ksatria Seribu Syair!Tentu saja lelaki yang tak tahu kesalahannya itu tak mau mati konyol. Dua jempol kakinya menotol lempengan batu. Dan, ringan sekali tubuhnya melayang lalu mendarat di tanah dalam keadaan berdiri. Sambaran pedang Dewi Pedang Halilintar hanya mengenai angin kosong."Tahan amarah mu dulu, Nini Kembangsari!" seru Ksatria Seribu Syair, menyebut nama kecil Dewi Pedang Halilintar. Tapi, Dewi Pedang Halilintar yang sudah gelap mata mana mau mendengar kata-kata itu. Mengetahui ketinggian ilmu Ksatria Seribu Syair, tanpa ragu lagi dia mengeluarkan Cambuk Api Neraka yang tersimpan di balik bajunya.Cambuk pusaka itu dicekalnya di tangan kiri. Begitu dialiri tenaga dalam, cambuk yang berupa seutas tali pipih berwarna putih itu langsung diselubungi lidah api biru. Hawa panasnya menebar ke mana-mana!"Bagaimana mungkin kau mau membunuhku, Nini Kemba

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Pendekar Kera Sakti   91. Aku harus segera pergi

    "Tapi, Ratu..,."Baraka hendak menyahuti ucapan Ratu Perut Bumi, namun suaranya tersekat di tenggorokan. Telinga murid Eyang Jaya Dwipa itu menangkap suara berkelebatnya orang yang sedang menuju ke tempatnya berada."Kau dengar suara itu, Ratu?" ujar Baraka."Ya. Dia pasti orang yang menyuruhku datang ke tempat ini," sahut Ratu Perut Bumi.Pendekar Kera Sakti dan Ratu Perut Bumi sama-sama mengarahkan pandangan ke utara. Dua tarikan napas kemudian, tampak sosok bayangan putih yang berkelebat meloncati bongkah-bongkah batu besar dan pepohonan. Ringan sekali bayangan itu melesat, bagai seekor burung walet yang sedang terbang melayang."Ksatria Topeng Putih...," desis Baraka setelah sosok bayangan putih berada di hadapannya. Sementara Baraka bangkit berdiri, sosok orang yang baru muncul yang memang Ksatria Topeng Putih mengeluarkan sebuah kantong putih dari balik bajunya. Dari dalam kantong itu, dia mengambil sebuah gumpalan sinar putih yang di dalamny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Pendekar Kera Sakti   92. Lembah Rongga Laut

    SEPENINGGAL Ksatria Topeng Putih, Pendekar Kera Sakti berdiri termangu. Melihat kebaikan Ksatria Topeng Putih. Namun sebelum pemuda dari lembah kera itu semakin hanyut terbawa arus rasa sedih, dia menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengusir bayangan-bayangan yang tak mengenakkan hatinya. Dia pun ingat akan satu pengertian bahwa rasa sedih tak pernah bisa mendatangkan manfaat apa-apa. Rasa sedih justru akan menjauhkan manusia dari kebahagiaan. Padahal, kebahagiaan adalah tujuan manusia hidup di dunia. Begitulah pengertian yang selalu melekat di benak Baraka. Pengertian itu didapat Baraka semasa masih tinggal bersama ibunya. Tapi, tanpa disadari oleh Baraka, dengan mengingat pengertian itu, sosok ibunya yang telah meninggal berkelebatan di benaknya."Ibu...," desis Baraka sambil mendongakkan kepala, seakan dapat melihat bayangan ibunya di langit biru. "Semoga kau berbahagia menjalani tahap kehidupanmu yang ketiga...""Hei! Hei!" tegur Ratu Perut Bumi yang melihat Pend

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Pendekar Kera Sakti   93. Petunjuk Ratu Perut Bumi

    "Kau tak perlu bertanya-tanya lagi. Kau akan tahu sendiri. Batu mustika di tanganmu itu akan membawamu ke Lembah Rongga Laut. Setelah berhasil menyelamatkan Kemuning, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' keluarkan dari dalam perutmu dengan menempelkan telapak tangan di pusar. Kerahkan tenaga dalam yang bersifat menghisap.... Untuk pergi dari Lembah Rongga Laut, batu mustika itu cukup kau cium. Tapi sebelumnya, suruh Kemuning memegang salah satu bagian tubuhmu. Misalnya, lengan atau apa....""Sebentar, Ratu...," sela Baraka. "Kau katakan tadi, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' harus ku keluarkan dari dalam perut, apakah batu mustika ini bisa masuk sendiri ke perutku?""Begitulah," jawab Ratu Perut Bumi, singkat.Baraka nyengir kuda. Rasa heran menggeluti benaknya. “Bagaimana mungkin sekepal batu yang tak bernyawa bisa masuk ke perut? Apakah harus ku telan dulu?”"Aku tahu pertanyaan yang ada di benakmu, Baraka," tebak R

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Pendekar Kera Sakti   94. Makhluk Bertangan Delapan

    Baraka menggerakkan tangan dan kakinya untuk berenang. Tubuhnya melesat cukup cepat, meninggalkan suara berdebur di belakang. Diedarkannya pandangan ke berbagai penjuru. Saat melihat sebuah lubang besar di antara gundukan batu karang, matanya sedikit berbinar."Mungkin Kemuning disekap Iblis Seribu Wajah di gua itu...," pikir Baraka. "Aku harus segera ke sana."Tak sabaran Baraka menggerakkan tangan dan kakinya agar segera sampai di gua yang dituju. Tapi setelah berada di depan mulut gua itu, dia malah menghentikan gerak tubuhnya. Keraguan menyeruak masuk di benaknya. ‘Bagaimana mungkin Kemuning disekap di sebuah gua dalam laut? Apakah dia juga bisa bernapas dalam air? Tak mungkin Kemuning berada di dalam gua itu...,; pikir Baraka lagi. "Lewat cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' yang dibawa Iblis Seribu Wajah, aku melihat Kemuning berada di sebuah rawa-rawa. Gadis itu tidak berada di dalam air...."Menuruti pikirannya di benaknya, Baraka mengedarkan panda

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Pendekar Kera Sakti   95. Bertemu Kemuning

    Pada saat delapan tangan si makhluk mengerikan mengepung Baraka dari berbagai penjuru, tanpa pikir panjang lagi murid Eyang Jaya Dwipa itu segera berkonsentrasi, seluruh pikiran serta panca inderanya dipusatkan ke satu titik dalam benak. Hawa sakti dari Ilmu Angin es dan api warisan Eyang Jaya Dwipa ini akan dipusatkan pada kedua tangannya.“Balasasra, heaaaa!”Baraka memukulkan kedua gelang dikedua tangannya hingga menimbulkan suara yang cukup kuat.“Bang...!”.Gelombang tenaga dalam yang dahsyat memancar keluar dari kedua gelang tangan yang diadu oleh Baraka.Wusss! Blarrr!Kedahsyatan ilmu pukulan yang berasal dari kekuatan Gelang Brahmananda itu tak dapat diukur lagi. Apalagi, Baraka telah mendapat tambahan tenaga dalam dari Katak Wasiat Dewa yang baru saja ditelannya. Maka, di lain kejap terdengar suara ledakan amat keras.Gelombang besar menyerbu. Bongkah-bongkah batu karang berpentalan. Lukisan-

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

  • Pendekar Kera Sakti   1246. Part 13

    "Apa bahaya itu?""Mereka terancam oleh orang-orang Lumpur Maut."Baraka berkerut dahi secepatnya. "Raja Tumbal, maksudmu?""Ya. Raja Tumbal bermaksud menaklukkan kedua biara itu, sebab kedua biara itu dianggap perguruan yang berbahaya jika sampai bersatu. Selama ini kedua biara itu tidak bisa bersatu karena ada perbedaan pendapat mengenai aliran kepercayaan mereka. Ancaman dari Raja Tumbal itulah yang membuat mereka harus bisa mendapatkan Pedang Kayu Petir, sebab mereka tahu bahwa Raja Tumbal telah memiliki pusaka Seruling Malaikat.""Bukankah Pedang Kayu Petir sudah ada di tangan Raja Tumbal?"Angin Betina gelengkan kepala dengan tenang."Tidak mungkin, sebab jika Raja Tumbal sudah memiliki pedang yang asli, tentunya kedua biara sudah diserangnya, negeri Muara Singa sudah direbutnya, dan negeri-negeri lain sudah ditumbangkannya. Sampai sekarang Raja Tumbal belum mau bergerak, sebab ia punya firasat munculnya pedang maha sakti itu. Ia harus

  • Pendekar Kera Sakti   1245. Part 12

    Tak ada jawaban. Ilmu ‘Ilmu Menyadap Suara Angin’ digunakan. Ternyata memang tak ada suara siapa-siapa ditempat itu. Akhirnya Baraka duduk di salah satu tepi danau itu."Ke mana anak itu? Jika tak ada di sini, berarti dia berlari dan bersembunyi di tempat lain. Tapi di mana kira-kira? Haruskah kutanyakan kembali kepada Sabani, kakaknya? Ah, capek kalau harus bolak-balik ke sana."Sesaat kemudian di hati Pendekar Kera Sakti timbul kecemasan yang samar-samar. "Jangan-jangan dia terperosok di jurang sebelah timur tadi? Ah, mudah-mudahan tidak demikian. Biarlah kedua pendeta bodoh itu yang terperosok di jalanan tepi jurang timur itu. Kalau tidak terperosok pasti mereka sudah mengejar dan menemukanku di sini. Seandainya mereka menemukanku di sini dan menyerangku, apakah aku harus melumpuhkan mereka?"Pikiran Baraka sempat melayang-layang tak tentu arah. Tapi segera dikembalikan pada pokok persoalannya, ia masih merasa tak habis pikir, mengapa ked

  • Pendekar Kera Sakti   1244. Part 11

    Jaaab...!Tanah keras itu merekah, dari rekahannya keluar asap putih dan cahaya sinar biru membara di dalamnya. Kejap berikutnya tanah itu kembali utuh, namun rumput-rumputnya rontok dan mengering kecoklatan."Mana dia tadi?" Pendeta Jantung Dewa mencari-cari Baraka tanpa menengok kepada kakaknya. Pendeta Mata Lima juga menengok ke sana-sini dan begitu menengok ke belakang terpekik kaget."Hahhh...!"Wajahnya lucu. Wajah tua berkumis dan berwibawa itu membelalakkan mata dan melebarkan mulut karena kaget. Bahkan tubuhnya sempat terlonjak satu tindak ke samping. Tapi wajah itu buru-buru dibuat tenang dan berwibawa, walau yang terlihat adalah wajah menahan rasa malu dan jengkel. Sedangkan Pendeta Jantung Dewa tetap tenang memandangi Baraka yang tersenyum geli melihat kelucuan wajah Pendeta Mata Lima itu."Hebat sekali kau bisa hindari jurus 'Jala Surga'-ku," kata Pendeta Jantung Dewa sambil manggut-manggut."Tapi dapatkah kau tetap bertahan den

  • Pendekar Kera Sakti   1243. Part 10

    Baraka ingin berkecamuk lagi di dalam hatinya, tapi ia batalkan karena kecamuknya akan diketahui oleh Pendeta Mata Lima. Kini ia bahkan berkata dengan tegas dan lebih bersikap berani."Eyang-eyang Pendeta, saya mohon maaf tidak bisa membantu maksud Eyang. Jadi, izinkan saya lewat tanpa ada sikap memaksa!""Tidak bisa!" si Mata Lima berkata dengan tegas juga. "Kami tak bisa lepaskan orang yang tahu tentang pedang itu! Dengan menyesal dan sangat terpaksa, aku harus tunjukkan padamu bahwa kami benar-benar membutuhkannya!""Apa maksud kata-katanya?" pikir Baraka setelah mereka bertiga sama-sama diam. Tapi mata Baraka segera melihat bahwa tasbih hitam yang ada di tangan Pendeta Mata Lima itu diremas-remas semakin kuat.Remasan itu kepulkan asap putih, dan tiba-tiba Baraka rasakan perutnya bagai dipelintir sekuat tenaga, hingga akhirnya ia jatuh terbanting."Uuhg...!"Bruuk...!"Gila! Rupanya dia telah serang diriku dengan kekuatan batinnya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status