Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 93. Petunjuk Ratu Perut Bumi

Share

93. Petunjuk Ratu Perut Bumi

last update Huling Na-update: 2024-05-19 01:03:46

"Kau tak perlu bertanya-tanya lagi. Kau akan tahu sendiri. Batu mustika di tanganmu itu akan membawamu ke Lembah Rongga Laut. Setelah berhasil menyelamatkan Kemuning, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' keluarkan dari dalam perutmu dengan menempelkan telapak tangan di pusar. Kerahkan tenaga dalam yang bersifat menghisap.... Untuk pergi dari Lembah Rongga Laut, batu mustika itu cukup kau cium. Tapi sebelumnya, suruh Kemuning memegang salah satu bagian tubuhmu. Misalnya, lengan atau apa...."

"Sebentar, Ratu...," sela Baraka. "Kau katakan tadi, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' harus ku keluarkan dari dalam perut, apakah batu mustika ini bisa masuk sendiri ke perutku?"

"Begitulah," jawab Ratu Perut Bumi, singkat.

Baraka nyengir kuda. Rasa heran menggeluti benaknya. “Bagaimana mungkin sekepal batu yang tak bernyawa bisa masuk ke perut? Apakah harus ku telan dulu?”

"Aku tahu pertanyaan yang ada di benakmu, Baraka," tebak R

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pendekar Kera Sakti   94. Makhluk Bertangan Delapan

    Baraka menggerakkan tangan dan kakinya untuk berenang. Tubuhnya melesat cukup cepat, meninggalkan suara berdebur di belakang. Diedarkannya pandangan ke berbagai penjuru. Saat melihat sebuah lubang besar di antara gundukan batu karang, matanya sedikit berbinar."Mungkin Kemuning disekap Iblis Seribu Wajah di gua itu...," pikir Baraka. "Aku harus segera ke sana."Tak sabaran Baraka menggerakkan tangan dan kakinya agar segera sampai di gua yang dituju. Tapi setelah berada di depan mulut gua itu, dia malah menghentikan gerak tubuhnya. Keraguan menyeruak masuk di benaknya. ‘Bagaimana mungkin Kemuning disekap di sebuah gua dalam laut? Apakah dia juga bisa bernapas dalam air? Tak mungkin Kemuning berada di dalam gua itu...,; pikir Baraka lagi. "Lewat cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' yang dibawa Iblis Seribu Wajah, aku melihat Kemuning berada di sebuah rawa-rawa. Gadis itu tidak berada di dalam air...."Menuruti pikirannya di benaknya, Baraka mengedarkan panda

    Huling Na-update : 2024-05-20
  • Pendekar Kera Sakti   95. Bertemu Kemuning

    Pada saat delapan tangan si makhluk mengerikan mengepung Baraka dari berbagai penjuru, tanpa pikir panjang lagi murid Eyang Jaya Dwipa itu segera berkonsentrasi, seluruh pikiran serta panca inderanya dipusatkan ke satu titik dalam benak. Hawa sakti dari Ilmu Angin es dan api warisan Eyang Jaya Dwipa ini akan dipusatkan pada kedua tangannya.“Balasasra, heaaaa!”Baraka memukulkan kedua gelang dikedua tangannya hingga menimbulkan suara yang cukup kuat.“Bang...!”.Gelombang tenaga dalam yang dahsyat memancar keluar dari kedua gelang tangan yang diadu oleh Baraka.Wusss! Blarrr!Kedahsyatan ilmu pukulan yang berasal dari kekuatan Gelang Brahmananda itu tak dapat diukur lagi. Apalagi, Baraka telah mendapat tambahan tenaga dalam dari Katak Wasiat Dewa yang baru saja ditelannya. Maka, di lain kejap terdengar suara ledakan amat keras.Gelombang besar menyerbu. Bongkah-bongkah batu karang berpentalan. Lukisan-

    Huling Na-update : 2024-05-20
  • Pendekar Kera Sakti   96. Datang Penuhi Undangan

    MANAKALA guliran mentari hampir mencapai bentangan kaki langit barat, senja hari mempersiapkan diri untuk segera rebah memeluk bumi. Kelopak bunga mekar tersenyum dalam kesunyian. Kupu-kupu tak lagi bercanda menggoda. Hanya desau sang bayu yang masih setia menemani."Puncak Kupu-kupu kan kudatangi. Menuruti hasrat hati, ku langkahkan kaki ini. Namun..., bukan dewi pujaan hati yang kan kutemui. Hi hi hi... Hanya untuk seorang Putri Budukan aku berjalan mengusik sepi. Putri Budukan, di manakah kau sembunyikan diri. Dewa Geli telah datang di hari janji. Hihihi..."Lamat-lamat terdengar senandung sebuah lagu yang diiringi suara tawa mengikik. Senandung lagu yang tak karuan iramanya itu amat pelan. Namun anehnya, bisa menebar rata di seantero bukit. Bahkan, sampai terdengar di Puncak Kupu-kupu yang tinggi menjulang."Puncak Kupu-kupu kan kudatangi. Menuruti hasrat hati. Tuk menemui Putri Budukan pengundang janji. Tapi..., kenapa tatapan Dewa Geli hanya temui sepi. Hi

    Huling Na-update : 2024-05-20
  • Pendekar Kera Sakti   97. Puncak Kupu-Kupu

    Dewa Geli tampak tertegun. Bola matanya semakin melotot besar. Tanpa sadar, mulutnya pun ikut terbuka lebar."Walau wujud lahir mu hanya seorang bocah sepuluh tahunan, aku tahu jiwamu seorang lelaki dewasa...," lanjut suara wanita sambil menggerak-gerakkan sepasang kakinya dengan lemah gemulai. "Oleh karena itu, segeralah kau mendekat kemari, Dewa Geli yang manis....""Ya! Ya...," sambut bocah yang memakai baju kedodoran. Sambil menelan ludah, bocah berambut tipis itu berjalan mendekat. Dengan tatapan matanya, dia menelusuri lekuk liku tubuh si wanita. Karena si wanita hanya mengenakan pakaian yang terbuat dari kain tipis, Dewa Geli jadi bebas mengarahkan pandangan. Hingga, tak bosan Dewa Geli berdiri berjongkok dengan kepala terjulur lurus ke depan mirip seekor bangau menunggu mangsa untuk segera dipatuk.Tapi... ketika tatapan Dewa Geli menerpa wajah si wanita, maka memekik kagetlah bocah lelaki itu. Bola matanya semakin melotot besar, namun raut wajahnya beru

    Huling Na-update : 2024-05-21
  • Pendekar Kera Sakti   98. Istana Abadi

    "Aku tahu, selama sembilan puluh tahun, kau tinggal di Istana Abadi di negeri para siluman. Karena puluhan tahun tinggal di suatu tempat yang tak mengenal putaran waktu itu, darahmu mengandung satu kekuatan gaib yang luar biasa ampuh...," ujar Putri Budukan kemudian. "Siapa pun yang meminum cairan darahmu juga mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ketahuilah kau, Bocah Gemblung, aku sengaja mengundangmu kemari karena aku menginginkan cairan darahmu itu. Ha ha ha.... Aku akan segera mendapat kekuatan maha hebat! Wajahku akan berubah cantik jelita! Ha ha ha...!""Ngaco belo!" dengus Dewa Geli. "Siapa bilang cairan darahku mempunyai khasiat seperti yang kau katakan itu, Putri Budukan!""Siapa bilang? Hmmm.... Aku tak tahu siapa yang menyiarkan kabar itu pertama kali. Tapi, aku percaya akan kebenarannya. Bahkan sangat mempercayainya! Maka, sekaranglah aku membuktikan...."Di ujung kalimatnya, Putri Budukan bersuit nyaring. Dari segenap penjuru, tib

    Huling Na-update : 2024-05-21
  • Pendekar Kera Sakti   99. Baraka dan Kemuning

    "Ya. Ya, aku tahu kelicikan durjana itu...,," sahut seorang pemuda bertampang polos."Lalu, bagaimana kau bisa tahu kalau aku disekap Mahisa Birawa di tempat ini?" tanya si gadis yang tak lain dari Kemuning atau Dewi Pedang Kuning"Ceritanya juga panjang, Kemuning...,"Pemuda yang duduk di hadapan Kemuning itu berparas tampan. Berdada bidang, dan tubuhnya pun tampak tegap berisi. Dengan sepasang alis yang salah satu ujungnya melintang ke atas bak sayap elang menukik, bola mata si pemuda memperlihatkan sorot tajam menusuk, menandakan ketinggian ilmunya yang sudah cukup sulit untuk diukur. Namun demikian, wajah tampan si pemuda menyiratkan sinar keluguan. Menilik ciri-ciri pemuda yang rambutnya panjang tergerai itu, siapa lagi dia kalau bukan Baraka atau Pendekar Kera Sakti!"Sebetulnya, Mahisa Birawa hendak menukar dirimu dengan Katak Wasiat Dewa yang telah berhasil kudapatkan...," lanjut Baraka. "Karena durjana itu amat licik dan culas, dia tak mau member

    Huling Na-update : 2024-05-21
  • Pendekar Kera Sakti   100. Mendatangkan Bencana

    Sinar mata Pendekar Kera Sakti semakin menyiratkan rasa bingung dan khawatir. Walau dia telah mengerahkan sebagian besar kekuatan tenaga dalamnya, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' tetap tak mau keluar dari perutnya. Tentu saja Baraka tak mau menambah kekuatan tenaga dalamnya sampai ke puncak karena kalau hal itu dilakukan, justru perutnya lah yang akan jebol! Dan, hanya kematianlah akibatnya!"Ratu Perut Bumi! Ratu Perut Bumi!" seru Baraka, menyebut nama orang yang telah memberi petunjuk bagaimana cara mengeluarkan batu mustika yang berada di dalam perutnya.Seruan pemuda dari lembah kera itu tak ada yang menyahuti. Ratu Perut Bumi memang tak berada di Lembah Rongga Laut. Maka, semakin pucatlah wajah Baraka.Apakah petunjuk Ratu Perut Bumi salah?Sebenarnya, tanpa diketahui oleh Baraka, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' telah menyatu dengan Katak Wasiat Dewa yang lebih dulu ditelan oleh murid Eyang Jaya Dwipa itu. Penyatuan du

    Huling Na-update : 2024-05-22
  • Pendekar Kera Sakti   101. Mencari Jalan Keluar

    Dan tiga tarikan napas kemudian, apa yang dikhawatirkan Baraka benar-benar menjadi kenyataan. Makhluk-makhluk gundul bertangan dan berkaki pendek menerjang dari segala jurusan!Suara hiruk-pikuk terdengar memekakkan gendang telinga. Sambil menyerang, makhluk-makhluk berbentuk bulat seperti bola itu mengeluarkan suara geram aneh yang mirip lolongan serigala.Mereka berusaha membenturkan tubuh mereka yang nyaris hanya berupa kepala ke dada Baraka ataupun Kemuning. Jangan dikira benturan tubuh makhluk-makhluk itu tidak berbahaya. Sebongkah batu sebesar kerbau pun akan meledak hancur bila terkena benturan tubuh mereka!Namun tampaknya, maksud mereka untuk membinasakan Baraka dan Kemuning menemui kesulitan. Kibasan Suling Krishna dan pedang kuning di tangan Kemuning benar-benar mampu membuat mereka mesti berpikir dua kali untuk terus bergerak mendekat.Crash...!"Akkhhh...!"Terdengar pekik kesakitan menyayat hati. Tubuh salah satu makhluk gundul

    Huling Na-update : 2024-05-22

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status