Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 88. Putri Budukan

Share

88. Putri Budukan

last update Last Updated: 2024-05-18 01:01:57

Baraka hendak menolak ajakan manusia setengah ular itu. Iblis Seribu Wajah telah dapat dikalahkannya. Tak perlu menunggu waktu lebih lama lagi untuk merobohkan pula Raja Penyasar Sukma. Tapi..., tiba-tiba Ratu Perut Bumi menyambar tubuh Baraka!

Dengan memeluk tubuh pendekar muda itu, Ratu Perut Bumi melenting ke atas, lalu menukik deras, dan amblas ke dalam tanah!

Bersamaan dengan lenyapnya sosok Ratu Perut Bumi dan Pendekar Kera Sakti, dari arah tenggara melesat gumpalan cahaya kuning yang diiringi tiupan angin kencang.

“Raja Penyasar Sukma...!” desis Iblis Seribu Wajah di antara rasa benci dan suka.

-o0o-

Tak kuasa Dewi Pedang Halilintar melihat adegan yang akan segera berlangsung di hadapannya. Dia pun menutup mata dengan segudang rasa ngeri dan jijik.

“Hi hi hi...! Hayo! Buka! Buka celana mu itu, Orang Jahat! Hi hi hi...!”

Sambil tertawa cekikikan, Dewa Geli memutar-mutar pisau yang dibawanya.

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   89. Ksatria Seribu Syair

    Bocah berkulit hitam itu berkata-kata seakan Putri Budukan masih berada di hadapannya. Setelah tertawa mengikik, dia berkelebat mengikuti jejak Putri Budukan! Dewi Pedang Halilintar yang masih berdiri di tempatnya tampak geleng-geleng kepala melihat kecepatan gerak Dewa Geli.Teringat akan Iblis Pemetik Bunga yang telah mempecundanginya dengan Cambuk Api Neraka, dia bergegas berkelebat pergi pula. Dengan Cambuk Api Neraka yang telah berada di tangannya, Dewi Pedang Halilintar yakin bila Iblis Pemetik Bunga akan dapat dirobohkannya.-o0o-DEWI Pedang Halilintar menghentikan kelebatan tubuhnya di tepi aliran sungai yang terletak di utara Kota Gambiran. Matanya yang tajam melihat sosok manusia berpakaian putih-putih tengah duduk bersila di balik rimbunan pohon.Hati-hati sekali Dewi Pedang Halilintar melangkah mendekati. Sosok manusia yang dilihat nenek itu tampaknya sedang bersemadi. Dia duduk bersila di atas lempengan batu dengan tangan bersedekap. Wajahny

    Last Updated : 2024-05-18
  • Pendekar Kera Sakti   90. Bisikan Misterius

    Tiba-tiba, Dewi Pedang Halilintar menerjang. Ketajaman pedangnya benar-benar hendak memenggal leher Ksatria Seribu Syair!Tentu saja lelaki yang tak tahu kesalahannya itu tak mau mati konyol. Dua jempol kakinya menotol lempengan batu. Dan, ringan sekali tubuhnya melayang lalu mendarat di tanah dalam keadaan berdiri. Sambaran pedang Dewi Pedang Halilintar hanya mengenai angin kosong."Tahan amarah mu dulu, Nini Kembangsari!" seru Ksatria Seribu Syair, menyebut nama kecil Dewi Pedang Halilintar. Tapi, Dewi Pedang Halilintar yang sudah gelap mata mana mau mendengar kata-kata itu. Mengetahui ketinggian ilmu Ksatria Seribu Syair, tanpa ragu lagi dia mengeluarkan Cambuk Api Neraka yang tersimpan di balik bajunya.Cambuk pusaka itu dicekalnya di tangan kiri. Begitu dialiri tenaga dalam, cambuk yang berupa seutas tali pipih berwarna putih itu langsung diselubungi lidah api biru. Hawa panasnya menebar ke mana-mana!"Bagaimana mungkin kau mau membunuhku, Nini Kemba

    Last Updated : 2024-05-18
  • Pendekar Kera Sakti   91. Aku harus segera pergi

    "Tapi, Ratu..,."Baraka hendak menyahuti ucapan Ratu Perut Bumi, namun suaranya tersekat di tenggorokan. Telinga murid Eyang Jaya Dwipa itu menangkap suara berkelebatnya orang yang sedang menuju ke tempatnya berada."Kau dengar suara itu, Ratu?" ujar Baraka."Ya. Dia pasti orang yang menyuruhku datang ke tempat ini," sahut Ratu Perut Bumi.Pendekar Kera Sakti dan Ratu Perut Bumi sama-sama mengarahkan pandangan ke utara. Dua tarikan napas kemudian, tampak sosok bayangan putih yang berkelebat meloncati bongkah-bongkah batu besar dan pepohonan. Ringan sekali bayangan itu melesat, bagai seekor burung walet yang sedang terbang melayang."Ksatria Topeng Putih...," desis Baraka setelah sosok bayangan putih berada di hadapannya. Sementara Baraka bangkit berdiri, sosok orang yang baru muncul yang memang Ksatria Topeng Putih mengeluarkan sebuah kantong putih dari balik bajunya. Dari dalam kantong itu, dia mengambil sebuah gumpalan sinar putih yang di dalamny

    Last Updated : 2024-05-19
  • Pendekar Kera Sakti   92. Lembah Rongga Laut

    SEPENINGGAL Ksatria Topeng Putih, Pendekar Kera Sakti berdiri termangu. Melihat kebaikan Ksatria Topeng Putih. Namun sebelum pemuda dari lembah kera itu semakin hanyut terbawa arus rasa sedih, dia menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengusir bayangan-bayangan yang tak mengenakkan hatinya. Dia pun ingat akan satu pengertian bahwa rasa sedih tak pernah bisa mendatangkan manfaat apa-apa. Rasa sedih justru akan menjauhkan manusia dari kebahagiaan. Padahal, kebahagiaan adalah tujuan manusia hidup di dunia. Begitulah pengertian yang selalu melekat di benak Baraka. Pengertian itu didapat Baraka semasa masih tinggal bersama ibunya. Tapi, tanpa disadari oleh Baraka, dengan mengingat pengertian itu, sosok ibunya yang telah meninggal berkelebatan di benaknya."Ibu...," desis Baraka sambil mendongakkan kepala, seakan dapat melihat bayangan ibunya di langit biru. "Semoga kau berbahagia menjalani tahap kehidupanmu yang ketiga...""Hei! Hei!" tegur Ratu Perut Bumi yang melihat Pend

    Last Updated : 2024-05-19
  • Pendekar Kera Sakti   93. Petunjuk Ratu Perut Bumi

    "Kau tak perlu bertanya-tanya lagi. Kau akan tahu sendiri. Batu mustika di tanganmu itu akan membawamu ke Lembah Rongga Laut. Setelah berhasil menyelamatkan Kemuning, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' keluarkan dari dalam perutmu dengan menempelkan telapak tangan di pusar. Kerahkan tenaga dalam yang bersifat menghisap.... Untuk pergi dari Lembah Rongga Laut, batu mustika itu cukup kau cium. Tapi sebelumnya, suruh Kemuning memegang salah satu bagian tubuhmu. Misalnya, lengan atau apa....""Sebentar, Ratu...," sela Baraka. "Kau katakan tadi, batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' harus ku keluarkan dari dalam perut, apakah batu mustika ini bisa masuk sendiri ke perutku?""Begitulah," jawab Ratu Perut Bumi, singkat.Baraka nyengir kuda. Rasa heran menggeluti benaknya. “Bagaimana mungkin sekepal batu yang tak bernyawa bisa masuk ke perut? Apakah harus ku telan dulu?”"Aku tahu pertanyaan yang ada di benakmu, Baraka," tebak R

    Last Updated : 2024-05-19
  • Pendekar Kera Sakti   94. Makhluk Bertangan Delapan

    Baraka menggerakkan tangan dan kakinya untuk berenang. Tubuhnya melesat cukup cepat, meninggalkan suara berdebur di belakang. Diedarkannya pandangan ke berbagai penjuru. Saat melihat sebuah lubang besar di antara gundukan batu karang, matanya sedikit berbinar."Mungkin Kemuning disekap Iblis Seribu Wajah di gua itu...," pikir Baraka. "Aku harus segera ke sana."Tak sabaran Baraka menggerakkan tangan dan kakinya agar segera sampai di gua yang dituju. Tapi setelah berada di depan mulut gua itu, dia malah menghentikan gerak tubuhnya. Keraguan menyeruak masuk di benaknya. ‘Bagaimana mungkin Kemuning disekap di sebuah gua dalam laut? Apakah dia juga bisa bernapas dalam air? Tak mungkin Kemuning berada di dalam gua itu...,; pikir Baraka lagi. "Lewat cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' yang dibawa Iblis Seribu Wajah, aku melihat Kemuning berada di sebuah rawa-rawa. Gadis itu tidak berada di dalam air...."Menuruti pikirannya di benaknya, Baraka mengedarkan panda

    Last Updated : 2024-05-20
  • Pendekar Kera Sakti   95. Bertemu Kemuning

    Pada saat delapan tangan si makhluk mengerikan mengepung Baraka dari berbagai penjuru, tanpa pikir panjang lagi murid Eyang Jaya Dwipa itu segera berkonsentrasi, seluruh pikiran serta panca inderanya dipusatkan ke satu titik dalam benak. Hawa sakti dari Ilmu Angin es dan api warisan Eyang Jaya Dwipa ini akan dipusatkan pada kedua tangannya.“Balasasra, heaaaa!”Baraka memukulkan kedua gelang dikedua tangannya hingga menimbulkan suara yang cukup kuat.“Bang...!”.Gelombang tenaga dalam yang dahsyat memancar keluar dari kedua gelang tangan yang diadu oleh Baraka.Wusss! Blarrr!Kedahsyatan ilmu pukulan yang berasal dari kekuatan Gelang Brahmananda itu tak dapat diukur lagi. Apalagi, Baraka telah mendapat tambahan tenaga dalam dari Katak Wasiat Dewa yang baru saja ditelannya. Maka, di lain kejap terdengar suara ledakan amat keras.Gelombang besar menyerbu. Bongkah-bongkah batu karang berpentalan. Lukisan-

    Last Updated : 2024-05-20
  • Pendekar Kera Sakti   96. Datang Penuhi Undangan

    MANAKALA guliran mentari hampir mencapai bentangan kaki langit barat, senja hari mempersiapkan diri untuk segera rebah memeluk bumi. Kelopak bunga mekar tersenyum dalam kesunyian. Kupu-kupu tak lagi bercanda menggoda. Hanya desau sang bayu yang masih setia menemani."Puncak Kupu-kupu kan kudatangi. Menuruti hasrat hati, ku langkahkan kaki ini. Namun..., bukan dewi pujaan hati yang kan kutemui. Hi hi hi... Hanya untuk seorang Putri Budukan aku berjalan mengusik sepi. Putri Budukan, di manakah kau sembunyikan diri. Dewa Geli telah datang di hari janji. Hihihi..."Lamat-lamat terdengar senandung sebuah lagu yang diiringi suara tawa mengikik. Senandung lagu yang tak karuan iramanya itu amat pelan. Namun anehnya, bisa menebar rata di seantero bukit. Bahkan, sampai terdengar di Puncak Kupu-kupu yang tinggi menjulang."Puncak Kupu-kupu kan kudatangi. Menuruti hasrat hati. Tuk menemui Putri Budukan pengundang janji. Tapi..., kenapa tatapan Dewa Geli hanya temui sepi. Hi

    Last Updated : 2024-05-20

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status