"Bukan. Perempuan! Ya, aku dengar kau cari-cari pe... perempuan yang ber... bernama Hyun Jelita." Tersentak kaget Pendekar Kera Sakti mendengarnya.
Senyumnya hilang seketika begitu mendengar nama Hyun Jelita disebutkan oleh Dewa Racun. Ia maju setindak dan rendahkan badan, setengah jongkok di depan Dewa Racun agar wajahnya sejajar dengan wajah si kerdil itu.
"Apakah kau mengenal Hyun Jelita?"
"Ya. Ak... aku kenal nama itu," Jawab Dewa Racun.
"Tap... tap... tapi aku tidak tahu siapa dia dan di mana dia."
"Dari siapa kau tahu nama Hyun Jelita?"
"Dar... dar... dar... dar...."
"Cepat katakan! Jangan hanya main dar-daran saja?!" Sentak Baraka tak sabar.
"Maksudku, dar... dari mulut Peramal Pikun!"
Pendekar Kera Sakti tertegun sejenak, ia berdiri dari jongkoknya. Terbayang wajah bermata cekung bertubuh kurus kering milik Peramal Pikun. Baraka hampir saja melupakan seraut wajah pikun. Dialah orang yang menjadi kunci tentang rah
Kemudian, Pendekar Kera Sakti maju setindak dan berkata kepada Perawan Sesat. "Apa maksudmu menghadang langkahku, Perawan Sesat?!"Dengan mata tajam bersikap bermusuhan, Perawan Sesat menjawab. "Aku hanya ingatkan kamu, dua hari lagi purnama tiba!""Apa maksudmu dengan purnama tiba?""Kau punya janji pertarungan dengan Manusia Sontoloyo yang bernama Dirgo Mukti itu! Apakah kau masih ingat dengan pertarungan yang akan terjadi di Bukit Jagal itu?"Pendekar Kera Sakti tertawa berkesan meremehkan. "Ya, ya... sekarang aku ingat. Hampir saja aku lupa kalau aku mendapat tantangan dari Dirgo Mukti. Tapi... sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi. Masalahnya tidak penting dipertarungkan!""Buat Dirgo Mukti kau punya urusan dengannya yang amat penting! Menentukan siapa yang berhak menerima cinta Peri Malam, itu adalah masalah yang sangat penting buat Dirgo Mukti!"Sekali lagi Baraka lontarkan tawa meremehkan. "Bilang kepada Dirgo, suruh dia ambil perem
Tubuhnya melayang menerabas semak berduri. Suaranya pun hilang dari pendengaran tiga perempuan patah hati itu. Dirgo Mukti sendiri sebenarnya juga terhempas ke mana-mana. Mungkin akan lebih jauh terpentalnya dibanding Datuk Marah Gadai. Tetapi, tangan Peri Malam berhasil memegangi kaki Dirgo Mukti yang hampir terbawa terbang hembusan badai dahsyat itu. Sambil berpegangan pada pohon, Peri Malam mempertahankan tubuh Dirgo Mukti yang merayap-rayap bagaikan buaya tanpa kaki."Bantu aku menahan tubuhnya!" Teriak Peri Malam saat itu, dan Selendang Maut pun menahan pundak Dirgo Mukti dengan kedua kakinya. Pundak itu tak bisa maju karena mendapat tahanan dua kaki dari depan, sedangkan kedua tangan dan pundak Selendang Maut menahan diri ke salah satu batang pohon. Ia pun bertahan sekuat tenaga agar tidak ikut terlempar oleh hembusan angin badai yang menggila itu. Saat-saat berikutnya, badai itu reda. Suasana di sekitar telaga persis bumi yang habis mengalami kiamat.Padahal dar
Peri Malam cepat menjawab. "Kehangatan itu akan tiba jika kemenanganmu tergenggam di tangan. Kurasa Perawan Sesat juga akan memberikan kehangatan yang lebih indah lagi setelah kau berhasil membunuh Baraka!"Selendang Maut menambahkan kata. "Kau akan memperoleh kemenangan ganda, Dirgo! Selain namamu jadi cepat dikenal di rimba persilatan sebagai seseorang yang mampu mengalahkan Pendekar Kera Sakti, juga kau akan memperoleh kemenangan batin yang luar biasa tingginya, yaitu memperoleh tiga istri sekaligus!""Tiga istri?! Waaah..., ha ha ha ha...!"Dirgo Mukti tertawa kegirangan. Kedua perempuan itu dirangkulnya kanan-kiri. Kedua perempuan itu juga membiarkan dicium wajahnya oleh Dirgo Mukti yang tampak jelas serakah dengan kemesraannya.-o0o-Di Pantai Saru, ketika malam hadirkan sunyi, Perawan Sesat renungkan diri, duduk di atas bebatuan tak berlumut. Satu persatu Peri Malam dan Selendang Maut mendekat, lalu mereka saling bergunjing ten
Tambah Peramal Pikun dengan suara lemahnya "Jadi aku mohon bantuanmu untuk menghilangkan ilmu 'Rentang Kutuk' ini sebelum purnama tiba.""Sebelumnya aku ingin tahu mengapa ilmu 'Rentang Kutuk' itu menimpa dirimu?""Apakah Dewa Racun belum bicarakan hal itu padamu?""Belum! Dewa Racun mendengar nama kekasihku dari mulutmu, tapi dia tidak kenal siapa orang yang punya nama itu dan di mana tempat persinggahannya. Dewa Racun hanya bertugas mencari aku dan membawaku kemari untuk menolongmu!""Dewa gila!" Geram Peramal Pikun sambil matanya mencari Dewa Racun di dalam pondoknya. Tapi orang kerdil itu tidak ada di dalam pondok. Orang kerdil tadi menyuruh Baraka masuk sendirian dan ia bergegas menuju ke sungai, katanya mau mandi sebentar di sana."Siapa Dewa Racun itu sebenarnya, aku belum jelas, Peramal Pikun. Dia tidak banyak menceritakan dirinya sepanjang perjalanan kemari. Dia bahkan lebih banyak membicarakan tentang pertarunganku dengan manusia Sontoloy
Sementara Baraka melakukan penyembuhan terhadap diri Peramal Pikun, di luar pondok itu Dewa Racun mencoba memancing ikan untuk santapan nanti. Ia memancing ikan bukan dengan kail maupun pancingan bila, melainkan menggunakan sehelai daun ilalang.Daun ilalang itu dibelah menjadi dua pada tiap sisi kanan-kirinya, tinggal bagian tengahnya yang keras, tapi di tiap sisa daun kanan-kiri itu tidak dihabiskan belahannya. Helai daun di kanan-kiri itu diselipkan di antara jari telunjuk dan jari tengah, sisanya yang keras ada di atas telunjuk, lalu dengan satu kali tarikan, bagian tengah ilalang itu melesat bagai dipanahkan dari dua jari.Slaattt...! Jeebbb...!Ilalang itu menancap pada tubuh seekor ikan, yang segera menggelepar-gelepar. Dewa Racun segera mengangkatnya dari kedalaman air. Ikan itu ditumpuk di salah satu tempat berbatu, lalu ia kembali mengambil daun ilalang untuk dipanahkan pada ikan-ikan lainnya. Jika bukan disertai kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi
Baraka tertawa kecil bersikap meremehkan, padahal dalam hatinya ia berdebar-debar bahkan berjingkrak-jingkrak kegirangan. Tapi toh dia mampu menahan perasaannya yang jika diluapkan bisa menjadi seperti anak kecil itu. Dan tiba-tiba ia berkata. "Hei, mengapa kegagapanmu hilang? Kau lupa bahwa kau bicara dengan gagap!"Dengan tenang orang kerdil itu sunggingkan senyum dan berkata. "Sebelum kau datang dari dalam pondok, sudah kumakan dua ekor ikan bakar kesukaanku ini!""Apa hubungannya dua ekor ikan bakar dengan bicara gagapmu?""Jika mulutku sudah bau ikan bakar, walau secuil saja, maka aku sudah bisa bicara dengan lancar. Tapi jika aroma ikan bakar hilang dari mulutku, maka kegagapan bicaraku timbul kembali.""Kenapa bisa begitu?" Tanya Pendekar Kera Sakti garuk-garuk pantat sambil tertawa pelan."Entahlah," Jawab Dewa Racun sambil sentakkan pundak sekejap, lalu berkata lagi. "Mungkin memang sudah kodratnya aku punya keanehan seperti ini."P
Pendekar Kera Sakti masih diam merenung, tidak memandang ke arah Dewa Racun. Diam-diam Dewa Racun merasakan keanehan itu, tapi tidak terlalu dihiraukan, berkata lagi kepada Pendekar Kera Sakti palsu."Tan... tanpa menunggu pur... purnama tiba, kita sudah bisa berangkat ke... ke... ke Pulau Serindu. At... atau kau mau layani tantangan di Bukit Ja... Jagal itu?""Ya.""Ya, bagaimana maksudmu?""Bagus!""Bagus apa?""Ya."Dewa Racun makin heran dan curiga.Mata Baraka memandang dengan datar sekali, sepertinya tidak punya rasa apa pun. Dewa Racun mencoba menendang pinggang Baraka dengan sulu kali lompatan.Duug...!Pendekar Kera Sakti diam saja. Tidak mengadakan gerakan menangkis atau menghindar, tidak merasakan sakit atau apa pun. Padahal tendangan itu cukup keras. Menurut perkiraan Dewa Racun, orang akan menyeringai kesakitan jika ditendang pinggangnya oleh tendangan seperti itu.Melihat Baraka tidak ada peru
"Lalu... kau bunuh mereka?""Secara tak sengaja, Putri Alam Baka mati dan Nagadipa terluka parah.""Kau menggunakan kekuatan Suling Naga Krishna-mu?" ucap Betari Ayu seraya melirik ke arah Seruling yang ada dibalik sabuk Baraka."Dari mana kau tahu. Nyai?""Gurumu yang mengatakannya. Dia merasakan ada badai aneh dan badai itu pasti datangnya dari kekuatan Suling Naga Krishna-mu! Tapi beliau tahu kau menggunakannya karena terpaksa."Pendekar Kera Sakti diam berpikir tentang gurunya, si Setan Bodong. Ternyata segala kegiatannya selalu dipantau oleh sang gurunya. Baraka jadi riskan dan tak enak untuk berbuat bebas, ia menjadi gelisah, dan kegelisahan itu dilihat oleh Betari Ayu, kemudian Betari Ayu berkata. "Bukan hanya Setan Bodong yang memantau kegiatanmu, Baraka. Tapi aku pun banyak mengikuti kegiatanmu dari sini, atau dari tempatku yang jauh. Semua itu hanya sekadar menjaga kalau-kalau kau dalam bahaya yang membutuhkan bantuan. H