Sementara Baraka melakukan penyembuhan terhadap diri Peramal Pikun, di luar pondok itu Dewa Racun mencoba memancing ikan untuk santapan nanti. Ia memancing ikan bukan dengan kail maupun pancingan bila, melainkan menggunakan sehelai daun ilalang.
Daun ilalang itu dibelah menjadi dua pada tiap sisi kanan-kirinya, tinggal bagian tengahnya yang keras, tapi di tiap sisa daun kanan-kiri itu tidak dihabiskan belahannya. Helai daun di kanan-kiri itu diselipkan di antara jari telunjuk dan jari tengah, sisanya yang keras ada di atas telunjuk, lalu dengan satu kali tarikan, bagian tengah ilalang itu melesat bagai dipanahkan dari dua jari.
Slaattt...! Jeebbb...!
Ilalang itu menancap pada tubuh seekor ikan, yang segera menggelepar-gelepar. Dewa Racun segera mengangkatnya dari kedalaman air. Ikan itu ditumpuk di salah satu tempat berbatu, lalu ia kembali mengambil daun ilalang untuk dipanahkan pada ikan-ikan lainnya. Jika bukan disertai kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi
Baraka tertawa kecil bersikap meremehkan, padahal dalam hatinya ia berdebar-debar bahkan berjingkrak-jingkrak kegirangan. Tapi toh dia mampu menahan perasaannya yang jika diluapkan bisa menjadi seperti anak kecil itu. Dan tiba-tiba ia berkata. "Hei, mengapa kegagapanmu hilang? Kau lupa bahwa kau bicara dengan gagap!"Dengan tenang orang kerdil itu sunggingkan senyum dan berkata. "Sebelum kau datang dari dalam pondok, sudah kumakan dua ekor ikan bakar kesukaanku ini!""Apa hubungannya dua ekor ikan bakar dengan bicara gagapmu?""Jika mulutku sudah bau ikan bakar, walau secuil saja, maka aku sudah bisa bicara dengan lancar. Tapi jika aroma ikan bakar hilang dari mulutku, maka kegagapan bicaraku timbul kembali.""Kenapa bisa begitu?" Tanya Pendekar Kera Sakti garuk-garuk pantat sambil tertawa pelan."Entahlah," Jawab Dewa Racun sambil sentakkan pundak sekejap, lalu berkata lagi. "Mungkin memang sudah kodratnya aku punya keanehan seperti ini."P
Pendekar Kera Sakti masih diam merenung, tidak memandang ke arah Dewa Racun. Diam-diam Dewa Racun merasakan keanehan itu, tapi tidak terlalu dihiraukan, berkata lagi kepada Pendekar Kera Sakti palsu."Tan... tanpa menunggu pur... purnama tiba, kita sudah bisa berangkat ke... ke... ke Pulau Serindu. At... atau kau mau layani tantangan di Bukit Ja... Jagal itu?""Ya.""Ya, bagaimana maksudmu?""Bagus!""Bagus apa?""Ya."Dewa Racun makin heran dan curiga.Mata Baraka memandang dengan datar sekali, sepertinya tidak punya rasa apa pun. Dewa Racun mencoba menendang pinggang Baraka dengan sulu kali lompatan.Duug...!Pendekar Kera Sakti diam saja. Tidak mengadakan gerakan menangkis atau menghindar, tidak merasakan sakit atau apa pun. Padahal tendangan itu cukup keras. Menurut perkiraan Dewa Racun, orang akan menyeringai kesakitan jika ditendang pinggangnya oleh tendangan seperti itu.Melihat Baraka tidak ada peru
"Lalu... kau bunuh mereka?""Secara tak sengaja, Putri Alam Baka mati dan Nagadipa terluka parah.""Kau menggunakan kekuatan Suling Naga Krishna-mu?" ucap Betari Ayu seraya melirik ke arah Seruling yang ada dibalik sabuk Baraka."Dari mana kau tahu. Nyai?""Gurumu yang mengatakannya. Dia merasakan ada badai aneh dan badai itu pasti datangnya dari kekuatan Suling Naga Krishna-mu! Tapi beliau tahu kau menggunakannya karena terpaksa."Pendekar Kera Sakti diam berpikir tentang gurunya, si Setan Bodong. Ternyata segala kegiatannya selalu dipantau oleh sang gurunya. Baraka jadi riskan dan tak enak untuk berbuat bebas, ia menjadi gelisah, dan kegelisahan itu dilihat oleh Betari Ayu, kemudian Betari Ayu berkata. "Bukan hanya Setan Bodong yang memantau kegiatanmu, Baraka. Tapi aku pun banyak mengikuti kegiatanmu dari sini, atau dari tempatku yang jauh. Semua itu hanya sekadar menjaga kalau-kalau kau dalam bahaya yang membutuhkan bantuan. H
Dewa Racun mendengar semua percakapan itu. Sampai mereka bertiga pergi, Dewa Racun masih termangu-mangu di atas pohon tersebut. Dalam hatinya ia berkata. "Ternyata perempuan yang mengaku bernama Perawan Sesat itu punya komplotan untuk membunuh Baraka dengan kelicikannya. Benar apa kata Baraka, pertarungan itu sebenarnya tidak punya arti apa-apa. Hanya sebagai pertarungan konyol saja. Dan pertarungan itu digunakan oleh ketiga perempuan tadi untuk mencari kelemahan Pendekar Kera Sakti. Hmm... sebuah pertarungan konyol ada baiknya dibuat semakin konyol saja!"Menurut keterangan Peramal Pikun, Baraka mempunyai tempat persinggahan di Bukit Kayangan. Tetapi apakah Baraka ke sana atau tidak, Peramal Pikun tak bisa memastikan. Petunjuk itu sudah cukup buat Dewa Racun, karena ia punya arah tujuan dalam mencari Baraka walau mungkin nantinya tidak ditemukan. Tapi dari sanalah Dewa Racun akan melacak terus ke mana perginya orang yang harus dikawalnya itu.Dan akhirnya ia temukan P
"O, benar! Benar sekali pendapatmu!" Peri Malam menepuk-nepuk pundak Perawan Sesat, namun tangan Perawan Sesat cepat kibaskan tangan Peri Malam. Agaknya ia tak suka ditepuk-tepuk begitu oleh orang sejenisnya."Kurasa kalian tak perlu jauh-jauh. Diam saja di pinggiran sana dan saksikan kemenanganku!" Kata Dirgo Mukti. "Akan kutumbangkan dia dalam dua jurus saja!""Tak perlu malu-malu menggunakan lebih dari sepuluh jurus, yang penting kau bisa menang melawannya, Dirgo Mukti!" Kata Peri Malam.Orang yang ditunggu datang. Pendekar Kera Sakti muncul dengan badan terbungkuk-bungkuk. Peri Malam berbisik kepada Selendang Maut yang berdiri di samping kirinya. "Kenapa dia?”Selendang Maut hanya bisa mengangkat kedua bahunya, pertanda dia juga tidak tahu apa yang terjadi Baraka."Diamlah!" Hardik Perawan Sesat yang merasa terganggu dengan kasak-kusuk mereka. Pendekar Kera Sakti berwajah kaku saat itu. Tak ada sapa dan senyum untuk ketiga perempuan yang
Perawan Sesat maju dua tindak, tangannya siap untuk melancarkan pukulan jarak jauhnya. Tapi kain selendang putih telah lebih dulu berkelebat menghantam tubuh Dirgo Mukti.Wuuugh...!Selendang Maut melepaskan pukulan tenaga dalamnya menggunakan kibasan selendang putihnya. Pukulan itu membuat Dirgo Mukti tersentak ke samping dan oleng mencari keseimbangan."Hai...! Mengapa kalian menyerangku?!"Wuuttt...!Perawan Sesat sentakkan tangan kirinya dan sebuah pukulan tenaga dalam cukup tinggi tak dapat dihindari Dirgo Mukti. Pukulan itu tepat mengenai dada Dirgo Mukti.Beeegh...!"Heegh...?!"Dirgo Mukti memekik tertahan. Tubuhnya tersentak ke belakang, tiga langkah jauhnya. Mulutnya mulai mengeluarkan darah. Tapi ia belum jatuh, ia masih berdiri dengan terbungkuk-bungkuk.Ia menarik gagang kapaknya, sreekkk...!Gagang itu mengulurkan rantai, sehingga mata kapak bisa diputar-putarkan di atas kepala."Jahanam kalian semua! Kalian ingkar janji! Kalian hanya pergunakan aku untuk membunuh Baraka
"Hi hi hi hi...!" Terdengar suara tawa mirip kuntilanak yang berdiri di depan mereka bertiga. Suara itu berasal dari seorang nenek berjubah biru lusuh, pakaiannya serba abu-abu. Badannya agak bungkuk, rambutnya digulung naik, berwarna abu-abu juga. Di pinggangnya terselip tengkorak kambing bergagang tulang ikan berukuran antara dua jengkal.Peri Malam tak asing lagi dengan wajah bermata cekung angker itu. Karena dulu ia pernah menjadi murid nenek keriput bergigi ompong dan tak bisa menyebutkan huruf 'r'."Guru,..?!""Hei, jangan sebut aku gulumu lagi, Peli Malam!" Kata nenek angker yang dikenal dengan nama Mawar Hitam dari Pulau Hantu itu."Kamu sudah bukan lagi mulidku! Kamu sesat, dan perlu kuhajal juga lupanya!""Tunggu!" Sentak Perawan Sesat ketika Mawar Hitam ingin menghantamkan pukulan jarak jauhnya."Apa urusanmu ikut campur pertarungan kami ini, Nenek Peot!""Aku memang cali-cali anak muda ini! Dia punya kesaktian cukup lumayan buat kuselap, sama dengan kesaktian gulumu si Nyai
SEBELUM berangkat ke Puri Gerbang Kayangan, tempat kediaman Nyai Gusti Hyun Jelita yang menjadi kekasih idaman Baraka, Pendekar Kera Sakti murid Setan Bodong itu menyempatkan diri untuk singgah ke Bukit Kayangan. Kali ini ia terpaksa tidak bisa meninggalkan Dewa Racun, orang kepercayaan Nyai Gusti Hyun Jelita yang ditugaskan menjemput dan mengawal Baraka. Tetapi, Dewa Racun agaknya tahu diri dalam hal ini."Tem... tem... temuilah gurumu, akkk... akkk... aku akan menunggu di luar gua. Aaakk... aku tidak perlu ikut masuk!""Baiklah. Aku tak lama!"Baraka cepat tinggalkan orang kerdil berpakaian putih-putih dari jenis kulit binatang berbulu itu. Curahan air terjun yang deras ditembusnya masuk dengan satu kelebatan secepat kilat.Jraasss...!Mulut gua yang ada di balik curahan deras air terjun itu dipakai mendarat sepasang kaki Pendekar Kera Sakti yang kokoh. Jika bukan orang berilmu tinggi, tak mungkin bisa menerabas tembus curahan air sebegitu besarnya dari jarak lompat lebih delapan be