Peri Malam cepat menjawab. "Kehangatan itu akan tiba jika kemenanganmu tergenggam di tangan. Kurasa Perawan Sesat juga akan memberikan kehangatan yang lebih indah lagi setelah kau berhasil membunuh Baraka!"
Selendang Maut menambahkan kata. "Kau akan memperoleh kemenangan ganda, Dirgo! Selain namamu jadi cepat dikenal di rimba persilatan sebagai seseorang yang mampu mengalahkan Pendekar Kera Sakti, juga kau akan memperoleh kemenangan batin yang luar biasa tingginya, yaitu memperoleh tiga istri sekaligus!"
"Tiga istri?! Waaah..., ha ha ha ha...!"
Dirgo Mukti tertawa kegirangan. Kedua perempuan itu dirangkulnya kanan-kiri. Kedua perempuan itu juga membiarkan dicium wajahnya oleh Dirgo Mukti yang tampak jelas serakah dengan kemesraannya.
-o0o-
Di Pantai Saru, ketika malam hadirkan sunyi, Perawan Sesat renungkan diri, duduk di atas bebatuan tak berlumut. Satu persatu Peri Malam dan Selendang Maut mendekat, lalu mereka saling bergunjing ten
Tambah Peramal Pikun dengan suara lemahnya "Jadi aku mohon bantuanmu untuk menghilangkan ilmu 'Rentang Kutuk' ini sebelum purnama tiba.""Sebelumnya aku ingin tahu mengapa ilmu 'Rentang Kutuk' itu menimpa dirimu?""Apakah Dewa Racun belum bicarakan hal itu padamu?""Belum! Dewa Racun mendengar nama kekasihku dari mulutmu, tapi dia tidak kenal siapa orang yang punya nama itu dan di mana tempat persinggahannya. Dewa Racun hanya bertugas mencari aku dan membawaku kemari untuk menolongmu!""Dewa gila!" Geram Peramal Pikun sambil matanya mencari Dewa Racun di dalam pondoknya. Tapi orang kerdil itu tidak ada di dalam pondok. Orang kerdil tadi menyuruh Baraka masuk sendirian dan ia bergegas menuju ke sungai, katanya mau mandi sebentar di sana."Siapa Dewa Racun itu sebenarnya, aku belum jelas, Peramal Pikun. Dia tidak banyak menceritakan dirinya sepanjang perjalanan kemari. Dia bahkan lebih banyak membicarakan tentang pertarunganku dengan manusia Sontoloy
Sementara Baraka melakukan penyembuhan terhadap diri Peramal Pikun, di luar pondok itu Dewa Racun mencoba memancing ikan untuk santapan nanti. Ia memancing ikan bukan dengan kail maupun pancingan bila, melainkan menggunakan sehelai daun ilalang.Daun ilalang itu dibelah menjadi dua pada tiap sisi kanan-kirinya, tinggal bagian tengahnya yang keras, tapi di tiap sisa daun kanan-kiri itu tidak dihabiskan belahannya. Helai daun di kanan-kiri itu diselipkan di antara jari telunjuk dan jari tengah, sisanya yang keras ada di atas telunjuk, lalu dengan satu kali tarikan, bagian tengah ilalang itu melesat bagai dipanahkan dari dua jari.Slaattt...! Jeebbb...!Ilalang itu menancap pada tubuh seekor ikan, yang segera menggelepar-gelepar. Dewa Racun segera mengangkatnya dari kedalaman air. Ikan itu ditumpuk di salah satu tempat berbatu, lalu ia kembali mengambil daun ilalang untuk dipanahkan pada ikan-ikan lainnya. Jika bukan disertai kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi
Baraka tertawa kecil bersikap meremehkan, padahal dalam hatinya ia berdebar-debar bahkan berjingkrak-jingkrak kegirangan. Tapi toh dia mampu menahan perasaannya yang jika diluapkan bisa menjadi seperti anak kecil itu. Dan tiba-tiba ia berkata. "Hei, mengapa kegagapanmu hilang? Kau lupa bahwa kau bicara dengan gagap!"Dengan tenang orang kerdil itu sunggingkan senyum dan berkata. "Sebelum kau datang dari dalam pondok, sudah kumakan dua ekor ikan bakar kesukaanku ini!""Apa hubungannya dua ekor ikan bakar dengan bicara gagapmu?""Jika mulutku sudah bau ikan bakar, walau secuil saja, maka aku sudah bisa bicara dengan lancar. Tapi jika aroma ikan bakar hilang dari mulutku, maka kegagapan bicaraku timbul kembali.""Kenapa bisa begitu?" Tanya Pendekar Kera Sakti garuk-garuk pantat sambil tertawa pelan."Entahlah," Jawab Dewa Racun sambil sentakkan pundak sekejap, lalu berkata lagi. "Mungkin memang sudah kodratnya aku punya keanehan seperti ini."P
Pendekar Kera Sakti masih diam merenung, tidak memandang ke arah Dewa Racun. Diam-diam Dewa Racun merasakan keanehan itu, tapi tidak terlalu dihiraukan, berkata lagi kepada Pendekar Kera Sakti palsu."Tan... tanpa menunggu pur... purnama tiba, kita sudah bisa berangkat ke... ke... ke Pulau Serindu. At... atau kau mau layani tantangan di Bukit Ja... Jagal itu?""Ya.""Ya, bagaimana maksudmu?""Bagus!""Bagus apa?""Ya."Dewa Racun makin heran dan curiga.Mata Baraka memandang dengan datar sekali, sepertinya tidak punya rasa apa pun. Dewa Racun mencoba menendang pinggang Baraka dengan sulu kali lompatan.Duug...!Pendekar Kera Sakti diam saja. Tidak mengadakan gerakan menangkis atau menghindar, tidak merasakan sakit atau apa pun. Padahal tendangan itu cukup keras. Menurut perkiraan Dewa Racun, orang akan menyeringai kesakitan jika ditendang pinggangnya oleh tendangan seperti itu.Melihat Baraka tidak ada peru
"Lalu... kau bunuh mereka?""Secara tak sengaja, Putri Alam Baka mati dan Nagadipa terluka parah.""Kau menggunakan kekuatan Suling Naga Krishna-mu?" ucap Betari Ayu seraya melirik ke arah Seruling yang ada dibalik sabuk Baraka."Dari mana kau tahu. Nyai?""Gurumu yang mengatakannya. Dia merasakan ada badai aneh dan badai itu pasti datangnya dari kekuatan Suling Naga Krishna-mu! Tapi beliau tahu kau menggunakannya karena terpaksa."Pendekar Kera Sakti diam berpikir tentang gurunya, si Setan Bodong. Ternyata segala kegiatannya selalu dipantau oleh sang gurunya. Baraka jadi riskan dan tak enak untuk berbuat bebas, ia menjadi gelisah, dan kegelisahan itu dilihat oleh Betari Ayu, kemudian Betari Ayu berkata. "Bukan hanya Setan Bodong yang memantau kegiatanmu, Baraka. Tapi aku pun banyak mengikuti kegiatanmu dari sini, atau dari tempatku yang jauh. Semua itu hanya sekadar menjaga kalau-kalau kau dalam bahaya yang membutuhkan bantuan. H
Dewa Racun mendengar semua percakapan itu. Sampai mereka bertiga pergi, Dewa Racun masih termangu-mangu di atas pohon tersebut. Dalam hatinya ia berkata. "Ternyata perempuan yang mengaku bernama Perawan Sesat itu punya komplotan untuk membunuh Baraka dengan kelicikannya. Benar apa kata Baraka, pertarungan itu sebenarnya tidak punya arti apa-apa. Hanya sebagai pertarungan konyol saja. Dan pertarungan itu digunakan oleh ketiga perempuan tadi untuk mencari kelemahan Pendekar Kera Sakti. Hmm... sebuah pertarungan konyol ada baiknya dibuat semakin konyol saja!"Menurut keterangan Peramal Pikun, Baraka mempunyai tempat persinggahan di Bukit Kayangan. Tetapi apakah Baraka ke sana atau tidak, Peramal Pikun tak bisa memastikan. Petunjuk itu sudah cukup buat Dewa Racun, karena ia punya arah tujuan dalam mencari Baraka walau mungkin nantinya tidak ditemukan. Tapi dari sanalah Dewa Racun akan melacak terus ke mana perginya orang yang harus dikawalnya itu.Dan akhirnya ia temukan P
"O, benar! Benar sekali pendapatmu!" Peri Malam menepuk-nepuk pundak Perawan Sesat, namun tangan Perawan Sesat cepat kibaskan tangan Peri Malam. Agaknya ia tak suka ditepuk-tepuk begitu oleh orang sejenisnya."Kurasa kalian tak perlu jauh-jauh. Diam saja di pinggiran sana dan saksikan kemenanganku!" Kata Dirgo Mukti. "Akan kutumbangkan dia dalam dua jurus saja!""Tak perlu malu-malu menggunakan lebih dari sepuluh jurus, yang penting kau bisa menang melawannya, Dirgo Mukti!" Kata Peri Malam.Orang yang ditunggu datang. Pendekar Kera Sakti muncul dengan badan terbungkuk-bungkuk. Peri Malam berbisik kepada Selendang Maut yang berdiri di samping kirinya. "Kenapa dia?”Selendang Maut hanya bisa mengangkat kedua bahunya, pertanda dia juga tidak tahu apa yang terjadi Baraka."Diamlah!" Hardik Perawan Sesat yang merasa terganggu dengan kasak-kusuk mereka. Pendekar Kera Sakti berwajah kaku saat itu. Tak ada sapa dan senyum untuk ketiga perempuan yang
Perawan Sesat maju dua tindak, tangannya siap untuk melancarkan pukulan jarak jauhnya. Tapi kain selendang putih telah lebih dulu berkelebat menghantam tubuh Dirgo Mukti.Wuuugh...!Selendang Maut melepaskan pukulan tenaga dalamnya menggunakan kibasan selendang putihnya. Pukulan itu membuat Dirgo Mukti tersentak ke samping dan oleng mencari keseimbangan."Hai...! Mengapa kalian menyerangku?!"Wuuttt...!Perawan Sesat sentakkan tangan kirinya dan sebuah pukulan tenaga dalam cukup tinggi tak dapat dihindari Dirgo Mukti. Pukulan itu tepat mengenai dada Dirgo Mukti.Beeegh...!"Heegh...?!"Dirgo Mukti memekik tertahan. Tubuhnya tersentak ke belakang, tiga langkah jauhnya. Mulutnya mulai mengeluarkan darah. Tapi ia belum jatuh, ia masih berdiri dengan terbungkuk-bungkuk.Ia menarik gagang kapaknya, sreekkk...!Gagang itu mengulurkan rantai, sehingga mata kapak bisa diputar-putarkan di atas kepala."Jahanam kalian semua! Kalian ingkar janji! Kalian hanya pergunakan aku untuk membunuh Baraka
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak
Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.
Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj