Yang berambut pendek ikut terkekeh dan berkata, "Aku pernah bayangkan, kalau seandainya aku jadi suaminya si ratu cantik dan montok itu, wah... mungkin aku nggak bisa membedakan mana celanaku dan mana selimutku. Pasti enjoy terus, he, he, he...!"
"Kamu juga mau tangkap buronan itu?"
"Iya dong! Dengan ilmu 'Sendok Sakti' akan kulumpuhkan pendekar itu!"
"Wah, nggak bisa! Pendekar Kera Sakti itu jatahku. Aku yang harus tangkap dia! Kalau kamu serobot buronan itu, aku bisa tega sama kamu!"
"Lho, siapa saja kan boleh tangkap dia? Emangnya cuma kamu aja yang boleh tangkap buronan itu?" orang itu agak melotot. Temannya juga melotot.
"Iya. Emang cuma aku yang boleh tangkap dia, sebab cuma aku yang boleh jadi suami Ratu Cadar Jenazah! Mau apa lu!"
"Eh, kamu jangan ngotot gitu di depanku, Min! Bisa kena tampar mukamu yang kayak codot itu!"
"Coba! Coba kalau kamu memang berani tampar aku? Nih...!" orang itu sodorkan wajahnya. Tentu saja wajah ek
"Kok nggak berani? Tinggal cari yang namanya Baraka atau Pendekar Kera Sakti, lalu tangkap dia dan bawa ke Ratu, jadilah kau suami Ratu. Mudah kan?"Pendekar Kera Sakti hanya nyengir."Menangkap Baraka itu sama saja menangkap seribu petir.""Kok gitu?""Dia bukan orang sembarangan. Ilmunya tinggi!""Ya memang sih, kemarin kudengar percakapan orang-orang pantai juga sebut-sebut seperti itu, tapi itu kan cuma isu. Jangan percaya dengan isu." Duda Dadu tertawa. "Lagi pula, dia belum tentu berilmu tinggi benaran, Dik. Itu pun menurutku juga cuma isu.""Apakah Paman belum pernah dengar cerita kehebatan Baraka?""Pernah sih, tapi yaah... kuanggap itu sekadar dongeng di dunia persilatan saja. Sebab kalau memang dia sakti, tentunya Ratu Cadar Jenazah sudah dilabraknya karena nyebarin sayembara kayak gitu. Sebagai seorang pendekar mestinya dia tersinggung dong. Ya, nggak? Masa' dia diam saja? Masa' nggak ada kabar kalau Pendekar Kera Sakti mel
Kabarnya sih yang jadi korban kayak Dalang Setan itu cukup banyak. Pria yang mati gara-gara jatuh cinta pada sang Ratu lebih dari seratus, terhitung dari tiga dasawarsa belakangan ini. Ada yang matinya bunuh diri dengan mengantongi selembar surat cinta untuk sang Ratu. Ada yang matinya karena duel untuk mendapatkan sang Ratu. Ada pula yang matinya di tangan sang Ratu sendiri karena ngotot ingin diterima lamarannya."Perempuan itu bukan saja penyebar asmara, namun juga penyebar maut bagi kaum pria," ujar salah seorang tokoh tua yang cukup beken juga di kalangan para tokoh rimba persilatan. Katanya lagi, "Jangan coba-coba ingin menemui perempuan itu, dan jangan coba-coba ingin membuka cadarnya untuk melihat kecantikannya. Sebab kecantikannya adalah liang kubur bagi setiap lelaki. Pada tubuhnya terdapat liang surga yang menyemburkan api neraka bagi pria mana saja.""Tapi saya berminat mengikuti sayembara itu, Guru. Saya akan mencari Pendekar Kera Sakti dan menangkapnya."
Baraka sengaja dibawa oleh Duda Dadu ke tempat itu, sebab tempat itu sepi, cocok untuk belajar ilmu kanuragan. Duda Dadu tampak bersemangat memberikan pelajaran ilmunya kepada Baraka."Ini namanya jurus 'Paruh Bangau'," kata Duda Dadu sambil mengembangkan kedua tangan dengan ujung tangan saling menguncup seperti paruh siap mematuk. Kakinya diangkat satu, seperti anjing mau pipis. Badannya sedikit dimiringkan."Gerakan kedua tanganmu nanti harus cepat dan punya arah tertentu; ke kiri dua kali, ke kanan dua kali, membuka dua kali, ke bawah dua kali, ke depan dua kali, lalu kedua tangan menyodok dari bawah ke depan secara bersamaan. Nah, pada saat menyodok ke depan, sentakkan napasmu dalam keadaan tertahan di perut. Maka tenaga dalam dahsyat akan keluar dari ujung-ujung tanganmu yang menguncup begini!""Contohnya bagaimana?""Nih, lihat...! Hiaaat, hiiiat, heeaah...!"Wut, wut, wut, wuutt... bruutt!"EH, kok yang keluar bagian belakang, ya?" sa
Duda Dadu bersuara bisik sambil pandangi pohon itu, "Ngomong-ngomong kamu apakan sih pohon itu tadi, kok jadi gundul begitu?""Cuma menyentakkan napas yang tertahan di perut, Paman.""Masa'.. Kok bisa gitu ya?"Keheranan Duda Dadu tiba-tiba buyar dengan munculnya sesosok tubuh dari balik semak ilalang di belakang mereka.Gusraak...! Jlug...!Dan kedua orang itu berbalik ke belakang. Duda Dadu sempat terlonjak kaget karena kemunculan orang tersebut yang secara tiba-tiba. Lompatan kaki yang mendarat di tanah menimbulkan suara pelan tapi mengejutkan hati yang sedang terheran-heran itu.Seorang pemuda berpakaian merah memanggul cangkul di pundaknya. Dia adalah Balak Lima yang secara kebetulan tadi lewat di dekat tempat situ, lalu mendengar suara getaran pohon yang dihantam Baraka tadi. Rasa ingin tahu Balak Lima membawanya muncul di situ dan membuat Baraka berkerut dahi, tapi kerutan dahinya lebih tajam milik Duda Dadu yang benar-benar merasa as
Baraka memandangnya beberapa saat, dan bisa menangkap maksud hati si Malaikat Bisu itu. Namun sebagai basa-basinya, Baraka tetap mengajukan tanya kepada orang berwajah kaku itu,"Apa maksudmu menghadangku, Malaikat Bisu?""Menangkapmu!" jawabnya dalam satu kata."Kau ingin ikut sayembara itu?""Ya!" jawabnya lagi dengan suara dingin."Apakah kau tertarik dengan hadiah dari sang Ratu itu?""Tertarik!""Batalkan saja niatmu. Sayembara itu hanya bikin kita saling musuhan saja, Malaikat Bisu!""Biarin!"Bunga Taring Liar menggumam kesal, "Konyol juga orang tua ini. Minggir, Baraka... biar kuhadapi dia!""Yang ini berat lho!""Aaah... persetan dengannya. Biar dia pakai nama julukan malaikat atau iblis, aku nggak takut menghadapinya!" sambil Bunga Taring Liar maju satu langkah di depan Baraka.Lalu menyapa Malaikat Bisu dengan suaranya yang tegas. "Kau harus berhadapan denganku jika masih nekat mau tangkap
Balak Lima tersengat api amarah. Ia segera bangkit dan menahan rasa sakitnya. Cangkul segera digenggam kuat, terangkat ke atas dengan satu tangan, sementara tangan yang satunya siap-siap membantu memegangi gagang cangkul juga."Bangsat kau Baraka! Belum tahu siapa si Balak Lima ini, hah! Rasakan cangkul pusaka guruku yang bernama 'Cangkul Bedah Guntur' ini, hah! Bersiaplah hancur di ujung cangkul ini!"Baraka diam tak bergerak.-o0o-Baru saja Balak Lima ingin melompat menghantamkan cangkulnya ke pundak Baraka, tiba-tiba seberkas sinar merah mirip meteor siang hari, melesat dari arah timur dan menghantam rusuk kanan Balak Lima yang mengangkat tangan memegangi cangkul.Clapp...!Dess...! "Aaahg...!" pekik Balak Lima dengan mata mendelik. Ada asap putih mengepul dari rusuk kanannya. Pakaian merahnya terbakar hangus tapi tak ketahuan nyala apinya. Yang jelas, Balak Lima jatuh berlutut dengan tubuh gemetar dan wajah berkeringat seperti menahan m
"Guru..., saya tadi di...."Plokk...!Balak Lima ditabok gurunya. Melintir separo lingkaran sambil menyeringai sakit. Rupanya Ki Parma Tumpeng kesal sama muridnya, sehingga ia terpaksa bertindak sedikit kasar."Bocah otak lele!" geramnya kepada Balak Lima. "Ngapain kamu bawa-bawa cangkul itu? Itu bukan cangkul pusaka! Itu cangkul biasa, tahu! Yang pusaka sudah kusimpan di tempat tersendiri, biar kalau ada maling salah ambil! Eh, malah muridku sendiri yang salah ambil!"Plakk...!Kepala Balak Lima ditampar lagi, "Pulang sana! Jangan sok jago kamu, ya! Mau coba-coba melawan Baraka sama saja coba-coba makan ikan hiu hidup-hidup, ngerti!""Maaf, Guru!""Pulang, dan bawa kembali cangkul itu. Kalau aku mati nanti kamu mau gali liang kubur pakai apa? Pakai gigimu!"Baraka dan Duda Dadu hanya cengar-cengir dengan saling lirik. Balak Lima segera pulang karena takut kena tampar gurunya lagi. Dua kali tamparan sang Guru sudah cukup bikin
"Iya, iya...! Aku tahu kok. Memangnya aku nggak pernah muda?" ujar Ki Parma Tumpeng, lalu ia mohon diri dengan baik-baik kepada Baraka, setelah itu melesat pergi meninggalkan tempat itu."Paman Duda Dadu," kata Baraka, "Maukah Paman menolongku?""Boleh aja! Demi menjadi pengikut pendekar sakti, aku bersedia disuruh apa saja.""Paman, tolong belikan aku ketan bakar di kedai tempat kita bertemu itu. Mau kan?""Hmmm... eeh... ya mau saja. Tapi... tapi kedai tadi kan jauh dari tempat ini, Baraka!""Paman mau nggak?""Iya deh!" Duda Dadu akhirnya pergi dengan suara gerutu yang lirih, "Bilang aja aku diusir, takut mengganggu kemesraanmu, gitu! Pakai disuruh ke kedai alasan beli ketan bakar segala. Huuh...! mentang-mentang anak muda kalau lagi dapat 'gondolan' main singkirkan orang tua aja!"Sekalipun mendengar gerutuan itu, Baraka berlagak tuli. Yang penting Duda Dadu cepat pergi dari tempat itu, sehingga ia bisa ngomong bebas sama si canti