Baraka sengaja dibawa oleh Duda Dadu ke tempat itu, sebab tempat itu sepi, cocok untuk belajar ilmu kanuragan. Duda Dadu tampak bersemangat memberikan pelajaran ilmunya kepada Baraka.
"Ini namanya jurus 'Paruh Bangau'," kata Duda Dadu sambil mengembangkan kedua tangan dengan ujung tangan saling menguncup seperti paruh siap mematuk. Kakinya diangkat satu, seperti anjing mau pipis. Badannya sedikit dimiringkan.
"Gerakan kedua tanganmu nanti harus cepat dan punya arah tertentu; ke kiri dua kali, ke kanan dua kali, membuka dua kali, ke bawah dua kali, ke depan dua kali, lalu kedua tangan menyodok dari bawah ke depan secara bersamaan. Nah, pada saat menyodok ke depan, sentakkan napasmu dalam keadaan tertahan di perut. Maka tenaga dalam dahsyat akan keluar dari ujung-ujung tanganmu yang menguncup begini!"
"Contohnya bagaimana?"
"Nih, lihat...! Hiaaat, hiiiat, heeaah...!"
Wut, wut, wut, wuutt... bruutt!
"EH, kok yang keluar bagian belakang, ya?" sa
Duda Dadu bersuara bisik sambil pandangi pohon itu, "Ngomong-ngomong kamu apakan sih pohon itu tadi, kok jadi gundul begitu?""Cuma menyentakkan napas yang tertahan di perut, Paman.""Masa'.. Kok bisa gitu ya?"Keheranan Duda Dadu tiba-tiba buyar dengan munculnya sesosok tubuh dari balik semak ilalang di belakang mereka.Gusraak...! Jlug...!Dan kedua orang itu berbalik ke belakang. Duda Dadu sempat terlonjak kaget karena kemunculan orang tersebut yang secara tiba-tiba. Lompatan kaki yang mendarat di tanah menimbulkan suara pelan tapi mengejutkan hati yang sedang terheran-heran itu.Seorang pemuda berpakaian merah memanggul cangkul di pundaknya. Dia adalah Balak Lima yang secara kebetulan tadi lewat di dekat tempat situ, lalu mendengar suara getaran pohon yang dihantam Baraka tadi. Rasa ingin tahu Balak Lima membawanya muncul di situ dan membuat Baraka berkerut dahi, tapi kerutan dahinya lebih tajam milik Duda Dadu yang benar-benar merasa as
Baraka memandangnya beberapa saat, dan bisa menangkap maksud hati si Malaikat Bisu itu. Namun sebagai basa-basinya, Baraka tetap mengajukan tanya kepada orang berwajah kaku itu,"Apa maksudmu menghadangku, Malaikat Bisu?""Menangkapmu!" jawabnya dalam satu kata."Kau ingin ikut sayembara itu?""Ya!" jawabnya lagi dengan suara dingin."Apakah kau tertarik dengan hadiah dari sang Ratu itu?""Tertarik!""Batalkan saja niatmu. Sayembara itu hanya bikin kita saling musuhan saja, Malaikat Bisu!""Biarin!"Bunga Taring Liar menggumam kesal, "Konyol juga orang tua ini. Minggir, Baraka... biar kuhadapi dia!""Yang ini berat lho!""Aaah... persetan dengannya. Biar dia pakai nama julukan malaikat atau iblis, aku nggak takut menghadapinya!" sambil Bunga Taring Liar maju satu langkah di depan Baraka.Lalu menyapa Malaikat Bisu dengan suaranya yang tegas. "Kau harus berhadapan denganku jika masih nekat mau tangkap
Balak Lima tersengat api amarah. Ia segera bangkit dan menahan rasa sakitnya. Cangkul segera digenggam kuat, terangkat ke atas dengan satu tangan, sementara tangan yang satunya siap-siap membantu memegangi gagang cangkul juga."Bangsat kau Baraka! Belum tahu siapa si Balak Lima ini, hah! Rasakan cangkul pusaka guruku yang bernama 'Cangkul Bedah Guntur' ini, hah! Bersiaplah hancur di ujung cangkul ini!"Baraka diam tak bergerak.-o0o-Baru saja Balak Lima ingin melompat menghantamkan cangkulnya ke pundak Baraka, tiba-tiba seberkas sinar merah mirip meteor siang hari, melesat dari arah timur dan menghantam rusuk kanan Balak Lima yang mengangkat tangan memegangi cangkul.Clapp...!Dess...! "Aaahg...!" pekik Balak Lima dengan mata mendelik. Ada asap putih mengepul dari rusuk kanannya. Pakaian merahnya terbakar hangus tapi tak ketahuan nyala apinya. Yang jelas, Balak Lima jatuh berlutut dengan tubuh gemetar dan wajah berkeringat seperti menahan m
"Guru..., saya tadi di...."Plokk...!Balak Lima ditabok gurunya. Melintir separo lingkaran sambil menyeringai sakit. Rupanya Ki Parma Tumpeng kesal sama muridnya, sehingga ia terpaksa bertindak sedikit kasar."Bocah otak lele!" geramnya kepada Balak Lima. "Ngapain kamu bawa-bawa cangkul itu? Itu bukan cangkul pusaka! Itu cangkul biasa, tahu! Yang pusaka sudah kusimpan di tempat tersendiri, biar kalau ada maling salah ambil! Eh, malah muridku sendiri yang salah ambil!"Plakk...!Kepala Balak Lima ditampar lagi, "Pulang sana! Jangan sok jago kamu, ya! Mau coba-coba melawan Baraka sama saja coba-coba makan ikan hiu hidup-hidup, ngerti!""Maaf, Guru!""Pulang, dan bawa kembali cangkul itu. Kalau aku mati nanti kamu mau gali liang kubur pakai apa? Pakai gigimu!"Baraka dan Duda Dadu hanya cengar-cengir dengan saling lirik. Balak Lima segera pulang karena takut kena tampar gurunya lagi. Dua kali tamparan sang Guru sudah cukup bikin
"Iya, iya...! Aku tahu kok. Memangnya aku nggak pernah muda?" ujar Ki Parma Tumpeng, lalu ia mohon diri dengan baik-baik kepada Baraka, setelah itu melesat pergi meninggalkan tempat itu."Paman Duda Dadu," kata Baraka, "Maukah Paman menolongku?""Boleh aja! Demi menjadi pengikut pendekar sakti, aku bersedia disuruh apa saja.""Paman, tolong belikan aku ketan bakar di kedai tempat kita bertemu itu. Mau kan?""Hmmm... eeh... ya mau saja. Tapi... tapi kedai tadi kan jauh dari tempat ini, Baraka!""Paman mau nggak?""Iya deh!" Duda Dadu akhirnya pergi dengan suara gerutu yang lirih, "Bilang aja aku diusir, takut mengganggu kemesraanmu, gitu! Pakai disuruh ke kedai alasan beli ketan bakar segala. Huuh...! mentang-mentang anak muda kalau lagi dapat 'gondolan' main singkirkan orang tua aja!"Sekalipun mendengar gerutuan itu, Baraka berlagak tuli. Yang penting Duda Dadu cepat pergi dari tempat itu, sehingga ia bisa ngomong bebas sama si canti
PERJALANAN dari Pantai Buaya Dampar menuju Tebing Galah memakan waktu separo hari lebih. Itu bagi manusia biasa. Tapi bagi para tokoh silat yang memiliki ilmu peringan tubuh dan dapat berlari seperti angin, tentunya perjalanan tersebut dapat ditempuh dalam waktu lebih singkat lagi. Jarak itu bisa lebih pendek jika ditempuh lewat utara, dan itu berarti harus melewati kaki Bukit Guiana. Sedangkan kaki Bukit Guiana merupakan wilayah kekuasaan Ratu Cadar Jenazah."Jangan lewat utara. Berbahaya bagi dirimu jika lewat utara. Sebaiknya kita lewat selatan saja. Agak jauh, tapi aman bagimu!" ujar Bunga Taring Liar. Gadis ini bersifat melindungi Baraka, seolah-olah ia merasa keselamatan Baraka adalah tanggung jawabnya. Sebegitu tanggung jawabnya si gadis sampai-sampai Baraka merasa heran dan menanyakan alasannya.Gadis itu hanya menjawab, "Tugasku hanya menyelamatkan dirimu sampai di Tebing Galah, karena nyawamu merupakan nyawaku yang paling depan. Begitu pesan Nyai Guru saat ak
Plak, plak, plak, plak...!Jleng...! Badak Gemulai yang ternyata bertubuh elastis itu mampu mendaratkan kakinya dengan tegak di belakang Bunga Taring Liar. Mereka saling beradu punggung, namun sebelum Bunga Taring Liar berpaling, kaki Badak Gemulai yang bertelapak lebar dan jeber itu menendang ke belakang, wuttt.,.! Buhkk!Lengan kiri gadis itu terkena tendangan. Ternyata tendangan tersebut berkekuatan tenaga dalam cukup tinggi. Tubuh gadis cantik itu terlempar enam langkah jauhnya seperti kapas dihempas badai.Brruk...!Tubuh sexy yang sekal itu membentur pohon dan jatuh terpuruk sambil menahan rasa sakit."Tulangku terasa ngilu semua. Tendangannya mengandung hawa pembeku darah!" pikir si gadis sambil kerahkan hawa murninya"Ajalmu telah tiba sekarang juga, Bunga! Heeaaah...!"Srett...!Badak Gemulai mencabut golok besarnya. Ia menerjang si gadis dengan mengibaskan goloknya dari atas ke samping bawah. Sasarannya adalah merobek
Darah merah kehitam-hitaman mengalir dari dada Malaikat Bisu. Wajah tua tersebut mulai tampak pucat. Racun di ujung pedang telah menyebar ke seluruh tubuh dengan cepatnya. Malaikat Bisu berusaha keraskan semua urat untuk keluarkan tenaga intinya. Tenaga Inti itu disalurkan ke tongkat, sehingga ujung tongkatnya mempunyai kekuatan dahsyat untuk menghantam atau menyodok lawan dari jarak jauh. Tapi sayangnya sebelum hal itu dilakukan, Bunga Taring Liar sudah jauh lebih dulu menghujamkan pedangnya ke ulu hati Malaikat Bisu.Jrrubb...!"Bhheeerrg...! Bunga Taring Liar menggerang dengan mata mendelik liar, tampak ganas dan lebih buas dari Malaikat Bisu. Pedang yang menancap di ulu hati itu sampai tembus ke belakang, membuat Malaikat Bisu tak bisa memekik kecuali hanya membuka mulutnya dengan mata mendelik. Saat Malaikat Bisu meregang dengan sekarat, tiba-tiba Baraka mendapat serangan dari belakang berupa sinar hijau bening yang bergerak lurus.Slappp...! Dess...!