Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 34. Ilmu Angin Es dan Api

Share

34. Ilmu Angin Es dan Api

last update Last Updated: 2024-05-01 01:03:51

Singgg...!

Senjata lawan menderu ke arah Pendekar Kera Sakti. Sesaat lagi, pasti batok kepalanya akan remuk dihantam rantai berduri milik lawan. Dalam keadaan kritis, pemuda itu mencabut Suling Krishna dari ikat pinggangnya. Kemudian ditebaskannya suling itu ke atas dengan mengerahkan sisa tenaga dalamnya yang dilapisi Tenaga Angin Es dan Api.

“Heaaa...!”

Trang!

Percikan bunga api keluar ketika dua senjata itu beradu. Pendekar Kera Sakti terpental, jatuh terduduk dengan darah meleleh dari sela-sela bibirnya. Sedangkan mata Kelangit Sepuh melotot tegang ke arahnya. Dari mulutnya keluar kata terputus-putus.

"Kau.... Kau Pendekar Kera Sakti... Ka..." Belum usai ucapannya, tubuh Kelangit Sepuh telah terjungkal setelah mengeluarkan darah kehitaman. Sesaat dia mengerang, kemudian mati dengan tubuh biru.

Nyi Bangil terlonjak ke belakang dengan mata melotot tegang. Tatapannya ngeri, menyaksikan betapa dahsyatnya tenaga dalam pem

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   35. Jurus Kera Sakti

    Gerakannya kelihatan lamban dan lemah gemulai, membuat Wasesa menganggap enteng. Wasesa segera menyabetkan harpa di tangannya ke arah lawan. Dia menyangka gerakan Pendekar Kera Sakti yang lamban dan lemah itu tak akan mampu mengelakkan sabetan harpanya. Tapi betapa terkejut hatinya ketika menyaksikan apa yang terjadi. Menurut dugaannya tak akan mampu mengelakkan serangannya, ternyata justru sebaliknya. Meski gerakan pemuda itu kelihatan lamban dan lemah, namun justru dengan mudahnya mengelak. Hanya dengan menggeser kaki ke samping dan melenturkan tubuh dengan membungkuk dan mendongak, semua serangan lawan dapat dielakkannya. Bahkan kini tepukan pemuda itu mengejutkan Wasesa. Plak! Hampir saja Wasesa dapat ditepuk oleh tangan pemuda itu, kalau tubuhnya tidak segera melompat ke belakang. Tidak alang kepalang kagetnya Wasesa ketika tiba-tiba tangan pemuda yang seperti menari itu telah dekat ke arahnya. Padahal dia telah menguras ilmu meringankan tubuh, n

    Last Updated : 2024-05-01
  • Pendekar Kera Sakti   36. Telaga Bidadari

    “Heaaa...!”Dua senjata di tangan mereka, dan pukulan sakti di tangan kiri masing-masing siap beradu. Dan....Trak!“Hiaaat..!”Trak! Desss!'Pukulan Pasir Baja' yang dilontarkan Wasesa tersapu oleh 'Ilmu Angin Es dan Api' yang dilontarkan Pendekar Kera Sakti. Tubuh Wasesa bahkan turut terpental dan melayang bagai tanpa bobot, diikuti pekikan menyayat.Sementara harpa yang menjadi senjata andalannya nampak hancur berantakan, tak mampu menandingi Suling Krishna. Saat tubuh Wasesa melayang, dengan cepat Nyi Bangil segera berlari menyongsongnya. Pedang di tangan wanita cantik itu berkelebat cepat"Hiyaaa..."Desss!"Aaa..."Lengkingan kematian terdengar, bersamaan dengan ambruknya tubuh Wasesa tanpa nyawa. Tubuhnya hancur terbabat pedang Nyi Bangil yang kini justru menangisi kematiannya. Kematian orang yang dicintai, sekaligus dibencinya.Pendekar Kera Sakti tertegun sesaat men

    Last Updated : 2024-05-02
  • Pendekar Kera Sakti   37. Pertemuan lagi dengan Kemuning

    "Pak Tua...," sapa si pemuda. "Saya hendak bertanya, apakah Telaga ini bernama Telaga Bidadari?" Kakaroto tak langsung menjawab. Ditatapnya sosok si pemuda dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Melihat kegagahan dan ketampanan pemuda itu, Kakaroto berpikir, "Anak angkatku juga punya kesempurnaan wajah dan tubuh. Hmmm.... Alangkah senangnya aku andai pemuda ini bersedia kujadikan mantu." Berpikir demikian, untuk beberapa saat si kakek lupa pada masalah pelik yang harus segera diselesaikannya. "Eh, Pak Tua," tegur si pemuda yang melihat Kakaroto terlongong bengong. "Eh ya, ya.... Ada apa, Anak Muda?" kesiap Kakaroto. Si pemuda tersenyum. Sementara, Kakaroto menatapnya dengan kening berkerut. Namun, di balik tatapan Kakaroto yang penuh tanda tanya itu, tersimpan kekaguman yang mencetuskan sebuah harapan. "Inikah yang disebut Telaga Bidadari, Pak Tua?" pemuda berpakaian hitam-hitam bertanya lagi. "Ya," jawab Kakaroto. "Agaknya, kau datang dari j

    Last Updated : 2024-05-02
  • Pendekar Kera Sakti   38. Menyamar

    Mendapat teguran itu, Kemuning cemberut. Lalu dengan sikap yang amat manja dan terkesan malu-malu, dia melangkah mendekati Baraka. Namun, diam-diam gadis berparas elok rupawan itu mengirim bisikan kepada Baraka dengan mempergunakan ilmu mengirim suara dari jarak jauh.“Baraka! Aku sedang melakukan penyamaran. Kuharap kau mau membantuku."Mendengar bisikan itu, Baraka terkesiap. Tapi, sebagai seorang pemuda yang pernah digembleng oleh Eyang Jaya Dwipa yang berkepandaian tinggi, Baraka segera tahu kalau bisikan yang didengarnya itu adalah suara Kemuning. Maka, walau dia belum tahu apa maksud Kemuning sebenarnya, bergegas dia menyambut jabatan tangan si gadis."Nah! Nah, begitu!" seru Kakaroto melihat Baraka dan Kemuning telah berjabat tangan. "Untuk selanjutnya, kau harus dapat melayani Baraka dengan baik, Kemuning. Kau harus dapat menyediakan semua keperluan Baraka. Karena, mulai saat ini dia telah menjadi anggota keluarga kita.""Ya. Ya...," sambut

    Last Updated : 2024-05-02
  • Pendekar Kera Sakti   39. Kau harus membantuku

    "Tentu saja aku bukan anak nelayan tua itu! Dia dan istrinya sudah begitu uzur. Bagaimana mungkin mereka punya anak seusia ku! Usiaku baru tujuh belas tahun! Kau harus tahu itu!""Eh! Kalau begitu, kenapa Kakaroto dan istrinya menyebut mu sebagai putri mereka. Apakah kau putri angkat mereka?""Hmmm.... Rupanya, otakmu bisa juga digunakan untuk berpikir. Mulai hari ini, kau harus membantuku, Baraka. Harus!""Kalau aku tak mau?" goda Baraka."Karena kau sudah mengetahui penyamaranku, terpaksa aku akan membunuhmu!" ancam Kemuning penuh kesungguhan seraya mencekal gagang pedang yang terselip di punggungnya."Eh! Tunggu dulu!" cegah Baraka. "Aku tadi cuma bercanda. Tapi..., kalau kau memang ingin membunuhku, mampukah kau melakukannya?"Kemuning melepas cekalannya pada gagang pedang. Selama ini Kemuning memang sudah pernah mendengar tentang nama besar Baraka sebagai Pendekar Kera Sakti, Kemuning merasa tak mampu menandingi kehebatannya."Ka

    Last Updated : 2024-05-02
  • Pendekar Kera Sakti   40. Maaf, aku khilaf

    Tanpa sadar, Kemuning memeluk tubuh Baraka."Kemuning... Kemuning...!" sebut Baraka, kaget melihat perubahan sikap si gadis."Kau tampan dan sangat gagah, Baraka..." desis Kemuning. "Aku... aku ingin kau memeluk ku, Baraka...." Dia tengadahkan wajahnya, mengharap ciuman si pemuda.... Aliran darah Baraka berdesir makin kuat. Keinginan yang sudah dia coba untuk ditahan malah semakin menguasai jalan pikirannya. Degup jantung Baraka mengencang. Dengus nafasnya memburu. Perlahan dia angkat kedua tangannya, lalu membalas pelukan Kemuning.... Baraka mencium kening Kemuning. Dan, Kemuning pun menerimanya dengan penuh perasaan. Matanya terpejam rapat. Bibirnya yang merah merekah tampak bergetar...."Kau cantik sekali, Kemuning...," ujar Baraka seraya mempererat pelukannya. Terbawa hasrat hatinya yang semakin menghentak-hentak, Baraka mencium bibir Kemuning. Sementara, Kemuning menikmati benar ciuman itu. Dia pun balas mencium. Hingga, kedua anak manusia itu saling pagut.

    Last Updated : 2024-05-03
  • Pendekar Kera Sakti   41. Aku memang bodoh

    Dan, apa yang terjadi di tanah berumput tebal tadi sudah cukup menjadi pelajaran bagi Kemuning. Dia tak ingin hal itu terulang lagi. Namun, dia tak pernah bisa mengerti, bagaimana dia bisa begitu terlena dalam dekapan Baraka. Bahkan, dia merasakan desakan nafsu birahi yang amat kuat. Apakah Baraka begitu menarik bagi dirinya. Kemuning tak pernah berpikir seperti itu sedikit pun. Walau belum lama berkenalan, Kemuning bisa menilai bila Baraka adalah pemuda jujur dan baik. Baraka tak mungkin berbuat jahat kepadanya. Tapi, bagaimana perbuatan tak senonoh itu hampir terjadi. Kemuning menggeleng-gelengkan kepalanya.Untuk sementara waktu, dia tak mau memikirkan peristiwa itu lagi. Dia ingin menangkap salah seorang anggota komplotan Dewa-Dewi. Dan, dengan bantuan Baraka, Kemuning yakin akan bisa mewujudkan keinginannya itu. Bila ada salah seorang anggota komplotan Dewa-Dewi yang tertangkap, orang itu bisa dipaksa untuk membongkar rahasia komplotannya."Kurasa, hari telah lewa

    Last Updated : 2024-05-03
  • Pendekar Kera Sakti   42. Itulah orang yang kita kejar

    Dari jarak sekitar dua puluh tombak, Kemuning menajamkan pandangan. Setelah mengetahui sosok tubuh yang ditunjukkan oleh Baraka, Kemuning langsung berkata, "Itulah orang yang kita kejar. Kita bersembunyi dulu. Dia harus ditangkap basah!"Kemuning meloncat di sisi bangunan besar yang tak lain dari sebuah toko, tanpa pikir panjang, Baraka langsung mengikuti.Sementara, malam semakin larut. Dingin yang menusuk tulang membuat sepi semakin berkuasa."Orang itu terus merayap di deretan kamar di tingkat tiga," ujar Baraka, terus memperhatikan tingkah laku kakek berikat kepala batik. "Hmmm... Dia membuat lubang di daun jendela dengan ujung jari telunjuk. Dia mengintip.,.. Apakah dia hendak mencuri. Atau...?""Diamlah!" sergap Kemuning. "Kita pasti akan tahu apa yang akan diperbuatnya nanti."Mendengar teguran itu, kontan Baraka mengunci mulut rapat-rapat. Namun matanya tak henti mengawasi segala gerak-gerik kakek berikat kepala batik. Kebetulan, toko yang

    Last Updated : 2024-05-03

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

  • Pendekar Kera Sakti   1026. Petilasan Teratai Dewa

    SEPERTI apa yang dikatakan Ki Sonokeling, di pelataran Petilasan Teratai Dewa terdapat tiga mayat. Tentu saja mayat itu adalah mayat si Cakar Macan, Julung Boyo dan Tapak Getih. Tetapi dua remaja yang dikatakan Ki Sonokeling itu tidak ada.Nyai Cungkil Nyawa mencari-cari kedua muda-mudi itu ke beberapa tempat sambil menggerutu, "Jangan-jangan mereka sedang mesra-mesraan di sini! Kugepruk habis kalau ketemu! Tempat suci kok mau dipakai remas-remasan!"Dalam keremangan cahaya langit yang sudah menjadi cerah dengan rembulan kece mengintip sangat sedikit, Nyai Cungkil Nyawa menyusuri tempat-lempat yang paling tidak memungkinkan dijamah manusia. Tetapi tetap saja dua remaja yang dikatakan Ki Sonokeling itu tidak ia temukan.Akhirnya Nyai Cungkil Nyawa kembali ke reruntuhan bagian depan. Mayat-mayat itu diseretnya satu persatu untuk dibuang ke jurang yang jaraknya tak seberapa jauh dari petilasan itu. Sambil menyeret mayat-mayat itu Nyai Cungkil Nyawa menggerutu,

  • Pendekar Kera Sakti   1025. Part 20

    Pendekar Kera Sakti manggut-manggut, lalu ia merenung panjang ketika matahari makin surut dan petang pun tiba. Nenek bergusik itu keluar sebentar dari gubuk. Ketika ia kembali lagi sudah membawa sebongkah batu satu genggaman tangan. Batu itu cekung di permukaannya, lalu diberinya kain sedikit dari sobekan ikat pinggangnya sendiri, dan dengan satu kali tunjuk jari, terpeciklah api yang segera menyambar kain bagaikan sumbu lentera itu, lalu menyala kain tersebut menjadi sebuah pelita yang cukup ajaib. Bisa menyala sampai beberapa saat lamanya, bahkan sampai besok pagi pun bisa, begitu kata si nenek bergusik itu.Rupanya percakapan itu ada yang menyadap dari luar gubuk. Nenek bergusik itu berkata lirih pada Pendekar Kera Sakti."Ada maling!"Baraka berkerut dahi, menelengkan telinganya, mencari dengar suara yang mencurigakan. Nenek itu berkata lagi dengan lirih, "Kau mendengar degub jantungnya?""Tidak.""Bodoh kamu!" ucap nenek itu seenaknya saja. "A

  • Pendekar Kera Sakti   1024. Part 19

    Tawa pun terdengar pelan. Nenek itu bertanya setelah memandang keadaan gubuk tersebut, "Ini rumahmu, Baraka?""Bukan.""Lalu, rumah siapa yang begini bagusnya?" sindir Nyai Cungkil Nyawa.Baraka tersenyum sambil menjawab. "Aku sendiri tidak tahu, Nek. Kutemukan gubuk reot ini dalam keadaan kosong. Kupikir tadi mau hujan, jadi untuk sementara kau kubawa kemari! Kalau kau tak suka tinggal di sini, aku tak keberatan kalau kau mau cari penginapan di desa terdekat sini, Nek.""Aku tidak bilang begitu. Aku cuma tanya saja!" katanya sambil bersungut-sungut, lalu bangkit dengan menggunakan tongkatnya.Rupanya tongkat itu pun tetap tergenggam di tangan saat ia terlempar dan membentur pohon tadi. Dan Baraka pun menyelamatkan nenek itu tanpa sadar kalau sang nenek masih menggenggam tongkatnya."Baraka....""Ada apa?""Aku hanya menggumam sendiri! Aku seperti pernah mendengar nama Baraka!” Nyai Cungkil Nyawa berkerut dahi sambil meng

  • Pendekar Kera Sakti   1023. Part 18

    "Kau pasti lupa padaku, Rangka Cula, karena cukup lama kita tidak bertemu!""Setan Bangkai.""Oh ohh... oho oho ho ho...!" orang itu semakin tertawa. "Ternyata kau masih ingat namaku, Rangka Cula! Ya. Benar. Akulah si Setan Bangkai! Syukurlah kalau kau masih ingat aku. Berarti kau masih ingat dengan istriku yang kau bunuh seenaknya di Rawa Kebo itu, hah! Masih ingat!""Masih!" jawab Rangka Cula dengan tegas."Bagus!" Setan Bangkai segera mencabut goloknya pelan-pelan dan berkata tanpa senyum, juga tanpa tawa."Kalau begitu kau masih ingat, bahwa kau punya hutang nyawa padaku, Rangka Cula!""Ya!""Kalau waktu itu aku terluka oleh ilmumu, tapi sekarang kau tak akan bisa melukaiku lagi! Sudah kusiapkan jurus istimewa untuk memenggal kepalamu, Rangka Cula!""Silahkan!""Tapi terlebih dulu aku ingin kau menjawab pertanyaanku!""Katakan.""Mana si raksasa yang bergelar Dewa Murka itu! Mana Logayo!""Sudah

  • Pendekar Kera Sakti   1022. Part 17

    Tepat mengenai mulut Rangka Cula, sehingga Rangka Cula terpental ke belakang dan terhuyung-huyung nyaris jatuh. Ada antara lima tindak ia tersentak ke belakang, setelah itu kembali berdiri tegak walau ia merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam hidungnya. Sesuatu itu tak lain adalah darah. Pukulan nenek tua itu jelas dibarengi dengan tenaga dalam. Jika tidak, tak mungkin bisa membuat hidung Rangka Cula mengucurkan darah.Rangka Cula diam saja memandangi Nyai Cungkil Nyawa. Mata nenek itu mulanya berseri-seri karena bisa membuat hidung Rangka Cula berdarah. Tapi mata itu jadi menyipit heran begitu melihat darah yang mengalir dari hidung itu tiba-tiba meresap hilang, seperti masuk ke dalam pori-pori kulit. Dan wajah Rangka Cula menjadi bersih tanpa setitik noda merah pun. Bahkan tangannya yang tadi dipakai mengusap darah itu juga kering tanpa bekas darah setetes pun."Semakin sakti saja kau rupanya!" gumam Nyai Cungkil Nyawa dengan pelan, seakan bicara pada dirinya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status