Share

170. Part 2

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-14 01:01:45

Begitu mendengar kata 'racun', Baraka teringat akan Suling Krishna-nya yang mempunyai khasiat memusnahkan segala jenis racun. Dengan hati berdebar tak karuan, Pendekar Kera Sakti menotok beberapa jalan darah di tubuh Ksatria Seribu Syair untuk menghentikan pendarahan pada luka lelaki setengah baya itu. Sesudahnya, Pendekar Kera Sakti mencabut jarum-jarum yang masih menancap di tubuh si lelaki setengah baya seraya menempelkan batang Suling Krishna di bekas luka tusukan jarum-jarum itu.

Di lain kejap, wajah Darma Pasulangit tidak seberapa pucat lagi. Seluruh racun yang bersarang di tubuhnya telah terhisap oleh batang Suling Krishna. Ketika Baraka hendak membalut luka di dada dan pinggangnya dengan menyobek kain sabuk pinggangnya sendiri, cepat bekas putra mahkota itu mencegah....

"Tak perlu, Baraka. Aku tahu rompi dan sabukmu bukanlah pakaian sembarangan...,"

Sebelum Pendekar Kera Sakti menyahuti, Darma Pasulangit telah merobek-robek bajunya sendiri. Lalu, dia mem

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   171. Part 3

    Namun, tidak seperti orang yang sedang bersemadi pada umumnya, pemuda bercelana panjang warna merah itu melakukan semadi di atas rimbunan daun pohon! Beberapa ranting kecil yang menopang tubuhnya tak melengkung ataupun patah. Agaknya, si pemuda memiliki ilmu peringan tubuh yang cukup bisa diandalkan.Dia adalah Bancakluka, putra Kepala Suku Asantar yang lebih dikenal dengan sebutan Baulau. Sebagai putra Baulau Asantar, Bancakluka mempunyai hak untuk menggantikan kedudukan ayahnya yang bernama Bancakdulina. Dan menurut rencana yang telah disepakati Bancakdulina dengan seluruh warga suku, Bancakluka akan menggantikan kedudukan baulau pada malam bulan purnama depan, mengingat Bancakdulina sendiri sudah lanjut usia. Tapi sebelum dilakukan upacara adat penyerahan kedudukan kepala suku itu, Bancakluka wajib memperlihatkan kemampuan ilmu bela dirinya di hadapan seluruh warga Suku Asantar. Apabila Bancakluka dianggap kurang cakap, maka kedudukan baulau akan digantikan warga Suku Asan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Pendekar Kera Sakti   172. Part 4

    "Huing...! Huing...!"Anjing berbulu hitam mendengking. Lidahnya terjulur makin panjang. Terus mengendus dan menjilati wajah si kakek yang tak lain dari tuannya. Kakek itu tengah tergolek lemah seperti sudah tak punya nyawa. Dia mengenakan baju kuning keemasan. Bercelana longgar warna hijau daun. Rambutnya putih meletak. Namun demikian, tubuhnya masih tampak sehat dan tegap. Dia adalah Bancakdulina, baulau atau kepala Suku Asantar."Huing...! Huing...!"Mendengking lagi anjing berbulu hitam. Karena Bancakdulina tak segera bangun, anjing gemuk dan bertenaga kuat itu menggigit kain baju si kakek. Lalu, dia bergerak mundur, hingga terseretlah tubuh Bancakdulina.Bruk...!"Uh...!"Tak ayal lagi, tubuh Bancakdulina jatuh dari pembaringan. Mengeluh kesakitan dia karena tulang bahunya membentur lantai papan yang cukup keras. Mata si kakek memicing sebentar, tapi dia segera terlelap kembali. Sepertinya, kepala suku itu terserang rasa kantuk yang ama

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Pendekar Kera Sakti   173. Part 5

    Muncul tiupan angin puting beliung lagi. Namun, kali ini tiupan angin itu lebih kuat dari angin ciptaan Bancakluka. Akibatnya, dua putaran angin puting beliung yang mempunyai kekuatan sama dahsyat berbenturan.Blammm...!Terdengar ledakan keras menggelegar. Tubuh Bancakluka jatuh bergulingan di tanah. Walau begitu, nyawanya malah selamat karena tubuh si pemuda tak jadi terbawa putaran angin puting beliung ciptaan Sasak Padempuan.Suasana jadi sunyi senyap.Tak ada lagi suara gemuruh. Putaran angin puting beliung lenyap. Beberapa batang pohon tumbang. Sebagian telah terlontar entah ke mana. Permukaan tanah yang semula. rata terlihat jadi banyak kubangan. Berseru girang Bancakluka melihat kedatangan seorang kakek berambut putih meletak bersama seekor anjing berbulu hitam."Sangkuk...!" ucap Bancakluka, menyebut panggilan seorang ayah."Ya, Anakku. Memang aku yang datang. Syukurlah kau selamat!" sahut kakek berambut putih meletak yang tak lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Pendekar Kera Sakti   174. Part 6

    "Aku Sasak Padempuan. Adalah keturunan Umpak Padempuan. Para dewa di jagat raya memperdengarkan keinginanku. 'Sihir Peruntuh Gunung' akan menunjukkan kehebatannya. Pecahkan kotak kayu di hadapanku! Hom asantarnas... "Tapi... sebelum Sasak Padempuan menyelesaikan kata-kata kunci ilmu sihirnya, mendadak sesosok bayangan hitam menerkam tubuhnya dari belakang"Hhauuung...!""Aargh...!"Memekik kaget Sasak Padempuan. Tubuhnya jatuh bergulingan di tanah berdebu. Yang menerkamnya ternyata seekor anjing berbulu hitam pekat. Jana!Untung, anjing itu cuma bermaksud menjatuhkan Sasak Padempuan. Dia tidak bermaksud menggigit ataupun mencakar tubuh si pemuda. Namun demikian, terkaman anjing itu telah menggagalkan niat si pemuda yang hendak mengeluarkan ilmu 'Sihir Peruntuh Gunung'."Keparat kau, Anjing Buduk!"Setelah mengumpat, Sasak Padempuan tak mempedulikan lagi sosok Jana yang berdiri dengan mata bersinar garang. Si pemuda memutar pandangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Pendekar Kera Sakti   175. Part 7

    Tubuh Sasak Padempuan langsung jatuh bergulingan di tanah karena serudukan kepala Jana tepat menerpa punggungnya."Anjing buduk keparat!" geram Sasak Padempuan dengan sorot mata berkilat, langsung meloncat bangkit."Haung...!"Jana balas menatap. Sorot matanya tak kalah berkilat. Melihat dua orang tuannya tergeletak tanpa daya, amarah anjing bertubuh besar itu memuncak. Setelah meraung panjang, dia menyeringai dingin memperlihatkan taring-taringnya yang runcing bak mata panah. Sekali lagi, dia menerjang ganas. Kali ini kedua cakarnya bergerak cepat untuk merobek-robek tubuh Sasak Padempuan!"Haung...!""Jahanam! Mati saja kau!" seru Sasak Padempuan seraya mengegos tubuhnya ke kiri. Terkaman Jana tak mengenai sasaran. Saat tubuh anjing berbulu hitam pekat itu masih melayang di udara, mendadak Sasak Padempuan meloncat. Telapak tangan si pemuda berkelebat luar biasa cepat, memperdengarkan suara berkesiur keras.Lalu.... Prak...!"Huiing,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Pendekar Kera Sakti   176. Part 8

    "Untuk apa aku pergi? Aku mau menolong orang, tahu!" sahut Baraka tak kalah garang, namun lagaknya malah terlihat seperti orang berotak amat bebal."Jahanam! Tak mau diberi hati, kau memang lebih baik mati!"Melihat Sasak Padempuan hendak menerjang, Bancakluka yang tergeletak di belakang Baraka berteriak, "Bawalah benda itu pergi! Cepat!"Tanpa menoleh, Baraka menjawab. "Tenang-tenang sajalah. Apa kau tidak ingin melihat seorang pencuri dihajar?"Mendesah panjang Bancakluka mendengar ucapan Pendekar Kera Sakti yang tampak begitu yakin akan kemampuannya. Karena khawatir Sasak Padempuan dapat merebut Kitab Palanumsas yang tersimpan di dalam kotak kayu berukir, putra kepala Suku Asantar itu berteriak lagi."Jangan bodoh! Di daerah ini, ilmu sihir Suku Asantar adalah yang terhebat! Kau akan mati konyol bila berhadapan dengan pemuda itu! Lekaslah pergi! Kebodohanmu bukan hanya merugikan dirimu sendiri. Benda pusaka Suku Asantar akan hilang dicuri orang!

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Pendekar Kera Sakti   177. Part 9

    "Api datang! Panas membakar! Tak ada yang sanggup menahannya! Juga, pemuda tolol dihadapanku ini! Hom asantarnas paranas... ramsas...!" seru Sasak Padempuan dengan kedua tangan terjulur lurus ke depan.Si pemuda lugu Baraka masih terus cengar-cengir. Dia tidak melihat adanya aliran tenaga dalam di pergelangan tangan Sasak Padempuan. Hingga, dia bisa bersikap tenang. Tapi setelah melihat ujung jemari tangan Sasak Padempuan mengeluarkan lidah-lidah api, barulah Baraka menyadari akan adanya bahaya.Wesss...!"Astaga! Aku harus melawannya dengan 'Pukulan Inti Dingin'!" cetus Baraka di balik keterkejutannya.Tanpa pikir panjang, Pemuda dari Lembah Kera itu memindahkan Suling Krishna ke tangan kiri. Sementara, tangan kanannya langsung dialiri kekuatan tenaga dalam. Hingga di lain kejap, pergelangan tangan Baraka berubah warna menjadi putih berkilat!"'Pukulan inti Dingin'...!" seru Baraka seraya menghentakkan telapak tangan kanannya. Melesat gumpalan sal

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Pendekar Kera Sakti   178. Part 10

    Bertolak belakang dengan Sasak Padempuan. Menggeram marah dia. Sambarannya hanya mengenai angin kosong. Karena kelebatan tubuhnya diliputi hawa amarah, membuat pemuda itu kurang hati-hati. Hingga, si pemuda tak dapat lagi mengendalikan gerak tubuhnya. Dan, jatuhlah dia terguling-guling!Sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya segera menyembur dari mulut Sasak Padempuan. Namun dengan tenang, Bancakdulina menyahuti...."Sasak Padempuan..., tak perlu kau teruskan niatmu yang ingin memiliki Kitab Palanumsas. Mengingat kau keturunan Umpak Padempuan, bolehlah kau kuberi ampunan atas kesalahanmu ini. Pergilah! Jangan sekali-sekali menginjakkan kaki di Perkampungan Suku Asantar!""Sangkuk...," sergah Bancakluka. "Dia tak boleh pergi begitu saja. Lihat itu!"Bancakdulina mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjukkan Bancakluka. Kontan bola mata kakek yang wajahnya telah dipenuhi kerutan itu melotot besar. Dia melihat anjing piaraannya, Jana, telah mati denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1257. Part 24

    Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p

  • Pendekar Kera Sakti   1256. Part 23

    Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status