Share

172. Part 4

last update Last Updated: 2024-06-14 01:03:04

"Huing...! Huing...!"

Anjing berbulu hitam mendengking. Lidahnya terjulur makin panjang. Terus mengendus dan menjilati wajah si kakek yang tak lain dari tuannya. Kakek itu tengah tergolek lemah seperti sudah tak punya nyawa. Dia mengenakan baju kuning keemasan. Bercelana longgar warna hijau daun. Rambutnya putih meletak. Namun demikian, tubuhnya masih tampak sehat dan tegap. Dia adalah Bancakdulina, baulau atau kepala Suku Asantar.

"Huing...! Huing...!"

Mendengking lagi anjing berbulu hitam. Karena Bancakdulina tak segera bangun, anjing gemuk dan bertenaga kuat itu menggigit kain baju si kakek. Lalu, dia bergerak mundur, hingga terseretlah tubuh Bancakdulina.

Bruk...!

"Uh...!"

Tak ayal lagi, tubuh Bancakdulina jatuh dari pembaringan. Mengeluh kesakitan dia karena tulang bahunya membentur lantai papan yang cukup keras. Mata si kakek memicing sebentar, tapi dia segera terlelap kembali. Sepertinya, kepala suku itu terserang rasa kantuk yang ama

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   173. Part 5

    Muncul tiupan angin puting beliung lagi. Namun, kali ini tiupan angin itu lebih kuat dari angin ciptaan Bancakluka. Akibatnya, dua putaran angin puting beliung yang mempunyai kekuatan sama dahsyat berbenturan.Blammm...!Terdengar ledakan keras menggelegar. Tubuh Bancakluka jatuh bergulingan di tanah. Walau begitu, nyawanya malah selamat karena tubuh si pemuda tak jadi terbawa putaran angin puting beliung ciptaan Sasak Padempuan.Suasana jadi sunyi senyap.Tak ada lagi suara gemuruh. Putaran angin puting beliung lenyap. Beberapa batang pohon tumbang. Sebagian telah terlontar entah ke mana. Permukaan tanah yang semula. rata terlihat jadi banyak kubangan. Berseru girang Bancakluka melihat kedatangan seorang kakek berambut putih meletak bersama seekor anjing berbulu hitam."Sangkuk...!" ucap Bancakluka, menyebut panggilan seorang ayah."Ya, Anakku. Memang aku yang datang. Syukurlah kau selamat!" sahut kakek berambut putih meletak yang tak lain

    Last Updated : 2024-06-15
  • Pendekar Kera Sakti   174. Part 6

    "Aku Sasak Padempuan. Adalah keturunan Umpak Padempuan. Para dewa di jagat raya memperdengarkan keinginanku. 'Sihir Peruntuh Gunung' akan menunjukkan kehebatannya. Pecahkan kotak kayu di hadapanku! Hom asantarnas... "Tapi... sebelum Sasak Padempuan menyelesaikan kata-kata kunci ilmu sihirnya, mendadak sesosok bayangan hitam menerkam tubuhnya dari belakang"Hhauuung...!""Aargh...!"Memekik kaget Sasak Padempuan. Tubuhnya jatuh bergulingan di tanah berdebu. Yang menerkamnya ternyata seekor anjing berbulu hitam pekat. Jana!Untung, anjing itu cuma bermaksud menjatuhkan Sasak Padempuan. Dia tidak bermaksud menggigit ataupun mencakar tubuh si pemuda. Namun demikian, terkaman anjing itu telah menggagalkan niat si pemuda yang hendak mengeluarkan ilmu 'Sihir Peruntuh Gunung'."Keparat kau, Anjing Buduk!"Setelah mengumpat, Sasak Padempuan tak mempedulikan lagi sosok Jana yang berdiri dengan mata bersinar garang. Si pemuda memutar pandangan

    Last Updated : 2024-06-15
  • Pendekar Kera Sakti   175. Part 7

    Tubuh Sasak Padempuan langsung jatuh bergulingan di tanah karena serudukan kepala Jana tepat menerpa punggungnya."Anjing buduk keparat!" geram Sasak Padempuan dengan sorot mata berkilat, langsung meloncat bangkit."Haung...!"Jana balas menatap. Sorot matanya tak kalah berkilat. Melihat dua orang tuannya tergeletak tanpa daya, amarah anjing bertubuh besar itu memuncak. Setelah meraung panjang, dia menyeringai dingin memperlihatkan taring-taringnya yang runcing bak mata panah. Sekali lagi, dia menerjang ganas. Kali ini kedua cakarnya bergerak cepat untuk merobek-robek tubuh Sasak Padempuan!"Haung...!""Jahanam! Mati saja kau!" seru Sasak Padempuan seraya mengegos tubuhnya ke kiri. Terkaman Jana tak mengenai sasaran. Saat tubuh anjing berbulu hitam pekat itu masih melayang di udara, mendadak Sasak Padempuan meloncat. Telapak tangan si pemuda berkelebat luar biasa cepat, memperdengarkan suara berkesiur keras.Lalu.... Prak...!"Huiing,

    Last Updated : 2024-06-15
  • Pendekar Kera Sakti   176. Part 8

    "Untuk apa aku pergi? Aku mau menolong orang, tahu!" sahut Baraka tak kalah garang, namun lagaknya malah terlihat seperti orang berotak amat bebal."Jahanam! Tak mau diberi hati, kau memang lebih baik mati!"Melihat Sasak Padempuan hendak menerjang, Bancakluka yang tergeletak di belakang Baraka berteriak, "Bawalah benda itu pergi! Cepat!"Tanpa menoleh, Baraka menjawab. "Tenang-tenang sajalah. Apa kau tidak ingin melihat seorang pencuri dihajar?"Mendesah panjang Bancakluka mendengar ucapan Pendekar Kera Sakti yang tampak begitu yakin akan kemampuannya. Karena khawatir Sasak Padempuan dapat merebut Kitab Palanumsas yang tersimpan di dalam kotak kayu berukir, putra kepala Suku Asantar itu berteriak lagi."Jangan bodoh! Di daerah ini, ilmu sihir Suku Asantar adalah yang terhebat! Kau akan mati konyol bila berhadapan dengan pemuda itu! Lekaslah pergi! Kebodohanmu bukan hanya merugikan dirimu sendiri. Benda pusaka Suku Asantar akan hilang dicuri orang!

    Last Updated : 2024-06-16
  • Pendekar Kera Sakti   177. Part 9

    "Api datang! Panas membakar! Tak ada yang sanggup menahannya! Juga, pemuda tolol dihadapanku ini! Hom asantarnas paranas... ramsas...!" seru Sasak Padempuan dengan kedua tangan terjulur lurus ke depan.Si pemuda lugu Baraka masih terus cengar-cengir. Dia tidak melihat adanya aliran tenaga dalam di pergelangan tangan Sasak Padempuan. Hingga, dia bisa bersikap tenang. Tapi setelah melihat ujung jemari tangan Sasak Padempuan mengeluarkan lidah-lidah api, barulah Baraka menyadari akan adanya bahaya.Wesss...!"Astaga! Aku harus melawannya dengan 'Pukulan Inti Dingin'!" cetus Baraka di balik keterkejutannya.Tanpa pikir panjang, Pemuda dari Lembah Kera itu memindahkan Suling Krishna ke tangan kiri. Sementara, tangan kanannya langsung dialiri kekuatan tenaga dalam. Hingga di lain kejap, pergelangan tangan Baraka berubah warna menjadi putih berkilat!"'Pukulan inti Dingin'...!" seru Baraka seraya menghentakkan telapak tangan kanannya. Melesat gumpalan sal

    Last Updated : 2024-06-16
  • Pendekar Kera Sakti   178. Part 10

    Bertolak belakang dengan Sasak Padempuan. Menggeram marah dia. Sambarannya hanya mengenai angin kosong. Karena kelebatan tubuhnya diliputi hawa amarah, membuat pemuda itu kurang hati-hati. Hingga, si pemuda tak dapat lagi mengendalikan gerak tubuhnya. Dan, jatuhlah dia terguling-guling!Sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya segera menyembur dari mulut Sasak Padempuan. Namun dengan tenang, Bancakdulina menyahuti...."Sasak Padempuan..., tak perlu kau teruskan niatmu yang ingin memiliki Kitab Palanumsas. Mengingat kau keturunan Umpak Padempuan, bolehlah kau kuberi ampunan atas kesalahanmu ini. Pergilah! Jangan sekali-sekali menginjakkan kaki di Perkampungan Suku Asantar!""Sangkuk...," sergah Bancakluka. "Dia tak boleh pergi begitu saja. Lihat itu!"Bancakdulina mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjukkan Bancakluka. Kontan bola mata kakek yang wajahnya telah dipenuhi kerutan itu melotot besar. Dia melihat anjing piaraannya, Jana, telah mati denga

    Last Updated : 2024-06-16
  • Pendekar Kera Sakti   179. Part 11

    "Di mana pemuda itu?" sahut Bancakdulina, menanyakan Pendekar Kera Sakti.Dengan napas yang masih megap-megap, Bancakluka mengedarkan pandangan. Demikian pula dengan Bancakdulina. Ketika melihat tubuh Pendekar Kera Sakti yang terbaring tak bergerak di tanah, seperti diberi aba-aba Bancakluka dan ayahnya merangkak menghampiri bersamaan."Pendekar Kera Sakti! Pendekar Kera Sakti!" teriak khawatir Bancakluka"Uh! Siapa memanggilku?" sahut Baraka seraya bangkit duduk."Kau... kau tidak apa-apa, Anak Muda?" tanya Bancakdulina."Tidak apa-apa bagaimana? Napas ku hampir putus.... Untung, aku tidak mati..."Wajah Baraka menegang kaku seperti menyimpan kejengkelan di hati. Namun mendadak, dia tertawa terkekeh-kekeh."He he he.... Lihat itu! Lihat itu! Pemuda itu jadi patung salju! He he he...."Bancakluka dan ayahnya langsung mengarahkan pandangan ke arah tudingan Baraka. Mereka melihat tubuh Sasak Padempuan yang masih berdiri tegak ter

    Last Updated : 2024-06-17
  • Pendekar Kera Sakti   180. Ratu Sihir Tercantik

    DI SEBUAH kamar berdinding papan berlabur warna kuning gading, Baraka duduk terpekur di hadapan jendela. Matanya tak berkedip menatap tangkai-tangkai daun pohon pisang yang bergerak melambai tertiup angin. Pemuda dari Lembah Kera itu duduk di kursi rotan.Kedua tangannya menimang dua benda mustika. Suling Krishna dan cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa'. Tanpa mengalihkan pandangan dari tangkai-tangkai daun pohon pisang, Baraka meletakkan Suling Krishna ke meja yang terletak di sisi kanan jendela. Sejenak, ia menimang lagi cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa'. Cermin ajaib milik Ratu Perut Bumi itu hanya selebar telapak tangan. Berbentuk persegi empat. Keempat sisinya berukir indah seperti ukiran cermin putri istana."'Terawang Tempat Lewati Masa'...," gumam Baraka. "Untung, cermin ajaib milik Ratu Perut Bumi ini tidak hilang ketika aku jatuh tercebur ke Sungai Simandau. Untung sekali. Ya! Aku memang masih memiliki peruntungan bagus...."Pemuda lugu itu tampak m

    Last Updated : 2024-06-17

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status