Share

162. Bagian 12

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-11 01:02:53

Sekitar dua ratus anggota partai yang berjalan di belakang, tak tahu sama sekali apa maksud Aji Pamenak mengajak mereka berkumpul di kaki Bukit Pralambang. Di sepanjang perjalanan, hati mereka senantiasa tergeluti berbagai tanda tanya. Tapi, mereka tak berani kasak-kusuk. Wibawa Aji Pamenak memang mampu menciutkan nyali para pemuda anggota partai yang dipimpinnya.

Di tempat lain, pada waktu yang hampir bersamaan, tiga kelompok barisan pemuda juga tampak bergerak menuju ke kaki Bukit Pralambang sebelah timur. Masing-masing barisan itu berseragam putih-hijau, putih-merah, dan putih-hitam. Tiga umbul-umbul dibawa salah seorang dari mereka, yang menunggang kuda. Umbul-umbul itu semuanya bergambar naga tersulam dari benang emas. Hanya saja, kain umbul-umbul berbeda warna, yaitu hijau, merah, dan hitam. Barisan pemuda yang juga bersenjata lengkap itu adalah para anggota Partai Naga Barat, Partai Naga Selatan, dan Partai Naga Utara. Aji Baguskara, Aji Kembarapati, dan Aji Rangsang y

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   163. Bagian 13

    "Ha ha ha...! Bagaimana, Anak Muda? Masihkah kau hendak melawanku?" ejek Setan Selaksa Wajah.Pemuda berpakaian putih-kuning tak menjawab. Geram kemarahan keluar dari mulutnya. Dia alirkan seluruh kekuatan tenaga dalam ke tangan kanan. Kemudian, golok yang tinggal setengah bagian disambitkan!Zing...!Potongan golok itu meluncur cepat, mengeluarkan suara bergemuruh keras. Namun, Setan Selaksa Wajah tak beranjak sedikit pun. Sambil tertawa bergelak-gelak, dia gerakkan Pedang Naga Kresna beberapa kali....Crash! Crash!Luar biasa. Bilah golok yang tinggal setengah bagian tampak tercacah-cacah menjadi kepingan kecil, yang segera jatuh menebar di permukaan tanah!"Ha ha ha...!" tawa pongah Setan Selaksa Wajah. "Segeralah kembali ke barisanmu, Anak Muda. Dan, ikuti perintah ketuamu!""Huh! Kalau aku kembali ke barisanku, sama halnya dengan aku menuruti keinginan busukmu!" geram pemuda berpakaian putih-kuning, menghalau rasa gentar di hatin

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Pendekar Kera Sakti   164. Bagian 14

    "Apa yang terjadi?""Oh! Di mana aku?""Astaga! Untuk apa anak buahku berada di sini semua?""Ya, Tuhan. Tiga saudaraku berada di tempat ini. Untuk apa? Apa yang telah terjadi?"Begitulah kata-kata yang keluar dari mulut Aji Pamenak dan tiga ketua Partai Naga lainnya. Mereka mengeluh dan mendesah seakan baru tersadar dari mimpi buruk. Mengetahui empat ketua Partai Naga telah terbebas dari pengaruh kekuatan gaib Pedang Naga Kresna, semakin memuncak amarah Setan Selaksa Wajah. Sembari memekik nyaring, dia hentakkan telapak tangan kanannya ke depan. Selarik sinar biru berkeredapan tiba-tiba melesat ganas ke arah Ksatria Topeng Putih!Wusss...!Ringan saja Ksatria Topeng Putih melentingkan tubuhnya ke samping kiri. Selarik sinar biru yang melesat dari telapak tangan Setan Selaksa Wajah terus meluncur, dan menerpa bilah Pedang Naga Kresna!Slash...!Tak dapat digambarkan lagi betapa terkejutnya Ksatria Topeng Putih. Selarik sinar bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Pendekar Kera Sakti   165. Bagian 15

    Usai berkata, Setan Selaksa Wajah menerjang. Kedua tangannya yang berwarna biru berkelebat cepat. Satu mengarah ke dada, satunya lagi mengarah ke kepala!"Hiahhh...!"Pukulan Setan Selaksa Wajah kurang dua tombak untuk mengenai sasaran, tapi Ksatria Topeng Putih merasakan tubuhnya bagai digodok di tungku pembakaran. Maka, cepat dia kerahkan tenaga dalam untuk membentengi tubuhnya. Lalu, bergegas dia meloncat jauh ke samping kanan, sehingga kedua pukulan beruntun Setan Selaksa Wajah hanya mengenai angin kosong. Namun, mendelik mata Ksatria Topeng Putih ketika melihat tubuh Setan Selaksa Wajah terus meluncur. Si kakek bermaksud menyambar bilah Pedang Naga Kresna yang masih menancap di tebing cadas!"Orang buta pun tak akan terperosok di lubang yang sama!" seru Ksatria Topeng Putih.Cepat sekali lelaki berpakaian putih-putih itu menyambitkan dua kelereng baja. Disertai suara bersiut keras, dua senjata rahasia berwarna putih itu melesat sebat, melebihi luncur

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Pendekar Kera Sakti   166. Bagian 16

    "Jangan salah mengerti, Mahisa Lodra...," sahut Ksatria Topeng Putih, tanpa menampakkan wujudnya."Aku bukan sedang main kucing-kucingan. Bukankah kau ingin mengetahui seberapa tinggi ilmu kesaktianku? Kini tibalah saatnya kau membuka mata lebar-lebar...."Mendengus gusar Setan Selaksa Wajah. Telinga si kakek yang tajam mendengar suara berkesiur menuju ke arahnya. Walau suara itu tanpa wujud, si kakek tahu bila ada bahaya yang tengah mengancamnya."Keparat!"Setan Selaksa Wajah menggeram marah seraya membuang tubuhnya jauh-jauh ke samping kiri. Sebuah tendangan tak kasat mata berhasil dielakkan.Tapi.... Duk...!"Uh...!"Tak dapat lagi Setan Selaksa Wajah berkelit saat siku kanannya menjadi sasaran pukulan. Mulut si kakek pun tak kuasa lagi menahan keluhan.Pukulan yang dilancarkan Ksatria Topeng Putih yang masih menerapkan ilmu 'Sihir Penutup Raga' itu cukup keras. Membuat tulang lengan Setan Selaksa Wajah terasa remuk dan lum

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Pendekar Kera Sakti   167. Bagian 17

    Setan Selaksa Wajah yang berada dalam keadaan tak menguntungkan, masih bisa menunjukkan sifat sombong dan congkak. Setelah menarik napas panjang untuk menghalau rasa sesak di dadanya, si kakek tertawa bergelak-gelak. Tak peduli pada keadaan dirinya yang benar-benar sudah tidak menguntungkan lagi."Ha ha ha...! Sama seperti aku, kau juga punya dua telinga, Lelaki Keparat! Tapi, kenapa kau tak dapat mendengar kata-kataku? Sudah dua kali kubilang, aku bukan anak kecil yang masih perlu dituntun dan diarahkan! Kalau ingin berkotbah, kau bukan berada di hadapan orang yang tepat! Aku tahu diriku sendiri. Aku tahu jalan pikiranku sendiri. Aku pun tahu apa yang harus kukerjakan!"Di ujung kalimatnya, mendadak Setan Selaksa Wajah meloncat sebat. Kedua tangannya yang dilambari ilmu pukulan 'Pelebur Sukma' bergerak cepat untuk menjatuhkan pukulan!"Dasar kepala batu!" seru Ksatria Topeng Putih seraya berkelit.Pertempuran seru berlangsung kembali. Namun, kali ini Ksa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Pendekar Kera Sakti   168. Bagian 18

    "Ya, Tuhan...," sebut Ksatria Topeng Putih lagi."Kau... kau sungguh amat licik, Mahisa Lodra....""Ha ha ha...!" tertawa bergelak Setan Selaksa Wajah sambil menimang bilah Pedang Naga Kresna yang telah berlumuran darah. "Untuk mewujudkan cita-cita, apa pun cara harus dilakukan. Seorang penguasa yang tampak arif bijaksana pun jangan dikira tak pernah berlaku licik. Apalagi, aku! Ha ha ha...! Seribu kelicikan, sejuta tipu muslihat pasti kugunakan kalau memang dengan cara itu aku akan dapat mewujudkan cita-cita! Ha ha ha...!"Seperti seorang anak yang baru mendapat mainan idamannya, Setan Selaksa Wajah tertawa gembira melihat Ksatria Topeng Putih jatuh terduduk tanpa daya. Si kakek yang telah hilang sifat kemanusiaannya mengangkat bilah Pedang Naga Kresna tinggi-tinggi, siap memenggal maupun membelah kepala Ksatria Topeng Putih!"Kematian akan terlihat sangat indah bila kau mengikhlaskan nyawamu..." ujar si kakek. "Dengan tubuh terluka parah seperti itu, ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Pendekar Kera Sakti   169. Puri Dewa Langit

    SENJA tegak menantang untuk segera menyambut kehadiran sang dewi malam. Hanya desau angin yang bersedia menemani sepi di Lembah Kebencian. Namun, keheningan di alam sekitar, berlainan benar dengan isi hati Pendekar Kera Sakti yang tengah bergolak dan bergemuruh...."Terima kasih atas segala kebaikan yang pernah kau berikan, walau sebenarnya aku tak tahu ada maksud apa di balik kebaikanmu itu...," ujar si pemuda dengan suara dalam."Ada beberapa pertanyaan yang harus kau jawab dengan jujur, Paman. Pertama, benarkah kau pamanku?"Ksatria Topeng Putih terdiam, tak dapat segera menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan rebah miring, dia mencoba menatap wajah Baraka. Lalu sambil menahan rasa sakit yang amat menyiksa, perlahan tangan kanannya bergerak. Topeng baja putih ditanggalkannya. Sehingga, tampaklah seraut wajah halus tampan dengan sinar mata lembut, menatap ke arah Baraka penuh rasa haru...."Kau... kau...," desis Pendekar Kera Sakti, tak jelas apa makna u

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Pendekar Kera Sakti   170. Part 2

    Begitu mendengar kata 'racun', Baraka teringat akan Suling Krishna-nya yang mempunyai khasiat memusnahkan segala jenis racun. Dengan hati berdebar tak karuan, Pendekar Kera Sakti menotok beberapa jalan darah di tubuh Ksatria Seribu Syair untuk menghentikan pendarahan pada luka lelaki setengah baya itu. Sesudahnya, Pendekar Kera Sakti mencabut jarum-jarum yang masih menancap di tubuh si lelaki setengah baya seraya menempelkan batang Suling Krishna di bekas luka tusukan jarum-jarum itu.Di lain kejap, wajah Darma Pasulangit tidak seberapa pucat lagi. Seluruh racun yang bersarang di tubuhnya telah terhisap oleh batang Suling Krishna. Ketika Baraka hendak membalut luka di dada dan pinggangnya dengan menyobek kain sabuk pinggangnya sendiri, cepat bekas putra mahkota itu mencegah...."Tak perlu, Baraka. Aku tahu rompi dan sabukmu bukanlah pakaian sembarangan...,"Sebelum Pendekar Kera Sakti menyahuti, Darma Pasulangit telah merobek-robek bajunya sendiri. Lalu, dia mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1156. Part 12

    Bukit itu tidak terlalu tinggi. Tanamannya tidak begitu rimbun. Bagian puncak bukit termasuk datar dan mempunyai tempat yang enak untuk sebuah pertarungan. Rimbunan semaknya tumbuh secara berkelompokkelompok. Dan di salah satu rimbunan semak berdaun lebar itulah Baraka bersembunyi mengintai sebuah pertarungan. Ternyata pertarungan itu adalah pertarungan yang tidak disangka-sangka oleh Baraka. Bukan pertarungan Raja Hantu Malam melawan Dampu Sabang, melainkan pertarungan antara Sumbaruni dengan orang berkerudung kain hitam dan membawa senjata tombak El Maut yang ujungnya mirip sabit.Orang itu adalah tokoh sesat yang diburu-buru oleh Pendekar Kera Sakti selama ini. Dia tak lain adalah Siluman Selaksa Nyawa, yang mempunyai wajah pucat dan dingin.Tentu saja Pendekar Kera Sakti terkejut sekali melihat tokoh sesat itu muncul di bukit tersebut dan lakukan pertarungan dengan Sumbaruni. Apa persoalan mereka, Baraka tidak tahu secara pasti. Tetapi sebagai orang yang sudah bebe

  • Pendekar Kera Sakti   1155. Part 11

    "Jadi... selama ini kaulah yang memberi kabar tentang pemuda-pemuda yang akan diculiknya?""Ya. Karena itu syarat untuk menjadi muridnya.""Kau salah, Sundari. Kau tidak boleh membantu pihak yang sesat seperti Nyai Sedah itu.""Tapi aku ingin memiliki ilmu seperti yang dimilikinya!""Ada jalan lain, tanpa harus membantunya melakukan kejahatan."Sundari kian menangis di sela malam bercahaya rembulan. Baraka mencoba memahami jalan pikiran lugu gadis desa itu. Akhirnya ia bertanya, "Lalu mengapa kau tadi mau dibunuhnya?""Sejak kemarin ia mencarimu, tapi aku tak mau kasih tahu di mana dirimu! Aku takut kau dijadikan korban seperti pemuda lainnya. Lalu, malam ini ia mendesakku lagi, tapi tidak percaya kalau kukatakan bahwa kau ke puncak. Rupanya dia bermaksud serahkan dirimu kepada suaminya, yang juga sebagai gurunya, ia merelakan diperistri oleh suaminya itu hanya untuk dapatkan ilmu-ilmu sakti seperti yang dimilikinya sekarang ini. Tapi menuru

  • Pendekar Kera Sakti   1154. Part 10

    "Dia ke puncak! Carilah di puncak sana!" jawab Sundari dengan rasa marah yang tak mampu dilampiaskan. Tangisnya kian terdengar jelas dari tempat Baraka bersembunyi di atas pohon."Tidak mungkin, Sundari! Aku bukan orang bodoh yang bisa kau bohongi! Kau ingin menjebakku di puncak sana, bukan!""Ttt... tidak!""Kau bohong! Aku jadi muak padamu!"Sreeet...!Orang berkerudung hitam itu mencabut pisau sepanjang dua jengkal dari balik baju hitamnya. Pisau itu hendak ditikamkan ke dada Sundari. Tapi Baraka segera lepaskan pukulan 'Jari Guntur'-nya lewat sentilan tangan.Taaas...!Tenaga dalam yang dilepaskan lewat sentilan tangannya itu tepat kenai pelipis orang berpakaian hitam.Dees...!Orang itu pun tersentak dan terpelanting ke samping bagaikan terkena tendangan kuda binal. Ia berguling-guling tiga kali, lalu cepat ambil sikap berdiri lagi.Wuuut...! Jleeg...!Baraka turun dari atas pohon langsung berhadapan d

  • Pendekar Kera Sakti   1153. Part 9

    Dengan gemuruh kemarahan mulai membakar darah dan menyesakkan dada, Pendekar Kera Sakti segera jejakkan kaki ke tanah dan melesat pergi menuju puncak Gunung Keong Langit itu. ia harus bisa mencapai pondok Raja Hantu Malam sebelum bumi menjadi gelap dan malam pun tiba."Tapi tunggu dulu," katanya sendiri. "Jika benar kata Dul, bahwa pembantaian itu dilakukan pada malam hari, maka ada baiknya aku justru mengintai di dekat pondoknya, apakah ia keluar pada malam hari atau tetap di tempat?"Sampai puncak gunung suasana telah gelap. Hawa dingin begitu mencekam kuat. Namun Baraka berusaha tetap di balik kerimbunan semak, mengawasi pondok Raja Hantu Malam. Berulang kali ia garuk-garuk kepala untuk menghalau hawa dingin yang hadir bersama kabut putih.Untung saja Baraka memiliki Ilmu Angin Es Dan Api ditubuhnya. Seandainya tidak, maka tubuhnya akan berubah menjadi gumpalan salju dan darahnya akan membeku dicekam hawa dingin yang amat tinggi itu. Ilmu Angin Es Dan Api yan

  • Pendekar Kera Sakti   1152. Part 8

    Sukat menimpali kata, "Waktu kami tiba, masih ada yang bertahan hidup dalam luka parah. Dia sempat memberi tahu bahwa musibah ini terjadi dua hari yang lalu. Seseorang telah datang dan mengamuk ganas di sini.""Mana temanmu yang terluka parah itu? Aku ingin menanyainya.""Tidak bisa," jawab Sukat dengan sedih."Hanya menanyakan sesuatu saja.""Tetap tidak bisa.""Kenapa?""Karena dia sudah pergi, nyawanya terbang sebelum siang tiba," jawab Sukat yang berambut cepak dan berwajah cengeng itu. Ia menangis walau tak terdengar suara isakannya."Apakah dia tahu siapa orang yang membantai teman-temanmu ini?"Dul yang menjawab, "Menurut keterangannya, orang itu berjuluk Raja Hantu Malam. Datangnya pada malam hari."Seketika itu alis mata Baraka beradu, dahi berkerut, dan mata menatap tajam, ia sangat terkejut mendengar nama itu disebutkan oleh si Dul. Ia hampir-hampir tidak mempercayainya. Dengan segera napas pun ditarik dan dih

  • Pendekar Kera Sakti   1151. Part 7

    "Siapa namamu, Sobat?" tanya Baraka mengakrabkan diri."Dul," jawabnya singkat tanpa berani memandang."Dul siapa?""Dul ya Dul," jawabnya makin merasa terpojok, ia berhenti menebangi anak bambu dan memasukkan goloknya. Lalu tanpa memandang lagi ia pergi meninggalkan Baraka, ia merasa lebih baik segera tinggalkan tempat itu karena merasa cemas kalau-kalau orang yang tadi dikuntitnya tiba-tiba menyerang ganas.Dalam hatinya mengakui bahwa orang yang dikuntitnya itu ilmunya sangat tinggi, tidak sebanding dengan ilmunya sendiri. Mulanya Dul melangkah pelan-pelan, berlagak santai. Makin lama melirik ke belakang, melihat Baraka masih di tempat memandanginya. Langkahnya sedikit cepat, tapi masih dibuat sesantai mungkin.Lama-lama, wuuut..! ia melarikan diri secepat-cepatnya dan ingin memberitahukan kehadiran Baraka kepada seorang teman.Zlaaap...!Baraka pun cepat tinggalkan tempat, bergerak bagaikan anak panah lepas dari busurnya. Dalam wa

  • Pendekar Kera Sakti   1150. Part 6

    Melihat kenyataan seperti itu, Baraka merasa perlu menemui Ratu Asmaradani dan mengungkapkan isi hatinya. Tapi terlebih dulu ia ingin sempatkan singgah ke Lembah Sunyi untuk temui Resi Wulung Gading, ia ingin perkenalkan diri kepada tokoh sakti yang termasuk keponakan Eyang Nini Galih, yaitu guru dari Dewi Pedang.Menurut penjelasan Raja Hantu Malam, padepokan Resi Wulung Gading terletak di seberang sungai berair kuning, alias sungai belerang. Sungai air kuning itu kini telah ditemukan Pendekar Kera Sakti, tinggal mencari jembatan untuk menyeberangi sungai tersebut dan mencari padepokan itu. Karena jembatan penyeberangan itu tidak ditemukan oleh Pendekar Kera Sakti, maka ia terpaksa memetik beberapa daun yang lebarnya seukuran telapak tangan.Dengan melemparkan daun-daun itu ke permukaan sungai, Baraka melompat dari daun ke daun menggunakan ilmu peringan tubuhnya. Sambil berpijak pada daun yang satu, daun yang lain dilemparkan ke depan dan menjadi pijakan berikutnya. C

  • Pendekar Kera Sakti   1149. Part 5

    Raja Hantu Malam manggut-manggut "Sudah kukatakan, aku tahu silsilah guru-gurumu, sampai pada anak-anak Purbapati dan Nini Galih, guru dari si Setan Bodong dan Dewi Pedang itu. Purbapati dan Nini Galih mempunyai tujuh anak, tapi yang hidup hanya tiga orang, yaitu Durmagati, Begawan Sangga Mega, dan Raja Nujum. Durmagati mempunyai anak Wicara Sanca dan Rawana Baka. Tetapi Rawana Baka menjadi manusia sesat, dan berjuluk Siluman Selaksa Nyawa, ia membunuh kakaknya sendiri, juga ayah ibunya dibunuhnya pula. Rawana Baka terkena kutuk dari kakeknya menjadi orang sesat selama tiga ratus tahun, karena ia memperkosa neneknya sendiri. Sekarang usia Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa baru mencapai dua ratus lima belas tahun, jadi ia masih punya waktu menjadi orang sesat selama delapan puluh lima tahun lagi."Baraka manggut-manggut, membenarkan cerita itu, karena ia pernah mendengar cerita tersebut dari mulut Hantu Laut yang tak sadar akan segala apa yang diucapkannya itu."Ka

  • Pendekar Kera Sakti   1148. Part 4

    "Sekalipun aku sudah menjadi orang baik, tapi julukan itu sepertinya masih melekat pada diriku, sehingga sampai sekarang masih banyak yang memanggilku dengan julukan Raja Hantu Malam. Padahal aku lebih suka jika dipanggil dengan nama Ki Randu Papak saja. Di sini aku mengasingkan diri, sekadar untuk membuat mereka lupa dengan nama Raja Hantu Malam. Ternyata cara itu belum bisa dikatakan berhasil, buktinya kau datang kemari dan mencariku dengan nama Raja Hantu Malam. Mau tak mau aku harus mau menyandang julukan yang sudah tak kusukai itu. Aku sengaja mengasingkan diri di sini untuk menebus tingkah lakuku masa lalu dan menjauhi pertikaian dengan siapa pun. Tapi nyatanya masih ada yang mengusikku, seperti halnya Nini Pancungsari dan yang lainnya.""Aku pernah melihatmu bertarung di seberang Puncak Karang, Ki.""Ya. Beberapa waktu yang lalu aku memang terlibat pertikaian dengan seseorang di sana. Aku mencoba untuk tidak melawan, tapi aku hampir saja mati konyol, sehingga ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status