Share

166. Bagian 16

last update Last Updated: 2024-06-12 01:04:29

"Jangan salah mengerti, Mahisa Lodra...," sahut Ksatria Topeng Putih, tanpa menampakkan wujudnya.

"Aku bukan sedang main kucing-kucingan. Bukankah kau ingin mengetahui seberapa tinggi ilmu kesaktianku? Kini tibalah saatnya kau membuka mata lebar-lebar...."

Mendengus gusar Setan Selaksa Wajah. Telinga si kakek yang tajam mendengar suara berkesiur menuju ke arahnya. Walau suara itu tanpa wujud, si kakek tahu bila ada bahaya yang tengah mengancamnya.

"Keparat!"

Setan Selaksa Wajah menggeram marah seraya membuang tubuhnya jauh-jauh ke samping kiri. Sebuah tendangan tak kasat mata berhasil dielakkan.

Tapi.... Duk...!

"Uh...!"

Tak dapat lagi Setan Selaksa Wajah berkelit saat siku kanannya menjadi sasaran pukulan. Mulut si kakek pun tak kuasa lagi menahan keluhan.

Pukulan yang dilancarkan Ksatria Topeng Putih yang masih menerapkan ilmu 'Sihir Penutup Raga' itu cukup keras. Membuat tulang lengan Setan Selaksa Wajah terasa remuk dan lum

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   167. Bagian 17

    Setan Selaksa Wajah yang berada dalam keadaan tak menguntungkan, masih bisa menunjukkan sifat sombong dan congkak. Setelah menarik napas panjang untuk menghalau rasa sesak di dadanya, si kakek tertawa bergelak-gelak. Tak peduli pada keadaan dirinya yang benar-benar sudah tidak menguntungkan lagi."Ha ha ha...! Sama seperti aku, kau juga punya dua telinga, Lelaki Keparat! Tapi, kenapa kau tak dapat mendengar kata-kataku? Sudah dua kali kubilang, aku bukan anak kecil yang masih perlu dituntun dan diarahkan! Kalau ingin berkotbah, kau bukan berada di hadapan orang yang tepat! Aku tahu diriku sendiri. Aku tahu jalan pikiranku sendiri. Aku pun tahu apa yang harus kukerjakan!"Di ujung kalimatnya, mendadak Setan Selaksa Wajah meloncat sebat. Kedua tangannya yang dilambari ilmu pukulan 'Pelebur Sukma' bergerak cepat untuk menjatuhkan pukulan!"Dasar kepala batu!" seru Ksatria Topeng Putih seraya berkelit.Pertempuran seru berlangsung kembali. Namun, kali ini Ksa

    Last Updated : 2024-06-13
  • Pendekar Kera Sakti   168. Bagian 18

    "Ya, Tuhan...," sebut Ksatria Topeng Putih lagi."Kau... kau sungguh amat licik, Mahisa Lodra....""Ha ha ha...!" tertawa bergelak Setan Selaksa Wajah sambil menimang bilah Pedang Naga Kresna yang telah berlumuran darah. "Untuk mewujudkan cita-cita, apa pun cara harus dilakukan. Seorang penguasa yang tampak arif bijaksana pun jangan dikira tak pernah berlaku licik. Apalagi, aku! Ha ha ha...! Seribu kelicikan, sejuta tipu muslihat pasti kugunakan kalau memang dengan cara itu aku akan dapat mewujudkan cita-cita! Ha ha ha...!"Seperti seorang anak yang baru mendapat mainan idamannya, Setan Selaksa Wajah tertawa gembira melihat Ksatria Topeng Putih jatuh terduduk tanpa daya. Si kakek yang telah hilang sifat kemanusiaannya mengangkat bilah Pedang Naga Kresna tinggi-tinggi, siap memenggal maupun membelah kepala Ksatria Topeng Putih!"Kematian akan terlihat sangat indah bila kau mengikhlaskan nyawamu..." ujar si kakek. "Dengan tubuh terluka parah seperti itu, ak

    Last Updated : 2024-06-13
  • Pendekar Kera Sakti   169. Puri Dewa Langit

    SENJA tegak menantang untuk segera menyambut kehadiran sang dewi malam. Hanya desau angin yang bersedia menemani sepi di Lembah Kebencian. Namun, keheningan di alam sekitar, berlainan benar dengan isi hati Pendekar Kera Sakti yang tengah bergolak dan bergemuruh...."Terima kasih atas segala kebaikan yang pernah kau berikan, walau sebenarnya aku tak tahu ada maksud apa di balik kebaikanmu itu...," ujar si pemuda dengan suara dalam."Ada beberapa pertanyaan yang harus kau jawab dengan jujur, Paman. Pertama, benarkah kau pamanku?"Ksatria Topeng Putih terdiam, tak dapat segera menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan rebah miring, dia mencoba menatap wajah Baraka. Lalu sambil menahan rasa sakit yang amat menyiksa, perlahan tangan kanannya bergerak. Topeng baja putih ditanggalkannya. Sehingga, tampaklah seraut wajah halus tampan dengan sinar mata lembut, menatap ke arah Baraka penuh rasa haru...."Kau... kau...," desis Pendekar Kera Sakti, tak jelas apa makna u

    Last Updated : 2024-06-13
  • Pendekar Kera Sakti   170. Part 2

    Begitu mendengar kata 'racun', Baraka teringat akan Suling Krishna-nya yang mempunyai khasiat memusnahkan segala jenis racun. Dengan hati berdebar tak karuan, Pendekar Kera Sakti menotok beberapa jalan darah di tubuh Ksatria Seribu Syair untuk menghentikan pendarahan pada luka lelaki setengah baya itu. Sesudahnya, Pendekar Kera Sakti mencabut jarum-jarum yang masih menancap di tubuh si lelaki setengah baya seraya menempelkan batang Suling Krishna di bekas luka tusukan jarum-jarum itu.Di lain kejap, wajah Darma Pasulangit tidak seberapa pucat lagi. Seluruh racun yang bersarang di tubuhnya telah terhisap oleh batang Suling Krishna. Ketika Baraka hendak membalut luka di dada dan pinggangnya dengan menyobek kain sabuk pinggangnya sendiri, cepat bekas putra mahkota itu mencegah...."Tak perlu, Baraka. Aku tahu rompi dan sabukmu bukanlah pakaian sembarangan...,"Sebelum Pendekar Kera Sakti menyahuti, Darma Pasulangit telah merobek-robek bajunya sendiri. Lalu, dia mem

    Last Updated : 2024-06-14
  • Pendekar Kera Sakti   171. Part 3

    Namun, tidak seperti orang yang sedang bersemadi pada umumnya, pemuda bercelana panjang warna merah itu melakukan semadi di atas rimbunan daun pohon! Beberapa ranting kecil yang menopang tubuhnya tak melengkung ataupun patah. Agaknya, si pemuda memiliki ilmu peringan tubuh yang cukup bisa diandalkan.Dia adalah Bancakluka, putra Kepala Suku Asantar yang lebih dikenal dengan sebutan Baulau. Sebagai putra Baulau Asantar, Bancakluka mempunyai hak untuk menggantikan kedudukan ayahnya yang bernama Bancakdulina. Dan menurut rencana yang telah disepakati Bancakdulina dengan seluruh warga suku, Bancakluka akan menggantikan kedudukan baulau pada malam bulan purnama depan, mengingat Bancakdulina sendiri sudah lanjut usia. Tapi sebelum dilakukan upacara adat penyerahan kedudukan kepala suku itu, Bancakluka wajib memperlihatkan kemampuan ilmu bela dirinya di hadapan seluruh warga Suku Asantar. Apabila Bancakluka dianggap kurang cakap, maka kedudukan baulau akan digantikan warga Suku Asan

    Last Updated : 2024-06-14
  • Pendekar Kera Sakti   172. Part 4

    "Huing...! Huing...!"Anjing berbulu hitam mendengking. Lidahnya terjulur makin panjang. Terus mengendus dan menjilati wajah si kakek yang tak lain dari tuannya. Kakek itu tengah tergolek lemah seperti sudah tak punya nyawa. Dia mengenakan baju kuning keemasan. Bercelana longgar warna hijau daun. Rambutnya putih meletak. Namun demikian, tubuhnya masih tampak sehat dan tegap. Dia adalah Bancakdulina, baulau atau kepala Suku Asantar."Huing...! Huing...!"Mendengking lagi anjing berbulu hitam. Karena Bancakdulina tak segera bangun, anjing gemuk dan bertenaga kuat itu menggigit kain baju si kakek. Lalu, dia bergerak mundur, hingga terseretlah tubuh Bancakdulina.Bruk...!"Uh...!"Tak ayal lagi, tubuh Bancakdulina jatuh dari pembaringan. Mengeluh kesakitan dia karena tulang bahunya membentur lantai papan yang cukup keras. Mata si kakek memicing sebentar, tapi dia segera terlelap kembali. Sepertinya, kepala suku itu terserang rasa kantuk yang ama

    Last Updated : 2024-06-14
  • Pendekar Kera Sakti   173. Part 5

    Muncul tiupan angin puting beliung lagi. Namun, kali ini tiupan angin itu lebih kuat dari angin ciptaan Bancakluka. Akibatnya, dua putaran angin puting beliung yang mempunyai kekuatan sama dahsyat berbenturan.Blammm...!Terdengar ledakan keras menggelegar. Tubuh Bancakluka jatuh bergulingan di tanah. Walau begitu, nyawanya malah selamat karena tubuh si pemuda tak jadi terbawa putaran angin puting beliung ciptaan Sasak Padempuan.Suasana jadi sunyi senyap.Tak ada lagi suara gemuruh. Putaran angin puting beliung lenyap. Beberapa batang pohon tumbang. Sebagian telah terlontar entah ke mana. Permukaan tanah yang semula. rata terlihat jadi banyak kubangan. Berseru girang Bancakluka melihat kedatangan seorang kakek berambut putih meletak bersama seekor anjing berbulu hitam."Sangkuk...!" ucap Bancakluka, menyebut panggilan seorang ayah."Ya, Anakku. Memang aku yang datang. Syukurlah kau selamat!" sahut kakek berambut putih meletak yang tak lain

    Last Updated : 2024-06-15
  • Pendekar Kera Sakti   174. Part 6

    "Aku Sasak Padempuan. Adalah keturunan Umpak Padempuan. Para dewa di jagat raya memperdengarkan keinginanku. 'Sihir Peruntuh Gunung' akan menunjukkan kehebatannya. Pecahkan kotak kayu di hadapanku! Hom asantarnas... "Tapi... sebelum Sasak Padempuan menyelesaikan kata-kata kunci ilmu sihirnya, mendadak sesosok bayangan hitam menerkam tubuhnya dari belakang"Hhauuung...!""Aargh...!"Memekik kaget Sasak Padempuan. Tubuhnya jatuh bergulingan di tanah berdebu. Yang menerkamnya ternyata seekor anjing berbulu hitam pekat. Jana!Untung, anjing itu cuma bermaksud menjatuhkan Sasak Padempuan. Dia tidak bermaksud menggigit ataupun mencakar tubuh si pemuda. Namun demikian, terkaman anjing itu telah menggagalkan niat si pemuda yang hendak mengeluarkan ilmu 'Sihir Peruntuh Gunung'."Keparat kau, Anjing Buduk!"Setelah mengumpat, Sasak Padempuan tak mempedulikan lagi sosok Jana yang berdiri dengan mata bersinar garang. Si pemuda memutar pandangan

    Last Updated : 2024-06-15

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1257. Part 24

    Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p

  • Pendekar Kera Sakti   1256. Part 23

    Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status