Share

137. Bagian 4

last update Last Updated: 2024-06-03 01:01:44

"Untuk apa bendera itu?" tanya Baraka, kebodoh-bodohan. "Telah kukatakan tadi, Banyak Langkir bisa diserang dengan henda yang berisi kekuatan gaib. Lima beias bendera ini bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan itu!"

Di ujung kalimat Setan Bodong, tangan kanan Pendekar Kera Sakti berkelebat cepat sekali. Tahu-tahu lima belas bendera kuning kecil yang berada dalam cekalan Setan Bodong telah herpindah tangan. Lalu....

Wuuttt....

Pendekar Kera Sakti menyambitkan tiga bendera ke arah Raja Penyasar Sukma. Ujung-ujung bambu yang terlilit kain bendera itu meiesat cepat laksana anak panah lepas dari busur!

Srattt...!

Benar kata Setan.Bodong. Tiga bendera yang disambitkan Pendekar Kera Sakti dapat menembus kekuatan gaib 'Benteng Rajah Abadi'. Namun, karena kebetulan Raja Penyasar Sukma telah menyelesaikan semadinya, kakek berpakaian kuning itu dapat menghindari sambitan bendera, bahkan dua di antaranya dapat ditangkap.

"Keparat!" geram Raja Penyasa

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   138. Bagian 5

    Di lain kejap, sosok Setan Selaksa Wajah berubah menjadi segumpal asap merah yang berkelebat cepat di antara bongkah-bongkah batu besar dan tonjolan akar pepohonan. Tak jarang bayangan kakek berwajah pemuda itu melenting tinggi, melesat cepat di atas dedaunan.Tak seberapa kemudian,"Gua Secawan...," desis Setan Selaksa Wajah seraya menghentikan kelebatan tubuhnya. Kakek bertubuh kekar itu berdiri tegak di puncak Bukit Pralambang. Tatapan matanya tertuju ke bongkah-bongkah batu besar yang tersusun membentuk sebuah cawan raksasa. DI bawah susunan bongkah batu itu terdapat sebuah gua kecil yang disebut sebagai Gua Secawan. Namun, karena jalan masuknya tertutup oleh bongkah batu sebesar kerbau, wujud Gua Secawan jadi tak terlihat dari luar.Perlahan Setan Selaksa Wajah melangkah. Tanpa menemui kesulitan sedikit pun, dia menggeser bongkah batu yang menutupi mulut Gua Secawan. Setelah menatap kedalaman gua beberapa saat, Setan Selaksa Wajah melangkah masuk. Kebetulan

    Last Updated : 2024-06-03
  • Pendekar Kera Sakti   139. Bagian 6

    ‘Tuan Aji Pamenak, Maafkan aku bila kemunculanku membuat Tuan terkejut. Bukan aku tak menaruh rasa hormat kepada Tuan. Aku tidak bisa bertatap muka langsung dengan Tuan. Karena, aku harus segera menyampaikan pesan yang sama dengan isi surat ini kepada ketiga keturunan Pendekar Naga lainnya. Sebagai keturunan Pendekar Naga, Tuan Aji Pamenak tentu tahu kekuatan gaib Pedang Naga Kresna. Maafkan aku, Tuan. Pedang pusaka itu sebenarnya telah kusimpan di puncak Gunung Arjuna yang sangat sulit dijamah oleh manusia. Akan tetapi, meleset dari perhitunganku, sejak dua pekan yang lalu pedang bertuah itu tak berada di tempatnya lagi. Seorang durjana licik berhasil mencurinya. Sampai saat ini, aku belum tahu di mana pedang itu berada. Oleh karena itu, harap Tuan berhati-hati. Seluruh anggota Partai Naga Timur yang Tuan pimpin harus meningkatkan kewaspadaan. Sementara aku berusaha merebut kembali Pusaka Pedang Naga, Tuan Aji Pamenak harap mencari akal untuk membekali diri, agar ta

    Last Updated : 2024-06-03
  • Pendekar Kera Sakti   140. Bagian 7

    "Perempuan. Tubuh bagian atas bayi itu berupa manusia biasa dan berwajah cantik. Tapi, tubuh bagian bawahnya berupa ekor ular yang amat menjijikkan. Lebih aneh lagi, kelahiran bayi manusia setengah uiar itu dibarengi sebuah benda ajaib yang juga keluar dari perut sang ratu siluman. Benda itu berupa sebuah cermin. Dan, ketika sang jabang bayi sudah besar, dia bisa menemui roh ayahnya dengan menggunakan cermin ajaib itu....""Cermin ajaib... cermin ajaib...," desah Pendekar Kera Sakti, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Apa yang kau ceritakan ini benar-benar terjadi atau hanya sekadar dongeng sebeum tidur, Pak Tua?""Dikatakan dongeng juga bisa, karena ceritanya memang hampir tak masuk akal. Tapi, aku percaya bia cerita itu benar-benar nyata. Bukan dongeng!""Hm.... Begitu?" Pendekar Kera Sakti mengangguk-angguk. "Sebuah benda ajaib tentu punya nama. Apa nama cermin ajaib yang lahlr bersama putri Ayu Raseksi itu?""'Terawang Tempat Lewati Masa'...," j

    Last Updated : 2024-06-04
  • Pendekar Kera Sakti   141. Bagian 8

    "Tolol! Kenapa kau menggeliat terus!" bentak Setan Bodong dengan bola mata melotot."Aku geli! Aku geli! Ada sesuatu yang menggelitik pinggangku!" ujar Pendekar Kera Sakti, membuka kelopak mata. Setan Bodong mengerahkan pandangan ke bawah. Ternyata, pusarnya yang berupa gumpalan daging tampak bergerak-gerak terus, menempel di pinggang belakang Pendekar Kera Sakti."Dasar Bodong!" maki Setan Bodong kepada pusarnya sendiri seraya beringsut mundur. Pendekar Kera Sakti bemapas lega karena tak merasa digelitik lagi. Pemuda remaja itu cuma nyengir kuda saat melihat Setan Bodong menuding-nuding gumpaian pusarnya yang terus bergerak-gerak tiada henti....-o0o-Permukaan tanah di bawah pohon Itu tiba-tiba bergetar kencang, menimbulkan suara gemuruh keras. Bongkah-bongkah batu menggelinding jauh, sebagian malah berpentalan ke udara. Gumpalan tanah bercampur kerikil turut berhamburan ke mana-mana. Lalu...Brull ...! Wusss...!Tepat di pus

    Last Updated : 2024-06-04
  • Pendekar Kera Sakti   142. Bagian 9

    "Tidak bisa.""Kenapa?""Kekuatan gaib cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' cuma bisa digunakan oleh satu orang saja. Oleh karena itu, salah seorang dari kalian harus tinggal di tempat ini....""Aku saja yang pergi!" cetus Pendekar Kera Sakti."Kau? Kenapa mestl kau?" seildik Setan Bodong."Tak apa-apa...," sahut Baraka seraya nyengir kuda."Kurasa aku lebih mampu....""Huh! Sombong benar kau! Jangan-jangan kau akan berbuat yang tldak-tidak....""Sudahlah, Pak Tua...," tukas Ratu Perut Bumi. "Kalau Baraka sudah menawarkan diri, lebih baik kau mengalah saja. Tinggalah di tempat ini, atau kau boleh pergi ke mana pun kau suka. Blarkan Baraka yang mengejar Banyak Langkir....""Tapi, Ratu....""Ada apa lagi?""Baraka tidak punya ilmu pelacak jejak. Kalau Banyak Langkir menggunakan ilmu 'Dewa Pelanglang Jagat'nya, orang jahat itu bisa pergi ke mana pun dia mau. Bagaimana Baraka bisa mengejarnya?""Itu muda

    Last Updated : 2024-06-04
  • Pendekar Kera Sakti   143. Bagian 10

    "Kau teiah mempunyai ilmu 'Getaran Raga Pelacak Jejak'. Gunakan ilmu itu terlebih duiu untuk mencari di mana Banyak Langkir berada....""Caranya?" tanya Baraka polos.Tersenyum tipis Ratu Perut Bumi. "Kosongkan pikiranmu, lalu munculkan sosok Banyak Langkir dalam Ingatanmu. Kalau hal itu sudah kau lakukan, di mana Banyak Langkir berada akan dapat kau ketahui....""Ya! Ya, Ratu...."Sambil mencekal erat cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa', Pendekar Kera Sakti memejamkan mata seraya mengosongkan plkiran. Kemudian dia munculkan sosok Banyak Langkir dalam ingatannya, mengikuti petunjuk Ratu Perut Bumi. Sesaat kemudian...."Aku melihatnya! Ya! Aku melihatnyal" seru Pendekar Kera Sakti, matanya tetap terpejam rapat. "Dia berada di lereng sebuah gunung. Cih! itu Gunung Lawu! Aku juga melihat Perguruan Golok Sakti! Berarti... Paman Barata juga ada disana, berarti..., Banyak Langkir berada dl masa sepuluh tahun sebelum ini!""Bukalah matamu

    Last Updated : 2024-06-05
  • Pendekar Kera Sakti   144. Bagian 11

    "Siapa kau, Pak Tua?" uiang pemuda berikat pinggang merah, membentak tagi."Aku tak punya urusan dengan kalian! Kaiian tak perlutahu siapa aku!" sergap Raja Penyasar Sukma, balas membentak."Jangan begltu, Pak Tua...," tegur anak murid Perguruan Golok Sakti lainnya, yang menggunakan ikat pinggang kain hijau. "Kami tidak bermaksud buruk kepadamu. Hanya saja, perlu kau ketahul bahwa sejak tiga bulan yang lalu, ketua perguruan kami, Ki Tunggal Jaladra, telah terbaring di padepokan dalam keadaan sakit Kakak seperguruan kami, Kakang Barata, yang saat ini telah menggantikan tugas-tugas Ki Tunggai memerintahkan kami untuk mencari orang yang dianggap mengganggu ketenangan padepokan....""Hmmm.... Siapa mengganggu! Aku tidak penah berurusan dengan padepokan kalian!" dengus Raja Penyasar Sukma."Mungkin saja Pak Tua tidak merasa mengganggu," sahut pemuda berikat pinggang merah. "Tapi..., menilik dari nada suaramu, aku tahu engkaulah yang sejak tadi malam t

    Last Updated : 2024-06-05
  • Pendekar Kera Sakti   145. Bagian 12

    "Aku.... Ah! Apa perlunya aku memperkenalkan dirl...," tukas Baraka. "Aku sedang mencari seorang kakek berpakaian serba kuning, kulit tubuhnya berwarna kuning pula seperti dilumuri air perasan kunyit. Apakah Tuan Barata melihat orang yang kucarl itu?""Trondol! Ditanya tidak menjawab, malah balik bertanya! Hmmm.... Agaknya, kau teman kakek jahanam itu! Karena dia telah melukai empat saudara seperguruanku, ada baiknya blla kau turut diberi pelajaran!"Usai berkata, Barata memberi Isyarat kepada adik-adik seperguruannya untuk menyerang Baraka. Tentu saja Baraka terkejut. Dia tidak bersalah, kenapa mesti diserang?"Uh! Aku tak punya maksud jahatl Aku hanya mencari seorang kakek berpakaian serba kuning!" seru Baraka sambil berkelit ke sana-sini."Orang yang kau cari pergi ke timur!" sahut salah seorang pengeroyok Baraka. "Kalau ingin mencarinya, terimalah hukumanmu dulu!"Belasan pemuda yang mengeroyok Baraka semakin menyerang ganas. Ketika Barata turu

    Last Updated : 2024-06-05

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status