"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" kejut Pendekar Kera Sakti dengan tatapan nyalang. Meskipun pemuda dari lembah kera itu tak menderita luka dalam, tapi rasa kaget sudah cukup mampu untuk rnembuat dadanya jadi sesak.
"Sudah kubilang, tahan hawa amarahmu dulu!" sahut Setan Bodong. Sewaktu pukulan jarak jauh Pendekar Kera Sakti terpental balik, kakek gendut ini bergerak menghindar cepat sekaii, sehingga tak ada setitik pun salju yang menempel di tubuh ataupun pakaian yang dikenakannya.
"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" seru Pendekar Kera Sakti lagi, seperti telah kehilangan ingatan.
"Kau memang pemuda tolol yang berlagak sok pandai!" sembur Setan Bodong tiba-tiba.
Mendelik mata Pendekar Kera Sakti mendengar cacian kakek gendut itu. Tapi, si pemuda tak berbuat apa-apa. Dia menyadari kebodohannya sendiri.
"Kenapa pukulanku terpentai balik? Begitu saktikah dia hingga bisa menyerang orang tanpa menggerakkan tubuh?" ujar Baraka. Tatapannya beralih
"Untuk apa bendera itu?" tanya Baraka, kebodoh-bodohan. "Telah kukatakan tadi, Banyak Langkir bisa diserang dengan henda yang berisi kekuatan gaib. Lima beias bendera ini bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan itu!"Di ujung kalimat Setan Bodong, tangan kanan Pendekar Kera Sakti berkelebat cepat sekali. Tahu-tahu lima belas bendera kuning kecil yang berada dalam cekalan Setan Bodong telah herpindah tangan. Lalu....Wuuttt....Pendekar Kera Sakti menyambitkan tiga bendera ke arah Raja Penyasar Sukma. Ujung-ujung bambu yang terlilit kain bendera itu meiesat cepat laksana anak panah lepas dari busur!Srattt...!Benar kata Setan.Bodong. Tiga bendera yang disambitkan Pendekar Kera Sakti dapat menembus kekuatan gaib 'Benteng Rajah Abadi'. Namun, karena kebetulan Raja Penyasar Sukma telah menyelesaikan semadinya, kakek berpakaian kuning itu dapat menghindari sambitan bendera, bahkan dua di antaranya dapat ditangkap."Keparat!" geram Raja Penyasa
Di lain kejap, sosok Setan Selaksa Wajah berubah menjadi segumpal asap merah yang berkelebat cepat di antara bongkah-bongkah batu besar dan tonjolan akar pepohonan. Tak jarang bayangan kakek berwajah pemuda itu melenting tinggi, melesat cepat di atas dedaunan.Tak seberapa kemudian,"Gua Secawan...," desis Setan Selaksa Wajah seraya menghentikan kelebatan tubuhnya. Kakek bertubuh kekar itu berdiri tegak di puncak Bukit Pralambang. Tatapan matanya tertuju ke bongkah-bongkah batu besar yang tersusun membentuk sebuah cawan raksasa. DI bawah susunan bongkah batu itu terdapat sebuah gua kecil yang disebut sebagai Gua Secawan. Namun, karena jalan masuknya tertutup oleh bongkah batu sebesar kerbau, wujud Gua Secawan jadi tak terlihat dari luar.Perlahan Setan Selaksa Wajah melangkah. Tanpa menemui kesulitan sedikit pun, dia menggeser bongkah batu yang menutupi mulut Gua Secawan. Setelah menatap kedalaman gua beberapa saat, Setan Selaksa Wajah melangkah masuk. Kebetulan
‘Tuan Aji Pamenak, Maafkan aku bila kemunculanku membuat Tuan terkejut. Bukan aku tak menaruh rasa hormat kepada Tuan. Aku tidak bisa bertatap muka langsung dengan Tuan. Karena, aku harus segera menyampaikan pesan yang sama dengan isi surat ini kepada ketiga keturunan Pendekar Naga lainnya. Sebagai keturunan Pendekar Naga, Tuan Aji Pamenak tentu tahu kekuatan gaib Pedang Naga Kresna. Maafkan aku, Tuan. Pedang pusaka itu sebenarnya telah kusimpan di puncak Gunung Arjuna yang sangat sulit dijamah oleh manusia. Akan tetapi, meleset dari perhitunganku, sejak dua pekan yang lalu pedang bertuah itu tak berada di tempatnya lagi. Seorang durjana licik berhasil mencurinya. Sampai saat ini, aku belum tahu di mana pedang itu berada. Oleh karena itu, harap Tuan berhati-hati. Seluruh anggota Partai Naga Timur yang Tuan pimpin harus meningkatkan kewaspadaan. Sementara aku berusaha merebut kembali Pusaka Pedang Naga, Tuan Aji Pamenak harap mencari akal untuk membekali diri, agar ta
"Perempuan. Tubuh bagian atas bayi itu berupa manusia biasa dan berwajah cantik. Tapi, tubuh bagian bawahnya berupa ekor ular yang amat menjijikkan. Lebih aneh lagi, kelahiran bayi manusia setengah uiar itu dibarengi sebuah benda ajaib yang juga keluar dari perut sang ratu siluman. Benda itu berupa sebuah cermin. Dan, ketika sang jabang bayi sudah besar, dia bisa menemui roh ayahnya dengan menggunakan cermin ajaib itu....""Cermin ajaib... cermin ajaib...," desah Pendekar Kera Sakti, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Apa yang kau ceritakan ini benar-benar terjadi atau hanya sekadar dongeng sebeum tidur, Pak Tua?""Dikatakan dongeng juga bisa, karena ceritanya memang hampir tak masuk akal. Tapi, aku percaya bia cerita itu benar-benar nyata. Bukan dongeng!""Hm.... Begitu?" Pendekar Kera Sakti mengangguk-angguk. "Sebuah benda ajaib tentu punya nama. Apa nama cermin ajaib yang lahlr bersama putri Ayu Raseksi itu?""'Terawang Tempat Lewati Masa'...," j
"Tolol! Kenapa kau menggeliat terus!" bentak Setan Bodong dengan bola mata melotot."Aku geli! Aku geli! Ada sesuatu yang menggelitik pinggangku!" ujar Pendekar Kera Sakti, membuka kelopak mata. Setan Bodong mengerahkan pandangan ke bawah. Ternyata, pusarnya yang berupa gumpalan daging tampak bergerak-gerak terus, menempel di pinggang belakang Pendekar Kera Sakti."Dasar Bodong!" maki Setan Bodong kepada pusarnya sendiri seraya beringsut mundur. Pendekar Kera Sakti bemapas lega karena tak merasa digelitik lagi. Pemuda remaja itu cuma nyengir kuda saat melihat Setan Bodong menuding-nuding gumpaian pusarnya yang terus bergerak-gerak tiada henti....-o0o-Permukaan tanah di bawah pohon Itu tiba-tiba bergetar kencang, menimbulkan suara gemuruh keras. Bongkah-bongkah batu menggelinding jauh, sebagian malah berpentalan ke udara. Gumpalan tanah bercampur kerikil turut berhamburan ke mana-mana. Lalu...Brull ...! Wusss...!Tepat di pus
"Tidak bisa.""Kenapa?""Kekuatan gaib cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' cuma bisa digunakan oleh satu orang saja. Oleh karena itu, salah seorang dari kalian harus tinggal di tempat ini....""Aku saja yang pergi!" cetus Pendekar Kera Sakti."Kau? Kenapa mestl kau?" seildik Setan Bodong."Tak apa-apa...," sahut Baraka seraya nyengir kuda."Kurasa aku lebih mampu....""Huh! Sombong benar kau! Jangan-jangan kau akan berbuat yang tldak-tidak....""Sudahlah, Pak Tua...," tukas Ratu Perut Bumi. "Kalau Baraka sudah menawarkan diri, lebih baik kau mengalah saja. Tinggalah di tempat ini, atau kau boleh pergi ke mana pun kau suka. Blarkan Baraka yang mengejar Banyak Langkir....""Tapi, Ratu....""Ada apa lagi?""Baraka tidak punya ilmu pelacak jejak. Kalau Banyak Langkir menggunakan ilmu 'Dewa Pelanglang Jagat'nya, orang jahat itu bisa pergi ke mana pun dia mau. Bagaimana Baraka bisa mengejarnya?""Itu muda
"Kau teiah mempunyai ilmu 'Getaran Raga Pelacak Jejak'. Gunakan ilmu itu terlebih duiu untuk mencari di mana Banyak Langkir berada....""Caranya?" tanya Baraka polos.Tersenyum tipis Ratu Perut Bumi. "Kosongkan pikiranmu, lalu munculkan sosok Banyak Langkir dalam Ingatanmu. Kalau hal itu sudah kau lakukan, di mana Banyak Langkir berada akan dapat kau ketahui....""Ya! Ya, Ratu...."Sambil mencekal erat cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa', Pendekar Kera Sakti memejamkan mata seraya mengosongkan plkiran. Kemudian dia munculkan sosok Banyak Langkir dalam ingatannya, mengikuti petunjuk Ratu Perut Bumi. Sesaat kemudian...."Aku melihatnya! Ya! Aku melihatnyal" seru Pendekar Kera Sakti, matanya tetap terpejam rapat. "Dia berada di lereng sebuah gunung. Cih! itu Gunung Lawu! Aku juga melihat Perguruan Golok Sakti! Berarti... Paman Barata juga ada disana, berarti..., Banyak Langkir berada dl masa sepuluh tahun sebelum ini!""Bukalah matamu
"Siapa kau, Pak Tua?" uiang pemuda berikat pinggang merah, membentak tagi."Aku tak punya urusan dengan kalian! Kaiian tak perlutahu siapa aku!" sergap Raja Penyasar Sukma, balas membentak."Jangan begltu, Pak Tua...," tegur anak murid Perguruan Golok Sakti lainnya, yang menggunakan ikat pinggang kain hijau. "Kami tidak bermaksud buruk kepadamu. Hanya saja, perlu kau ketahul bahwa sejak tiga bulan yang lalu, ketua perguruan kami, Ki Tunggal Jaladra, telah terbaring di padepokan dalam keadaan sakit Kakak seperguruan kami, Kakang Barata, yang saat ini telah menggantikan tugas-tugas Ki Tunggai memerintahkan kami untuk mencari orang yang dianggap mengganggu ketenangan padepokan....""Hmmm.... Siapa mengganggu! Aku tidak penah berurusan dengan padepokan kalian!" dengus Raja Penyasar Sukma."Mungkin saja Pak Tua tidak merasa mengganggu," sahut pemuda berikat pinggang merah. "Tapi..., menilik dari nada suaramu, aku tahu engkaulah yang sejak tadi malam t