Share

139. Bagian 6

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-03 01:03:42

 ‘Tuan Aji Pamenak, Maafkan aku bila kemunculanku membuat Tuan terkejut. Bukan aku tak menaruh rasa hormat kepada Tuan. Aku tidak bisa bertatap muka langsung dengan Tuan. Karena, aku harus segera menyampaikan pesan yang sama dengan isi surat ini kepada ketiga keturunan Pendekar Naga lainnya. Sebagai keturunan Pendekar Naga, Tuan Aji Pamenak tentu tahu kekuatan gaib Pedang Naga Kresna. Maafkan aku, Tuan. Pedang pusaka itu sebenarnya telah kusimpan di puncak Gunung Arjuna yang sangat sulit dijamah oleh manusia. Akan tetapi, meleset dari perhitunganku, sejak dua pekan yang lalu pedang bertuah itu tak berada di tempatnya lagi. Seorang durjana licik berhasil mencurinya. Sampai saat ini, aku belum tahu di mana pedang itu berada. Oleh karena itu, harap Tuan berhati-hati. Seluruh anggota Partai Naga Timur yang Tuan pimpin harus meningkatkan kewaspadaan. Sementara aku berusaha merebut kembali Pusaka Pedang Naga, Tuan Aji Pamenak harap mencari akal untuk membekali diri, agar ta

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   140. Bagian 7

    "Perempuan. Tubuh bagian atas bayi itu berupa manusia biasa dan berwajah cantik. Tapi, tubuh bagian bawahnya berupa ekor ular yang amat menjijikkan. Lebih aneh lagi, kelahiran bayi manusia setengah uiar itu dibarengi sebuah benda ajaib yang juga keluar dari perut sang ratu siluman. Benda itu berupa sebuah cermin. Dan, ketika sang jabang bayi sudah besar, dia bisa menemui roh ayahnya dengan menggunakan cermin ajaib itu....""Cermin ajaib... cermin ajaib...," desah Pendekar Kera Sakti, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Apa yang kau ceritakan ini benar-benar terjadi atau hanya sekadar dongeng sebeum tidur, Pak Tua?""Dikatakan dongeng juga bisa, karena ceritanya memang hampir tak masuk akal. Tapi, aku percaya bia cerita itu benar-benar nyata. Bukan dongeng!""Hm.... Begitu?" Pendekar Kera Sakti mengangguk-angguk. "Sebuah benda ajaib tentu punya nama. Apa nama cermin ajaib yang lahlr bersama putri Ayu Raseksi itu?""'Terawang Tempat Lewati Masa'...," j

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Pendekar Kera Sakti   141. Bagian 8

    "Tolol! Kenapa kau menggeliat terus!" bentak Setan Bodong dengan bola mata melotot."Aku geli! Aku geli! Ada sesuatu yang menggelitik pinggangku!" ujar Pendekar Kera Sakti, membuka kelopak mata. Setan Bodong mengerahkan pandangan ke bawah. Ternyata, pusarnya yang berupa gumpalan daging tampak bergerak-gerak terus, menempel di pinggang belakang Pendekar Kera Sakti."Dasar Bodong!" maki Setan Bodong kepada pusarnya sendiri seraya beringsut mundur. Pendekar Kera Sakti bemapas lega karena tak merasa digelitik lagi. Pemuda remaja itu cuma nyengir kuda saat melihat Setan Bodong menuding-nuding gumpaian pusarnya yang terus bergerak-gerak tiada henti....-o0o-Permukaan tanah di bawah pohon Itu tiba-tiba bergetar kencang, menimbulkan suara gemuruh keras. Bongkah-bongkah batu menggelinding jauh, sebagian malah berpentalan ke udara. Gumpalan tanah bercampur kerikil turut berhamburan ke mana-mana. Lalu...Brull ...! Wusss...!Tepat di pus

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Pendekar Kera Sakti   142. Bagian 9

    "Tidak bisa.""Kenapa?""Kekuatan gaib cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' cuma bisa digunakan oleh satu orang saja. Oleh karena itu, salah seorang dari kalian harus tinggal di tempat ini....""Aku saja yang pergi!" cetus Pendekar Kera Sakti."Kau? Kenapa mestl kau?" seildik Setan Bodong."Tak apa-apa...," sahut Baraka seraya nyengir kuda."Kurasa aku lebih mampu....""Huh! Sombong benar kau! Jangan-jangan kau akan berbuat yang tldak-tidak....""Sudahlah, Pak Tua...," tukas Ratu Perut Bumi. "Kalau Baraka sudah menawarkan diri, lebih baik kau mengalah saja. Tinggalah di tempat ini, atau kau boleh pergi ke mana pun kau suka. Blarkan Baraka yang mengejar Banyak Langkir....""Tapi, Ratu....""Ada apa lagi?""Baraka tidak punya ilmu pelacak jejak. Kalau Banyak Langkir menggunakan ilmu 'Dewa Pelanglang Jagat'nya, orang jahat itu bisa pergi ke mana pun dia mau. Bagaimana Baraka bisa mengejarnya?""Itu muda

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Pendekar Kera Sakti   143. Bagian 10

    "Kau teiah mempunyai ilmu 'Getaran Raga Pelacak Jejak'. Gunakan ilmu itu terlebih duiu untuk mencari di mana Banyak Langkir berada....""Caranya?" tanya Baraka polos.Tersenyum tipis Ratu Perut Bumi. "Kosongkan pikiranmu, lalu munculkan sosok Banyak Langkir dalam Ingatanmu. Kalau hal itu sudah kau lakukan, di mana Banyak Langkir berada akan dapat kau ketahui....""Ya! Ya, Ratu...."Sambil mencekal erat cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa', Pendekar Kera Sakti memejamkan mata seraya mengosongkan plkiran. Kemudian dia munculkan sosok Banyak Langkir dalam ingatannya, mengikuti petunjuk Ratu Perut Bumi. Sesaat kemudian...."Aku melihatnya! Ya! Aku melihatnyal" seru Pendekar Kera Sakti, matanya tetap terpejam rapat. "Dia berada di lereng sebuah gunung. Cih! itu Gunung Lawu! Aku juga melihat Perguruan Golok Sakti! Berarti... Paman Barata juga ada disana, berarti..., Banyak Langkir berada dl masa sepuluh tahun sebelum ini!""Bukalah matamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Pendekar Kera Sakti   144. Bagian 11

    "Siapa kau, Pak Tua?" uiang pemuda berikat pinggang merah, membentak tagi."Aku tak punya urusan dengan kalian! Kaiian tak perlutahu siapa aku!" sergap Raja Penyasar Sukma, balas membentak."Jangan begltu, Pak Tua...," tegur anak murid Perguruan Golok Sakti lainnya, yang menggunakan ikat pinggang kain hijau. "Kami tidak bermaksud buruk kepadamu. Hanya saja, perlu kau ketahul bahwa sejak tiga bulan yang lalu, ketua perguruan kami, Ki Tunggal Jaladra, telah terbaring di padepokan dalam keadaan sakit Kakak seperguruan kami, Kakang Barata, yang saat ini telah menggantikan tugas-tugas Ki Tunggai memerintahkan kami untuk mencari orang yang dianggap mengganggu ketenangan padepokan....""Hmmm.... Siapa mengganggu! Aku tidak penah berurusan dengan padepokan kalian!" dengus Raja Penyasar Sukma."Mungkin saja Pak Tua tidak merasa mengganggu," sahut pemuda berikat pinggang merah. "Tapi..., menilik dari nada suaramu, aku tahu engkaulah yang sejak tadi malam t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Pendekar Kera Sakti   145. Bagian 12

    "Aku.... Ah! Apa perlunya aku memperkenalkan dirl...," tukas Baraka. "Aku sedang mencari seorang kakek berpakaian serba kuning, kulit tubuhnya berwarna kuning pula seperti dilumuri air perasan kunyit. Apakah Tuan Barata melihat orang yang kucarl itu?""Trondol! Ditanya tidak menjawab, malah balik bertanya! Hmmm.... Agaknya, kau teman kakek jahanam itu! Karena dia telah melukai empat saudara seperguruanku, ada baiknya blla kau turut diberi pelajaran!"Usai berkata, Barata memberi Isyarat kepada adik-adik seperguruannya untuk menyerang Baraka. Tentu saja Baraka terkejut. Dia tidak bersalah, kenapa mesti diserang?"Uh! Aku tak punya maksud jahatl Aku hanya mencari seorang kakek berpakaian serba kuning!" seru Baraka sambil berkelit ke sana-sini."Orang yang kau cari pergi ke timur!" sahut salah seorang pengeroyok Baraka. "Kalau ingin mencarinya, terimalah hukumanmu dulu!"Belasan pemuda yang mengeroyok Baraka semakin menyerang ganas. Ketika Barata turu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Pendekar Kera Sakti   146. Bagian 13

    Sebagai manusia biasa yang juga punya hati dan perasaan, tentu saja Pendekar Kera Sakti tak sampai hati melihat orang jahat meiukai ibunya. Oleh karena itu, Pendekar Kera Sakti hendak meloncat keluar dari tempat persembunyiannya untuk menyelamatkan jiwa ibunya.Namun mendadak, kata-kata Ratu Perut Bumi mengiang di telinganya.... "Sebeium kau gunakan kekuatan gaib cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa', satu pesanku, jangan pernah kau lupakan. Kau jangan mengubah sesuatu yang telah terjadi..."Teringat akan pesan wanita berdarah si uman itu, Pendekar Kera Sakti tak jadi melaksanakan niatnya. Dia Cuma menunduk dengan hati perih teriris-iris...."ibu... Ibu...," desis Pendekar Kera Sakti, berulang kali.Pemuda lugu itu memejamkan kelopak matanya rapat-rapat. Seiain tak kuasa melihat pertempuran yang tengah beriangsung di hadapannya, dia pun berusaha menahan air mata yang hendak tumpah.Dia tak boleh menangis. Kalau sampai menangis, berarti dia tidak tab

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pendekar Kera Sakti   147. Bagian 14

    Namun demikian, tendangan itu sudah cukup mampu untuk membuat tubuh Banyak Langkir mencelat lima tombak ke udara, lalu jatuh berdebam di tanah. Malangnya, kepala Banyak Langkir membentur sebongkah batu kasar. Bukan saja kesadarannya jadi hilang, tapi dahinya juga robek sepanjang jari kelingking....Mendadak Raja Penyasar Sukma menjerit lirih. Kakek berperawakan kekar itu tersurut mundur dengan iangkah terhuyung-huyung. Telapak tangan kanannya menekap dahi. Takkala dibuka, ternyata di dahi si kakek telah terdapat bekas luka sepanjang jari kelingking!"Haram jadah!" geram Raja Penyasar Sukma dengan dengus napas memburu, terbawa desakan hawa amarah. Ditatapnya sosok Banyak Langkir muda yang rebah telentang dalam keadaan tak sadarkan diri. Ditatapnya pula sosok Pendekar Kera Sakti yang tengah membopong Baraka kecil."Setan alas...!" geram Raja Penyasar Sukma lagi."Kubunuh kalian semua! Kubunuh. kalian semua...!" Suara yang keluar dari mulut Raja Penyasar Suk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1153. Part 9

    Dengan gemuruh kemarahan mulai membakar darah dan menyesakkan dada, Pendekar Kera Sakti segera jejakkan kaki ke tanah dan melesat pergi menuju puncak Gunung Keong Langit itu. ia harus bisa mencapai pondok Raja Hantu Malam sebelum bumi menjadi gelap dan malam pun tiba."Tapi tunggu dulu," katanya sendiri. "Jika benar kata Dul, bahwa pembantaian itu dilakukan pada malam hari, maka ada baiknya aku justru mengintai di dekat pondoknya, apakah ia keluar pada malam hari atau tetap di tempat?"Sampai puncak gunung suasana telah gelap. Hawa dingin begitu mencekam kuat. Namun Baraka berusaha tetap di balik kerimbunan semak, mengawasi pondok Raja Hantu Malam. Berulang kali ia garuk-garuk kepala untuk menghalau hawa dingin yang hadir bersama kabut putih.Untung saja Baraka memiliki Ilmu Angin Es Dan Api ditubuhnya. Seandainya tidak, maka tubuhnya akan berubah menjadi gumpalan salju dan darahnya akan membeku dicekam hawa dingin yang amat tinggi itu. Ilmu Angin Es Dan Api yan

  • Pendekar Kera Sakti   1152. Part 8

    Sukat menimpali kata, "Waktu kami tiba, masih ada yang bertahan hidup dalam luka parah. Dia sempat memberi tahu bahwa musibah ini terjadi dua hari yang lalu. Seseorang telah datang dan mengamuk ganas di sini.""Mana temanmu yang terluka parah itu? Aku ingin menanyainya.""Tidak bisa," jawab Sukat dengan sedih."Hanya menanyakan sesuatu saja.""Tetap tidak bisa.""Kenapa?""Karena dia sudah pergi, nyawanya terbang sebelum siang tiba," jawab Sukat yang berambut cepak dan berwajah cengeng itu. Ia menangis walau tak terdengar suara isakannya."Apakah dia tahu siapa orang yang membantai teman-temanmu ini?"Dul yang menjawab, "Menurut keterangannya, orang itu berjuluk Raja Hantu Malam. Datangnya pada malam hari."Seketika itu alis mata Baraka beradu, dahi berkerut, dan mata menatap tajam, ia sangat terkejut mendengar nama itu disebutkan oleh si Dul. Ia hampir-hampir tidak mempercayainya. Dengan segera napas pun ditarik dan dih

  • Pendekar Kera Sakti   1151. Part 7

    "Siapa namamu, Sobat?" tanya Baraka mengakrabkan diri."Dul," jawabnya singkat tanpa berani memandang."Dul siapa?""Dul ya Dul," jawabnya makin merasa terpojok, ia berhenti menebangi anak bambu dan memasukkan goloknya. Lalu tanpa memandang lagi ia pergi meninggalkan Baraka, ia merasa lebih baik segera tinggalkan tempat itu karena merasa cemas kalau-kalau orang yang tadi dikuntitnya tiba-tiba menyerang ganas.Dalam hatinya mengakui bahwa orang yang dikuntitnya itu ilmunya sangat tinggi, tidak sebanding dengan ilmunya sendiri. Mulanya Dul melangkah pelan-pelan, berlagak santai. Makin lama melirik ke belakang, melihat Baraka masih di tempat memandanginya. Langkahnya sedikit cepat, tapi masih dibuat sesantai mungkin.Lama-lama, wuuut..! ia melarikan diri secepat-cepatnya dan ingin memberitahukan kehadiran Baraka kepada seorang teman.Zlaaap...!Baraka pun cepat tinggalkan tempat, bergerak bagaikan anak panah lepas dari busurnya. Dalam wa

  • Pendekar Kera Sakti   1150. Part 6

    Melihat kenyataan seperti itu, Baraka merasa perlu menemui Ratu Asmaradani dan mengungkapkan isi hatinya. Tapi terlebih dulu ia ingin sempatkan singgah ke Lembah Sunyi untuk temui Resi Wulung Gading, ia ingin perkenalkan diri kepada tokoh sakti yang termasuk keponakan Eyang Nini Galih, yaitu guru dari Dewi Pedang.Menurut penjelasan Raja Hantu Malam, padepokan Resi Wulung Gading terletak di seberang sungai berair kuning, alias sungai belerang. Sungai air kuning itu kini telah ditemukan Pendekar Kera Sakti, tinggal mencari jembatan untuk menyeberangi sungai tersebut dan mencari padepokan itu. Karena jembatan penyeberangan itu tidak ditemukan oleh Pendekar Kera Sakti, maka ia terpaksa memetik beberapa daun yang lebarnya seukuran telapak tangan.Dengan melemparkan daun-daun itu ke permukaan sungai, Baraka melompat dari daun ke daun menggunakan ilmu peringan tubuhnya. Sambil berpijak pada daun yang satu, daun yang lain dilemparkan ke depan dan menjadi pijakan berikutnya. C

  • Pendekar Kera Sakti   1149. Part 5

    Raja Hantu Malam manggut-manggut "Sudah kukatakan, aku tahu silsilah guru-gurumu, sampai pada anak-anak Purbapati dan Nini Galih, guru dari si Setan Bodong dan Dewi Pedang itu. Purbapati dan Nini Galih mempunyai tujuh anak, tapi yang hidup hanya tiga orang, yaitu Durmagati, Begawan Sangga Mega, dan Raja Nujum. Durmagati mempunyai anak Wicara Sanca dan Rawana Baka. Tetapi Rawana Baka menjadi manusia sesat, dan berjuluk Siluman Selaksa Nyawa, ia membunuh kakaknya sendiri, juga ayah ibunya dibunuhnya pula. Rawana Baka terkena kutuk dari kakeknya menjadi orang sesat selama tiga ratus tahun, karena ia memperkosa neneknya sendiri. Sekarang usia Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa baru mencapai dua ratus lima belas tahun, jadi ia masih punya waktu menjadi orang sesat selama delapan puluh lima tahun lagi."Baraka manggut-manggut, membenarkan cerita itu, karena ia pernah mendengar cerita tersebut dari mulut Hantu Laut yang tak sadar akan segala apa yang diucapkannya itu."Ka

  • Pendekar Kera Sakti   1148. Part 4

    "Sekalipun aku sudah menjadi orang baik, tapi julukan itu sepertinya masih melekat pada diriku, sehingga sampai sekarang masih banyak yang memanggilku dengan julukan Raja Hantu Malam. Padahal aku lebih suka jika dipanggil dengan nama Ki Randu Papak saja. Di sini aku mengasingkan diri, sekadar untuk membuat mereka lupa dengan nama Raja Hantu Malam. Ternyata cara itu belum bisa dikatakan berhasil, buktinya kau datang kemari dan mencariku dengan nama Raja Hantu Malam. Mau tak mau aku harus mau menyandang julukan yang sudah tak kusukai itu. Aku sengaja mengasingkan diri di sini untuk menebus tingkah lakuku masa lalu dan menjauhi pertikaian dengan siapa pun. Tapi nyatanya masih ada yang mengusikku, seperti halnya Nini Pancungsari dan yang lainnya.""Aku pernah melihatmu bertarung di seberang Puncak Karang, Ki.""Ya. Beberapa waktu yang lalu aku memang terlibat pertikaian dengan seseorang di sana. Aku mencoba untuk tidak melawan, tapi aku hampir saja mati konyol, sehingga ma

  • Pendekar Kera Sakti   1147. Part 3

    "Baik. Sekarang kalian unggul! Tapi ingat, akan kubalas kalian lebih kejam lagi. Dan kau, Manusia Bodoh! Sampai kapan pun masih tetap akan kutuntut nyawamu!"Wuuut...!Nini Pancungsari segera berkelebat pergi. Baraka bergegas mengejar, tapi sang kakek segera berseru, "Tahan...!"Pendekar Kera Sakti hentikan langkah, berpaling memandang sang kakak yang sedang melangkah dekati dirinya. Suaranya terdengar sedikit serak, mungkin karena menahan luka di dalam dadanya."Jangan mengejar orang yang telah mengaku kalah dan menyerah.""Maaf, aku gemas sekali dengannya.""Apakah kau punya urusan dengan Nini Pancungsari?""Tidak, Kek. Tapi... entah mengapa aku gemas sekali dengannya, ia tadi nyaris membunuhmu.""Mengapa kau membelaku, Anak Muda?""Aku mengagumi ilmu kesaktianmu yang tenang sekali itu, Kek," jawab Baraka jujur, tak ada kesan memuji atau menyindir, tapi lebih berkesan polos."Siapa namamu?” tanya kakek itu

  • Pendekar Kera Sakti   1146. Part 2

    Wuuuttt...! Buuuhg...!"Aaahg...!" nenek itu terpekik, terlempar keras dan membentur sebatang pohon besar akibat terkena sodokan Suling Naga Krishnanya Baraka. Jika ia tidak punya ilmu tinggi, maka ia akan mengalami patah tulang di sekujur tubuhnya. Dan Baraka berani lakukan hal itu karena ia hanya ingin menahan serangan sang nenek kepada kakek jubah putih yang sudah tak berdaya itu. Baraka berani lakukan hal itu karena ia tahu sodokan suling mustikanya tidak akan membuat sang nenek menjadi parah. Sodokan suling itu hanya akan membuat tubuh sang nenek menjadi ngilu, mungkin juga memar biru pada bagian yang terkena sodokan."Bocah ingusan!" sentak sang nenek. "Apa maksudmu ikut campur urusanku! Apakah kau ingin mati di tangan Nini Pancungsari, hah!"Baraka tidak pedulikan keadaan sang nenek yang berang itu. Ia segera bergegas untuk menolong kakek berjubah putih yang diam-diam telah dikaguminya sejak pertama dilihat di atas Puncak Karang. Tetapi alangkah kagetnya

  • Pendekar Kera Sakti   1145. RAJA HANTU MALAM

    SUARA ledakan yang disusul dengan rontoknya dedaunan hutan membuat langkah Baraka terhenti di lereng gunung itu. Sebagian daun pohon sempat merontoki kepala Baraka. Sehelai daun diambilnya dari atas kepala, diperhatikan beberapa saat, lalu dahinya pun berkerut tajam."Gila!" gumam Baraka setelah mengetahui daun itu ternyata sudah menjadi debu namun masih membentuk warna dan serat aslinya. Daun itu hanya ditekan dengan dua jari sudah hancur dengan sendirinya."Tenaga dalam siapa yang sehebat ini? Aku yakin tak jauh dari sini ada pertarungan hebat. Hmmm...! Aku mendengar detak jantung di sebelah barat. Aku ingin tahu siapa pemilik ilmu tenaga dalam yang mampu membuat daun-daun berubah menjadi debu!"Ia pun segera melesat ke arah barat. Alangkah terkejutnya Pendekar Kera Sakti ketika mengetahui siapa orang yang bertarung pada saat itu. Seorang kakek berjubah putih, rambut putih, kumis dan jenggotnya putih, bertubuh kurus, mengenakan kalung batu-batuan warna merah k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status