Share

145. Bagian 12

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-05 01:03:28

"Aku.... Ah! Apa perlunya aku memperkenalkan dirl...," tukas Baraka. "Aku sedang mencari seorang kakek berpakaian serba kuning, kulit tubuhnya berwarna kuning pula seperti dilumuri air perasan kunyit. Apakah Tuan Barata melihat orang yang kucarl itu?"

"Trondol! Ditanya tidak menjawab, malah balik bertanya! Hmmm.... Agaknya, kau teman kakek jahanam itu! Karena dia telah melukai empat saudara seperguruanku, ada baiknya blla kau turut diberi pelajaran!"

Usai berkata, Barata memberi Isyarat kepada adik-adik seperguruannya untuk menyerang Baraka. Tentu saja Baraka terkejut. Dia tidak bersalah, kenapa mesti diserang?

"Uh! Aku tak punya maksud jahatl Aku hanya mencari seorang kakek berpakaian serba kuning!" seru Baraka sambil berkelit ke sana-sini.

"Orang yang kau cari pergi ke timur!" sahut salah seorang pengeroyok Baraka. "Kalau ingin mencarinya, terimalah hukumanmu dulu!"

Belasan pemuda yang mengeroyok Baraka semakin menyerang ganas. Ketika Barata turu

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dede Suherman
Gimana ceritanya ini
goodnovel comment avatar
Dede Suherman
Kenapa sekarang bisa bertarung sama banyak langkir lagi
goodnovel comment avatar
Dede Suherman
Yuda dan dewi salindri sudah meninggal waktu baraka masih kecil dbunuh oleh wasesa, trus dewi salindri kenapa menjadi istri ksatria serbu syair
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   146. Bagian 13

    Sebagai manusia biasa yang juga punya hati dan perasaan, tentu saja Pendekar Kera Sakti tak sampai hati melihat orang jahat meiukai ibunya. Oleh karena itu, Pendekar Kera Sakti hendak meloncat keluar dari tempat persembunyiannya untuk menyelamatkan jiwa ibunya.Namun mendadak, kata-kata Ratu Perut Bumi mengiang di telinganya.... "Sebeium kau gunakan kekuatan gaib cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa', satu pesanku, jangan pernah kau lupakan. Kau jangan mengubah sesuatu yang telah terjadi..."Teringat akan pesan wanita berdarah si uman itu, Pendekar Kera Sakti tak jadi melaksanakan niatnya. Dia Cuma menunduk dengan hati perih teriris-iris...."ibu... Ibu...," desis Pendekar Kera Sakti, berulang kali.Pemuda lugu itu memejamkan kelopak matanya rapat-rapat. Seiain tak kuasa melihat pertempuran yang tengah beriangsung di hadapannya, dia pun berusaha menahan air mata yang hendak tumpah.Dia tak boleh menangis. Kalau sampai menangis, berarti dia tidak tab

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pendekar Kera Sakti   147. Bagian 14

    Namun demikian, tendangan itu sudah cukup mampu untuk membuat tubuh Banyak Langkir mencelat lima tombak ke udara, lalu jatuh berdebam di tanah. Malangnya, kepala Banyak Langkir membentur sebongkah batu kasar. Bukan saja kesadarannya jadi hilang, tapi dahinya juga robek sepanjang jari kelingking....Mendadak Raja Penyasar Sukma menjerit lirih. Kakek berperawakan kekar itu tersurut mundur dengan iangkah terhuyung-huyung. Telapak tangan kanannya menekap dahi. Takkala dibuka, ternyata di dahi si kakek telah terdapat bekas luka sepanjang jari kelingking!"Haram jadah!" geram Raja Penyasar Sukma dengan dengus napas memburu, terbawa desakan hawa amarah. Ditatapnya sosok Banyak Langkir muda yang rebah telentang dalam keadaan tak sadarkan diri. Ditatapnya pula sosok Pendekar Kera Sakti yang tengah membopong Baraka kecil."Setan alas...!" geram Raja Penyasar Sukma lagi."Kubunuh kalian semua! Kubunuh. kalian semua...!" Suara yang keluar dari mulut Raja Penyasar Suk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pendekar Kera Sakti   148. Bagian 15

    Mendengar pertanyaan Itu, benak Pendekar Kera Sakti jadi keruh. Di lereng Bukit Takeran beberapa waktu tadi, dia kelepasan bicara dan memperkenalkan diri sebagai Baraka. Haruskah sekarang ini dia memperkenaikan dirinya lagi sebagai Baraka , putra pendekar wanita yang hampir dijemput maut itu? Apakah hal itu tidak akan membuat persoalan jadi lebih rumit?"Aku dan Baraka putraku mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas pertolonganmu, Anak Muda..,,"'ujar Dewi Salindri saat melihat Pendekar Kera Sakti diam termenung. "Namun..., agar dl akhir hayatku, aku tak menjadi penasaran..., jawablah pertanyaanku. Siapakah kau Ini sebenarnya? Dan, kenapa kau selalu menyebutku 'Ibu'?"Melihat tatapan Dewi Salindri yang memohon jawaban tak dapat Pendekar Kera Sakti berdiam diri terlalu lama. Tapi, benak pemuda remaja itu diliputi keraguan bercampur bingung. Jika berterus terang, dia takut dianggap berdusta. Keberadaan Pendekar Kera Sakti di tempat itu memang amat sulit untuk diterima

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pendekar Kera Sakti   149. Bagian 16

    "Dia tidak boleh lolos.... Aku harus mengejarnya...!" tekat Pendekar Kera Sakti, penasaran.Pemuda remaja itu menarik napas panjang berulang kali. Jantungnya yang berdegup amat kencang terasa menyesakkan dada. Sambil tetap duduk mendeprok di tanah, dia pejamkan keiopak mata. Dikeluarkannya ilmu 'Getaran Raga Pelacak Jejak' yang baru didapat dari Setan Bodong. Pemuda dari Lembah Kera itu berusaha mencari jejak Raja Penyasar Sukma.Setelah mengetahui di mana si kakek berada, Pendekar Kera Sakti membuka kelopak matanya kembali, lalu mengeluarkan cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' dari lipatan baju bagian daiam. Dengan menggunakan kekuatan gaib cermirn milik Ratu Perut Bumi itu, Pendekar Kera Sakti hendak menyusul kepergian Raja Penyasar,Sukma. Dan tak lama kemudian, sosok Pendekar Kera Sakti pun lenyap dari pandangan...-o0o-Gedung Partai Naga Timur....Aji Pamenak yang tengah bersemadi di kamar pribadinya terkesiap kaget. Kelopak matanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pendekar Kera Sakti   150. Bagian 17

    Di hadapan kakek yang tampaknya tengah ber semadi itu terdapat sebilah pedang terhunus. Ujung pedang berdiri menancap dl tanah sampai seperempat bagian. Anehnya, pedang berukuran besar dan panjang melebihi ukuran pedang biasa itu bilahnya berlekuk-lekuk seperti keris, dan memancarkan sinar merah berkilat! Pedang itu adalah Pedang Naga Kresna.Sementara, Setan Selaksa Wajah sedang membangkitkan kekuatan gaibnya untuk mempengaruhi jalan pikiran empat keturunan Pendekar Naga!Pendekar Naga adaiah pendiri Partai Naga yang pernah berjaya pada masa pemerintahan Darma Saksana, ayah Darma Sagotra, atau kakek dari Yudha Pasulangit!Hampir seluruh perjalanan hidup Pendekar Naga, disumbangkan untuk satu tujuan, yaitu menegakkan keadilan. Sehingga, nama Pendekar Naga kala itu sangat harum dan termashyur. Rakyat Mahespati mengeluelukannya sebagai seorang pendekar sejati yang sangat ringan tangan dalam membela kaum lemah yang tertindas.Saat usia tua datang menggerogot

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pendekar Kera Sakti   151. Pedang Naga Kresna

    DALAM keadaan terluka parah, Raja Penyasar Sukma kembali ke masa kehidupan yang sebenarnya. Kini, kakek yang telah termakan tipu muslihat Setan Selaksa Wajah itu berjalan tertatih di sebuah dataran berbatu-batu. Cairan darah si kakek teriihat masih mengucur keluar lewat lukaluka di tubuhnya, membuat keadaannya jadi amat lemah.Berkali-kali dia jatuh terduduk. Tulang-belulangnya terasa telah remuk Kulit tubuhnya pun seperti dibeset, hingga mendatangkan rasa perih luar biasa."Aku harus segera bersembunyi! Aku harus menghindari pertemuan dengan bocah gemblung itu!" pikir Raja Penyasar Sukma seraya mempercepat iangkah.Kakek yang sekujur tubuhnya berwarna kuning seperti dilumuri air perasan kunyit itu mencoba berlari cepat dengan mempergunakan ilmu peringan tubuh. Dia hendak mencari tempat persembunyian agar Pendekar Kera Sakti tak dapat menemukannya. Tapi..., karena terlalu banyak mengempos tenaga, cairan darah yang keluar dari luka-lukanya semakin mengucur deras.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pendekar Kera Sakti   152. Bagian 2

    Pendekar Kera Sakti menarik napas panjang untuk menetapkan hati. Melihat Raja Penyasar Sukma melangkah ke arahnya, si pemuda tak menjadi giris ataupun gentar, walau tubuh kakek itu telah berukuran nyaris sebesar gajahlSaat sosok Raja Penyasar Sukma telah berada tiga tombak dari hadapannya, Pendekar Kera Sakti mendahului menyerang. Suling Krishna-nya membabat dan menusuk!Dan..., tampaknya pada saat itu Raja Penyasar Sukma bukanlah iawan yang seimbang bagi Pendekar Kera Sakti. Hanya. dalam beberapa gebrakan, Raja Penyasar Sukma telah dibuat kerepotan. Apalagi setelah Pendekar Kera Sakti mengerahkan Ilmu ‘Angin Es Dan Api’.Tubuh raksasa Raja Penyasar Sukma menjadi bulan-bulanan. Pukulan dan tendangan Pendekar Kera Sakti berkali-kali mendarat telak. Hingga kemudian....Jjrusss...!"Akkhhh...!"Diiringi jerit panjang menyayat hati, tubuh raksasa Raja Penyasar Sukma jatuh berdebam di tanah. Tusukan Suling Krishna tepat bersarang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Pendekar Kera Sakti   153. Bagian 3

    Tubuh lemah Pendekar Kera Sakti yang masih tak sadarkan din tampak terbaring daiam bopongan tangan kekar lelaki itu. Sementara, Setan Selaksa Wajah menatapnya dengan sinar mata berkiiat-kiiat penuh dendam kesumat.Tempo hari, Ksatria Topeng Putih pernah membuat Setan Selaksa Wajah mendapat celaka. Karena ingat perbuatan Ksatria Topeng Putih itulah, Setan Selaksa Wajah jadi tampak sangat bernafsu untuk menjatuhkan tangan maut. Dengan bola mata melotot besar, rahang Setan Selaksa Wajah menggembung. Hingga berbentuk balok persegi. Bahunya naik turun terbawa dengus napasnya yang memburu. Cairan darahnya menggelegak naik sampai ke ubun-ubun. Hingga, pergelangan tangan kanannyn yeng mencekal bilah Pedang Naga Kresna tampak bergetar kencang."Aku tahu kau amat marah. Aku tahu kau sangat bernafsu untuk membunuhku...," ujar Ksatria Topeng Putih, tenang berwibawa. "Tapi..., kau pun harus tahu jika" aku juga merasakan apa yang tengah kau rasakan sekarang ini, Mahisa Lodra, Bukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status