Share

150. Bagian 17

last update Last Updated: 2024-06-07 01:02:59

Di hadapan kakek yang tampaknya tengah ber semadi itu terdapat sebilah pedang terhunus. Ujung pedang berdiri menancap dl tanah sampai seperempat bagian. Anehnya, pedang berukuran besar dan panjang melebihi ukuran pedang biasa itu bilahnya berlekuk-lekuk seperti keris, dan memancarkan sinar merah berkilat! Pedang itu adalah Pedang Naga Kresna.

Sementara, Setan Selaksa Wajah sedang membangkitkan kekuatan gaibnya untuk mempengaruhi jalan pikiran empat keturunan Pendekar Naga!

Pendekar Naga adaiah pendiri Partai Naga yang pernah berjaya pada masa pemerintahan Darma Saksana, ayah Darma Sagotra, atau kakek dari Yudha Pasulangit!

Hampir seluruh perjalanan hidup Pendekar Naga, disumbangkan untuk satu tujuan, yaitu menegakkan keadilan. Sehingga, nama Pendekar Naga kala itu sangat harum dan termashyur. Rakyat Mahespati mengeluelukannya sebagai seorang pendekar sejati yang sangat ringan tangan dalam membela kaum lemah yang tertindas.

Saat usia tua datang menggerogot

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   151. Pedang Naga Kresna

    DALAM keadaan terluka parah, Raja Penyasar Sukma kembali ke masa kehidupan yang sebenarnya. Kini, kakek yang telah termakan tipu muslihat Setan Selaksa Wajah itu berjalan tertatih di sebuah dataran berbatu-batu. Cairan darah si kakek teriihat masih mengucur keluar lewat lukaluka di tubuhnya, membuat keadaannya jadi amat lemah.Berkali-kali dia jatuh terduduk. Tulang-belulangnya terasa telah remuk Kulit tubuhnya pun seperti dibeset, hingga mendatangkan rasa perih luar biasa."Aku harus segera bersembunyi! Aku harus menghindari pertemuan dengan bocah gemblung itu!" pikir Raja Penyasar Sukma seraya mempercepat iangkah.Kakek yang sekujur tubuhnya berwarna kuning seperti dilumuri air perasan kunyit itu mencoba berlari cepat dengan mempergunakan ilmu peringan tubuh. Dia hendak mencari tempat persembunyian agar Pendekar Kera Sakti tak dapat menemukannya. Tapi..., karena terlalu banyak mengempos tenaga, cairan darah yang keluar dari luka-lukanya semakin mengucur deras.

    Last Updated : 2024-06-07
  • Pendekar Kera Sakti   152. Bagian 2

    Pendekar Kera Sakti menarik napas panjang untuk menetapkan hati. Melihat Raja Penyasar Sukma melangkah ke arahnya, si pemuda tak menjadi giris ataupun gentar, walau tubuh kakek itu telah berukuran nyaris sebesar gajahlSaat sosok Raja Penyasar Sukma telah berada tiga tombak dari hadapannya, Pendekar Kera Sakti mendahului menyerang. Suling Krishna-nya membabat dan menusuk!Dan..., tampaknya pada saat itu Raja Penyasar Sukma bukanlah iawan yang seimbang bagi Pendekar Kera Sakti. Hanya. dalam beberapa gebrakan, Raja Penyasar Sukma telah dibuat kerepotan. Apalagi setelah Pendekar Kera Sakti mengerahkan Ilmu ‘Angin Es Dan Api’.Tubuh raksasa Raja Penyasar Sukma menjadi bulan-bulanan. Pukulan dan tendangan Pendekar Kera Sakti berkali-kali mendarat telak. Hingga kemudian....Jjrusss...!"Akkhhh...!"Diiringi jerit panjang menyayat hati, tubuh raksasa Raja Penyasar Sukma jatuh berdebam di tanah. Tusukan Suling Krishna tepat bersarang di

    Last Updated : 2024-06-08
  • Pendekar Kera Sakti   153. Bagian 3

    Tubuh lemah Pendekar Kera Sakti yang masih tak sadarkan din tampak terbaring daiam bopongan tangan kekar lelaki itu. Sementara, Setan Selaksa Wajah menatapnya dengan sinar mata berkiiat-kiiat penuh dendam kesumat.Tempo hari, Ksatria Topeng Putih pernah membuat Setan Selaksa Wajah mendapat celaka. Karena ingat perbuatan Ksatria Topeng Putih itulah, Setan Selaksa Wajah jadi tampak sangat bernafsu untuk menjatuhkan tangan maut. Dengan bola mata melotot besar, rahang Setan Selaksa Wajah menggembung. Hingga berbentuk balok persegi. Bahunya naik turun terbawa dengus napasnya yang memburu. Cairan darahnya menggelegak naik sampai ke ubun-ubun. Hingga, pergelangan tangan kanannyn yeng mencekal bilah Pedang Naga Kresna tampak bergetar kencang."Aku tahu kau amat marah. Aku tahu kau sangat bernafsu untuk membunuhku...," ujar Ksatria Topeng Putih, tenang berwibawa. "Tapi..., kau pun harus tahu jika" aku juga merasakan apa yang tengah kau rasakan sekarang ini, Mahisa Lodra, Bukan

    Last Updated : 2024-06-08
  • Pendekar Kera Sakti   154. Bagian 4

    "Paman....""Ya.""Ketika aku menyelesaikan semadi, kukira Paman telah pergi meninggalkanku. Kiranya, Paman berada di sini. Apakah Paman memang sengaja menunggu kedatanganku?""Begitulah...," sahut lelaki bertopeng yang tak lain dari Ksatria Topeng Putih adanya. "Mengingat umurmu yang belum seberapa, sementara kau telah banyak terlibat dalam berbagai urusan rimba persilatan, ada sesuatu yang harus kusampaikan kepadamu. Aku tahu ilmu kesaktianmu sudah dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh rimba persilatan jajaran atas. Namun ketahuilah, Baraka, semakin tinggi ilmu kesaktian seseorang, semakin besar godaan setan yang akan menyeret ke tindak kejahatan. Semakin tinggi kekuasaan seseorang maupun semakin banyak kekayaan seseorang, dia akan cenderung melupakan kodratnya sebagai manusia. Karena, hal itu memang salah satu sifat manusia, yang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari khilaf dan lupa...."Baraka mengangguk-angguk. "Ya. Ya, Paman. Ak

    Last Updated : 2024-06-08
  • Pendekar Kera Sakti   155. Bagian 5

    "Bagus!" puji Ksatria Topeng Putih lagi. "Lalu, kewajiban manusia yang ketiga adalah manembah lan ngabekti maring Nyang Sari Tri Murti. Nyang Sari Tri Murti adalah angin, air, dan api. Manusia juga tak akan bisa hidup tanpa ketiga unsur itu. Sementara, kewajiban manusia yang keempat adalah manembah mituhu patuh ing reh maring Rahso Suci diri pribadi. Rahso adalah sesuatu yang lebih lembut dari nurani dan lebih halus dari perasaan. Rahso akan selalu mendampingi hidup seseorang selama orang itu masih hidup. Rahso banyak membantu kehidupan manusia dalam bentuk firasat, petunjuk yang muncul dari diri sendiri, atau hal-hal semacam itu. Oleh karenanya, manusia wajib berterima kasih kepada rahso-nya masing-masing."Ksatria Topeng Putih mendongak, menatap sang baskara yang telah beranjak naik. Sinarnya yang semula menyapa hangat, kini mulai sedikit garang. Beberapa ekor burung dadali mulai tampak melesat di angkasa. Di pucuk-pucuk bambu pun muncul sekelompok burung manyar. Kehidupan

    Last Updated : 2024-06-09
  • Pendekar Kera Sakti   156. Bagian 6

    Dewi Pedang Halilintar mendengus gusar. Wajahnya terlihat makin garang. "Aku bukan tak tahu kalau kau pernah menyelamatkan jiwa Kemuning. Tapi saat ini, waktu bagiku amat berharga," sergapnya seraya menggamit lengan Kemuning. "Ayo kita pergi!""Tapi, Eyang,..," tolak Kemuning."Hus! Kita harus segera sampai ke Pondok Matahari. Lain itu, kita pun harus menghindari Sabit Maut!" Mendengar ucapan Dewi Pedang Halilintar yang tiba-tiba menyiratkan kekhawatiran, Kemuning menghela napas."Ya, Eyang. Kita memang harus segera pergi.""Eh! Tunggu dulu!" cegah Baraka. "Aku ingin berbicara denganmu beberapa lama, Kemuning. Kalau ada masalah, katakan saja. Barangkali aku bisa membantumu.""Lain waktu saja!" sahut Kemuning.Usai berkata, Kemuning menjejak tanah seraya berkelebat meninggalkan Baraka. Dewi Pedang Halilintar langsung mengikuti langkah kaki muridnya itu."Uuuuhhhh...!" dengus Baraka, menumpahkan kekecewaannya. Kaki Baraka menggedruk tan

    Last Updated : 2024-06-09
  • Pendekar Kera Sakti   157. Bagian 7

    "Kita hadapi mereka bersama, Eyang...!" seru Kemuning. Sementara Dewi Pedang Halilintar menyerang Sabit Maut, gadis cantik itu menerjang Cangkul Sakti.Pedang si gadis berkelebat cepat sekali. Tusukan ataupun sabetannya senantiasa menimbulkan ledakan keras yang memekakkan gendang telinga. Agaknya, Kemuning menyerang Cangkul Sakti dengan jurus 'Pedang Halilintar Rontokkan Awan'."Jangan nekat, Kemuning!" teriak Dewi Pedang Halilintar sambil mengirim tusukan ke dada Sabit Maut. "Ingat kata-kataku tadi!""Tidak, Eyang! Aku akan tetap di sini bersama Eyang!" sahut Kemuning seraya menyerang Cangkul Sakti lebih gencar.Mendengus gusar Dewi Pedang Halilintar. Kenekatan Kemuning membuatnya kalap. Si nenek menyerang Sabit Maut dengan membabi buta. Dia keluarkan jurus-jurus andalannya, hingga bilah pedangnya berubah menjadi selarik sinar kuning yang terus menusuk dan membabat amat berbahaya. Namun, tampaknya sabit bergagang. panjang di tangan Sabit Maut dapat mered

    Last Updated : 2024-06-09
  • Pendekar Kera Sakti   158. Bagian 8

    Lelaki berpakaian putih-putih yang tengah mengintai dari balik batang pohon besar itu mendengus gusar. Tubuhnya bergetar karena menahan hawa amarah."Biadab!" geramnya. "Keterlaluan sekali perbuatan Sabit Maut dan Cangkul Sakti itu! Aku harus bertindak!"Tanpa pikir panjang, lelaki yang wajahnya tertutup topeng baja putih itu menjejak tanah, hendak berkelebat menerjang Sabit Maut dan Cangkul Sakti yang terus berusaha melepas gairahnya.Namun... sebelum keluar dari tempat persembunyiannya, dia mendengar suara berkesiur halus. Cepat dia arahkan pandangan ke asal suara. Dan..., lelaki yang tak lain Ksatria Topeng Putih itu tak jadi berkelebat keluar dari tempat persembunyiannya karena melihat sesosok bayangan yang mendahului menyerang Sabit Maut dan Cangkul Sakti!Tep...! Tep...!Sosok bayangan yang muncul dari kelokan jalan setapak di pinggir hutan kecil itu langsung menjambret tengkuk Sabit Maut dan Cangkul Sakti. Cepat sekali gerakan si bayangan. T

    Last Updated : 2024-06-10

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1259. RAJA TUMBAL

    MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali

  • Pendekar Kera Sakti   1258. Part 25

    "Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer

  • Pendekar Kera Sakti   1257. Part 24

    Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p

  • Pendekar Kera Sakti   1256. Part 23

    Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h

  • Pendekar Kera Sakti   1255. Part 22

    JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak

  • Pendekar Kera Sakti   1254. Part 21

    Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.

  • Pendekar Kera Sakti   1253. Part 20

    Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj

  • Pendekar Kera Sakti   1252. Part 19

    "Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status