Beranda / Fantasi / Pendekar Gunung Tiga Maut / Hantu Kuntilanak dan Anak Hilang

Share

Hantu Kuntilanak dan Anak Hilang

Penulis: Azka Taslimi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-27 10:33:45

Sosok wanita itu, yang sekarang mengambang di belakang Danu, mengenakan pakaian serba putih namun kusam, berambut panjang namun tidak beraturan, sosok itulah yang membuat Permata tidak berani membuka mata sama sekali, walaupun ia sekarang berada di dalam selimut. Sebenarnya pinggang Permata dengan gerakan-gerakan tangan Danu, namun menahannya, menikmatinya. Danu sendiri sengaja menggunakan kejadian itu untuk mengambil kesempatan, meskipun sebenarnya dia juga benar-benar takut dengan kedatangan hantu tanpa undangan itu.

“Apakah sudah pergi, Danu?” tanya Permata tanpa membuka mata. Napasnya terdengar ngos-ngosan.

“Sepertinya belum!” sahut Danu cepat.

Mendengar jawaban Danu itu, Permata semakin mengeratkan pelukan, hingga sekarang tubuh mereka benar-benar menjadi satu, tidak ada jarak sama sekali. Danu merasakan napas dan detak jantung Permata yang tidak beraturan, meskipun napasnya sendiri tidak kalah ngos-ngosannya.

“Aku benar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Permata Lelah

    Angin berembus kencang, sayup-sayup hewan malam saling bersahutan mengisi suasana, bersaing dengan suara angin. Suara khas daun pisang yang terembus angin terdengar, menambah syahdu perjalanan malam itu.“Mereka tadi sore masih berada di pinggiran desa, bermain layang-layang bersama teman yang lain!” ucap salah seorang pemuda, dia mengingat lagi apa yang dilakukan oleh adik mereka sebelum akhirnya hilang. “Layangan putus, setelah mereka mengejarnya, dan sampai sekarang tidak kembali pulang. Aku takut mereka tersesat dan mendapatkan bahaya!”“Semoga saja mereka cepat ditemukan!” Permata selalu berharap.“Semoga saja!” sahut Danu.Mereka menaiki bukit-bukit terjal, sesekali berteriak memanggil nama sang kedua anak.“Rama, di mana kamu?” Suara tua itu memecah keheningan, kemudian beberapa saat berikutnya hilang disapu angin.Orang tua lainnya ikut menimpali, “Basta, ke mana kamu?

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Peradaban Hantu

    Daun-daun beterbangan, sungguh pandangan yang eksotis, seandainya saja keadaannya tidak demikian. Hawa mendadak menjadi dingin, sugesti manusia yang memainkannya.“Setan, setan, setan...!” pemuda itu berteriak ketakutan, dia tidak bisa berjalan apalagi berlari. Sungguh tidak bisa, ia tidak bisa lagi mengontrol dirinya.“Kenapa, Kasiang?” Orang tua menyebutnya dengan nama Kasiang. Iya, namanya adalah Kasiang.Dia tidak bisa menjawab, beberapa saat kemudian dia jatuh pingsan, ambruk di atas daun-daun yang berguguran. Danu melangkah maju, mendekati pemuda yang pingsan itu, tapi Permata melarangnya. “Jangan, Danu!”“Kenapa?” tanya Danu bingung, wajahnya antara tidak terima dan penasaran kenapa Permata melarang.“Kita belum tahu apa yang membuatnya menjadi seperti itu!” ujar Permata, ia sangat hati-hati. Ia tidak ingin Danu menjadi seperti pemuda itu, meskipun Permata tahu bahwa Danu mempunyai

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Peradaban Yang Lebih Tinggi

    Tubuh itu mengambang setengah meter dari tanah, jari-jarinya mengeluarkan kuku yang sejak tadi tidak terlihat. Bukan hanya kaki, kuku juga keluar dari jari-jari tangannya, sebuah kesan yang menunjukkan bahwa hantu itu benar-benar seram dan mematikan. Wajar saja jika pemuda pertama sampai pingsan ketika melihatnya, dan sampai saat ini belum sadarkan diri.“Kita belum mengetahui kelemahan hantu itu, Danu!” ujar Permata. Dia adalah cerminan wanita yang sangat hati-hati dan teliti.“Benar, dan kita harus segera menemukan kelemahannya!” sahut Danu.Permata menyerahkan lilin itu kepada pemuda yang tidak bisa bertarung, dua orang tua yang lain hanya diam mematung, menunggu apa yang akan terjadi berikutnya. Keadaan benar-benar suram, baik suram dalam keadaan sesungguhnya atau suram dalam hal hati. Hantu itu marah, bahkan kepada dua manusia yang baru sekali ini ia temui. Ia benar-benar tidak pilih kasih dalam memandang manusia, semua dianggapnya s

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-30
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Legenda Lama

    “Kalian tidak akan bisa mengalahkan kami berdua. Majulah kalian semua! Bahkan jika kalian mengundang semua manusia kampungan itu, kalian tidak akan bisa!” kata hantu pertama, dia terlalu percaya diri dengan kekuatan dirinya.“Apakah kalian tidak mempunya kelemahan?” tanya Danu dengan bodohnya.“Tidak, kami sama sekali tidak mempunyai kelemahan!” Hantu kedua menjawab dengan pongah.Danu menyahuti, “Kesombonganmu itulah yang akan menjadi kelemahanmu!” Danu marah, tangannya mengepal. Kali ini pertarungan akan menjadi semakin sengit lagi.Dua hantu itu tertawa, tidak ada lagi bekas luka bekas sabetan pedang Permata, juga tidak ada lebam dari pukulan Danu di pipinya, semua sembuh begitu saja dengan sekali usap.“Ayo, Permata, kita hadapi dua bajingan itu!” ajak Danu dengan suara datar, semangatnya membara ketika Permata ada di sampingnya, berjuang bersama.“Ayo!” sahut Danu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-30
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Danu Salah Paham

    Danu berusaha mengulangi apa yang berhasil ia lakukan sebelumnya, yaitu membelokkan pukulan hantu menjadi menyasar tubuhnya sendiri. Tapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan, hantu menyadari bahwa Danu telah mengerti kelemahannya. Dengan begitu hantu itu kini mengubah pola serangannya, menjadi tipuan berlapis, dan Danu belum bisa membaca pola serangan itu. Danu masih tertipu dengan pukulan kedua, dan pada pukulan ketiga pastilah mengenai dirinya.Bug...Pukulan ketiga mengenai perut Danu, ia meringis kesakitan. Itu bukan kali pertama Danu terkena pukulan, tapi sudah berulang-ulang. Darah mengalir dari ujung bibirnya, retak terkena pukulan yang kuat dari hantu. Demi satu kelemahan yang telah diketahui Danu bertahan, menunggu kesempatan yang paling ideal.Bug...Satu pukulan mengenai telinga Danu, mendengung telinga itu hingga tidak bisa digunakan untuk mendengar sampai beberapa saat. Akhirnya kesempatan yang ditunggu-tunggu itu datang pula. Danu sekara

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Hampir Saja Mati

    Mata Danu hanya tertuju kepada Permata. Ia rela menjadi penebus nyawanya seandainya dibutuhkan. Dia rela melakukan apa pun asalkan Permata diberikan kesempatan hidup lagi. Tapi itu bukan cinta, itu adalah rasa seorang kakak kepada adiknya.“Danu, jangan mendekat!” teriak Permata sekali lagi.Akan tetapi Danu tidak mendengarnya sama sekali. Waktu baginya seakan berhenti, ruangan dan pandangan menjadi kosong, yang ada hanya angan-angan belaka. Danu menatap wajah Permata yang tempak lemas. Sekejap kemudian ia menatap hantu yang tubuhnya dipenuhi dengan sinar kemerah-merahan, matanya juga seluruh tubuhnya.“HA...!” teriak hantu sembari terbang melayang, sekejap lagi ia akan benar-benar meremukkan tubuh Permata, tapi masih ada Danu yang berusaha mengahadangnya, menjadi penebus untuk Permata.Tiba-tiba dari belakang muncullah seorang pemuda. Iya, itu adalah seorang pemuda yang menjadi buruh di pabrik gula. Ia mendekap Danu, tidak mengiji

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Desa Kesepian

    Siang datang dengan panas sinar matahari yang menjadi penenang. Matahari di atas sana dengan gagahnya memberikan tanda kepada manusia bahwa hidup ini akan selalu berputar, sejalan di bawah, sejalan di atas, dan nanti akan datang waktunya hilang dan terlupakan, atau bakal ada yang menantikan datang. Siang itu mereka melanjutkan perjalanan dalam rangka mencari dua anak, yang bahkan Danu dan Permata belum pernah melihatnya, namun sudah yakin bahwa mereka berbuat yang terbaik.“Aku takut jika nanti teman-teman hantu itu akan marah!” ujar Danu ketika melewati sebuah bukit terjal, mereka lupa bahwa kuda mereka tertinggal jauh di belakang, dan nanti akan mengambilnya lagi dengan perjalanan panjang dan melelahkan.“Yeah, begitulah resiko yang harus kita tanggung!” sahut pemuda yang pingsan.Permata menggodanya, “Kenapa kamu tadi malam langsung berteriak pingsan?”Pemuda buruh pabrik gula tertawa keras-keras, berikutnya adalah d

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Gua dan Dua Manusia Penjaga

    Hawa dingin terasa, sampai-sampai setiap bibir bergerak bergemerutukan menahan dingin. Danu mendekapkan tangan di depan dada untuk menahan dinginnya udara berembun, berkabut, sembari menari tempat yang paling mungkin digunakan oleh hantu sebagai markas. Akhirnya Danu dan yang lain memutuskan bahwa gua pada dinding itu adalah tempat termungkin digunakan oleh hantu sebagai markas.“Kita akan masuk ke dalam gua itu!” ujar Danu sembari tangannya menunjuk gua yang tertutup kabut tipis.Pemuda buruh pabrik gula menyahuti, “Kami menurut saja denganmu!”“Benar, kita harus masuk ke dalam sana!” sahut pemuda yang pingsan, Permata meliriknya, ia menahan tawa. “Hai, kenapa kau memandangku seperti itu? Apakah kau mengira bahwa aku akan pingsan lagi?” Permata benar-benar tertawa dibuatnya.“Guanya di mana?” tiba-tiba orang tua yang rambutnya putih semua bertanya.“Oh, Tuhan! Apakah matamu benar-be

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02

Bab terbaru

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Titihan Putri Anjasmara

    Dalam hati ada sebuah rasa kagum terhadap Anjasmara yang baru saja Danu melihatnya. Dia tidak banyak bicara, selalu tersenyum, dan selalu menundukkan kepala ketika tidak diperlukan memandang. Danu dan Anjasmara berjalan-jalan di area luar kerajaan, masih di dalam kerajaan namun sepi dari keramaian, sedang tiga orang lainnya masih meneruskan perbincangan di dalam ruang tamu kerajaan dengan raja. “Apakah namamu hanya Anjasmara?” tanya Danu, sedari tadi mereka hanya saling diam menatap rumput-rumput di atas batu-batu, kadang air mancur menjadi penghias, sedang di bawahnya hidup bahagia ikan-ikan emas. “Tidak,” sahut Anjasmara dengan senyumnya. “Nama lengkapku Titihan Putri Anjasmara!” “Indah namamu!” Danu memuju tulus, Anjasmara menyambutnya dengan senyuman hangat. “Apa keahlianmu?” tanya Danu lagi, dia benar-benar kehabisan tema pembicaraan. Sebenarnya banyak hal yang ingin dia tanyakan, namun saat ini belumlah waktu yang tepat. “Aku suk

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Putri Anjasmara

    Perjalanan hidup antara Permata dan Danu berjalan sampai beberapa bulan kemudian, sampai Danu benar-benar siap menjadi seorang raja dan Sekte Timur menemukan sebuah kerajaan yang tepat. Danu sangat sibuk, bahkan untuk sekadar menikmati sinar matahari dan udara pagi. Bangun dari tidur ia langsung bersiap-siap untuk menjalani berbagai aktivitas yang menunggu, tidak jarang dia bertemu dengan orang-orang penting, yang nantinya akan mendukung dirinya menjadi raja. Benar, Danu sangat sibuk untuk mengangkat diri.“Hari ini kita akan bertemu dengan seorang raja, Danu!” ucap Ketua Sekte kepada Danu, mereka tengah sarapan pagi bersama.Danu tidak perlu bertanya kepada Ketua Sekte tentang apa yang menjadi tujuan mereka. Sekarang sudah jelas, bahwa setiap langkah yang mereka jalani adalah dalam rangka untuk menjadikan Danu seorang raja, kemudian menjadi penguasa dunia.Beberapa saat kemudian Danu diajak ke dalam kamar rias, Danu mendapatkan riasan dari para peri

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Perhatian Yang Hilang

    Sudah dua hari Permata tidak melihat Danu, rasanya semakin ada jarak yang memisahkan antara dirinya dan Danu. Permata sibuk dengan melatih para generasi, sedang Danu sibuk dengan urusan-urusan yang Permata tidak mengerti. Benar, dua hari ini Permata tidak melihat Danu sama sekali. Suatu waktu Permata pernah berpikir untuk meninggalkan tempat itu, namun ia kembali berpikir panjang tentang perjuangannya selama ini menuju hutan ini, dan sekarang tentulah harus sesuai dengan rencana. Selama itu pula, Permata belum melihat atau mendengar keberadaan Diana sama sekali. Memang, Danu sengaja tidak memberitahukan kepada Permata bahwa ia telah mengetahui keberadaan Diana. Ia mempunyai rencana sendiri yang dianggapnya lebih matang dan akan berhasil.Permata hari ini tidak enak badan, hampir seharian ia tidak keluar kamar. Ia menitip pesan kepada seorang pelayan, menitip pesan untuk remaja yang diajarnya, bahwa dua hari ke depan mereka akan belajar mandiri. Permata benar-benar kelelahan,

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Sebuah Keharusan

    Semua berubah menjadi hal yang tidak menyenangkan. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada mengembara di dalam hutan dan hanya ada dua manusia saling berkata. Permata merasakan itu semua siksaan, meskipun ia belum mengerti bagaimana langkah hidup selanjutnya. Yang dia mengerti saat ini adalah hari-hari yang menyebalkan dan serba tidak membahagiakan. Memang Permata makan setiap hari dengan makanan yang terjamin, setiap pagi, siang, malam, ada yang mengantarkakn. Namun kini untuk melihat senyum Danu barang sejenak, ia agaknya berkurang waktu. Danu sekarang mulai berubah sedikit demi sedikit. Danu dipenuhi dengan kemauan dan target yang selalu membuatnya tidak tenang.Malam ini Permata tidur sendirian di dalam kamarnya, tidak ada yang menemani. Di luar sana tampak sepi, namun Permata dapat menebak pastilah Danu sedang memikirkan sebuah rencana. Permata akhir-akhir ini merasa tidak sejalan dengan Danu. Memang, Danu saat ini berambisi untuk menjadi seorang raja, setelah menden

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Maukah Kau Menjadi Raja?

    Pagi benar Danu bangun, bahkan ketika matahari belum benar-benar menampakkan diri. Udara dingin, Danu membasuh muka dan menimum air putih di atas meja. Beberapa saat kemudian ada suara orang mengetuk pintu, ia membuka, dan itu ternyata adalah seorang pelayan yang mengantarkan sarapan dan minuman hangat. Danu sangat bersyukur sekali mendapatkan pelayanan yang demikian baiknya, sangat berbeda dengan perkiraan awal yang mereka bayangkan.Tiba-tiba Danu kepikiran Permata, apakah dia sudah bangun? Tanya dia dalam hati. Danu belum menyentuh makanan atau minuman yang dibawakan oleh seorang perempuan muda yang menjadi pelayan tadi, ia berjalan ke luar kamar menuju kamar Permata. Pelan-palan Danu berjalan, bahkan langkah kakinya tidak menimbulkan suara sama sekali. Di jalan ia berpapasan dengan beberapa anggota Sekte Timur yang tengah berjalan pula dengan kepentingan berbeda, kadang mereka menyapa Danu terlebih dahulu, kadang juga sebaliknya.“Permata, apakah kamu sudah b

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Mendapatkan Pembenaran

    Malamya Danu dan Permata menginap di salah satu bangunan megah itu, selepas makan-makan besar yang dilakukan oleh Sekte Timur di Pasanggrahan. Danu dan Permata tidak menjadi satu kamar, mereka terpisahkan oleh sebuah lorong panjang, terang, penuh dengan ornamen keindahan berwarna merah menyala. Besok pagi Danu dan Permata mendapatkan undangan kehormatan sekaligus penawaran dari ketua Sekte Timur, itu mereka dengar dari salah satu orang yang berjalan bersama mereka tadi siang.“Beliau ingin mengundang kalian dan itu adalah sebuah kehormatan besar, sekalian memberikan penawaran kerja sama,” ujar orang itu kepada Danu dan Permata sebelum berpisah.Bukan undangan itu yang membuat Danu tidak bisa tidur malam ini, melainkan sebuah bayangan rembulan yang terligat dari jendela kamarnya menginap. Dari bayangan itu keluarah wajah Diana yang tidak akan pernah bisa tergantikan, Diana, selalu ada dan sepertinya malam ini akan tidur bersama dalam naungan cahaya rembulan.

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Berjumpa Dengan Diana

    Perjalanan menuju markas Sekte Timur kurang lebih membutuhkan waktu dua puluh menit (andai waktu itu ada jam). Mereka berjalan kaki, entah kenapa tidak memakai kuda sebagai kendaraan. Danu dan Permata berada di barisan paling belakang di antara semua orang Sekte Timur.Sepertinya gapura di depan sana menandakan bahwa mereka telah memasuki wilayah Sekte Timur. Sebuah plang besar bertuliskan huruf China, pun hiasan-hiasan yang ada juga khas bangsa China. Warna merah, gambar naga menjadi penghias. Ini bukan khas masyarakat sekitar, tapi lebih mengarah pada bangsa China. Benarkah para perampok itu adalah keturunan China yang merantau dan beranak-pinak? (Hai, aku tidak menyinggung bangsa Indonesia ini, yah... Ini asli karangan dalam cerita aku saja).Danu dan Permata dibuat kagum dengan ornamen-ornamen bangunan yang ada, ini hampir mirip dengan kerajaan. Bangunan-bangunan lebih mirip dengan penginapan orang-orang kaya, setiap rumah mempunyai kolam masing-masing di depan rum

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Kesempatan Terbesar

    Malam itu Danu dan Permata bermalam tidak jauh dari empat mayat yang mereka bunuh. Ketika angin berhembus, maka bau amis darah tercium, tersampaikan kepada hidung mereka. Danu dan Permata dengan hati was-was dan waspada bergantian berjaga malam itu. Ketika Danu tidur Permata dibangunkan, ketika Permata tidur Danu dibangunkan, begitu seterusnya hingga pagi menjelang.Pagi datang, sinarnya menerobos dedaunan yang hijau. Mayat-mayat itu tampak dikerubung oleh semut, kucing, bahkan ada beberapa anjing yang datang dari kejauhan. Satu di antara empat mayat itu yang paling mengenaskan, ialah mayat yang mengenakan baju berwarna biru tua, wajahnya tercabik-cabik cakar anjing, ususnya keluar semua, bahkan matanya kini telah tiada. Mereka ngeri sendiri menyaksikan pemandangan itu, hampir saja Permata muntah dibuatnya.“Ayo kita segera pergi, Danu!” ajak Permata setelah benar-benar tidak kuat.“Ayo!” sahut Danu.Mereka melanjutkan perjalanan,

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Pertarungan Tengah Malam

    Malam hari Permata terbangun ketika mendengar langkah kaki yang berat berjalan mendekat. Permata dengan segera membangunkan Danu. Danu bangun dan segera menyadari apa yang terjadi, ia menangkan Permata. Pandangan Danu jelas lebih tajam dari pada Permata meskipun dalam hal pendengaran sebaliknya. Itu adalah dua kemampuan yang mereka asah ketika mendatangi rumah Kosala, bapak dari Rumana.“Siapa yang datang, Danu?” tanya Permata, matanya berusaha memandang siapa yang tengah berjalan mendekat, namun percuma, pandangannya tidak setajam Danu. Ia hanya bisa mendengar langkah kaki yang kian mendekat itu.“Aku melihatnya, tapi hanya sosok hitam yang berdiri di bawah gelap malam. Malam ini benar-benar gelap, Permata,” ujar Danu. Ia melanjutkan sembari tidak melepas bayangan di kejauhan sana. “Yang bisa aku pastikan sekarang ini bahwa dia tidak satu orang, ada tiga orang atau empat!”“Apa yang harus kita lakukan?” Permata se

DMCA.com Protection Status