Ooh belum Bos, dari tadi tamu-tamu di sini minta ini, itu. Aku belum sempat mengantarnya.”“Gila kau! Kalau sampai Tuan Muda Prastowo protes, gajimu bulan ini akan kupotong. Ayo, cepat antarkan!”Bayu yang mendengar percakapan itu, segera menghampiri si Bapak.“Pak, pesananku di bungkus saja, aku menginap di samping, aku akan ambil pesananku nanti, tapi aku bayar sekarang,” ucap Bayu buru-buru sambil memberikan sekeping perak.“Baik Tuan, kembaliannya?”“Nanti saja”Bayu segera keluar mengikuti pelayan gendut tadi, ia ingin tahu di mana rumah Prastowo, karena menurut si Kumis, Kirani bersama dengan Prastowo.Si Gendut berjalan dengan santai, ini kesempatan baginya, tidak perlu sibuk melayani para tamu yang kadang-kadang cerewetnya minta ampun.Bayu hampir tidak sabar mengikuti si Gendut itu. Kelihatannya orang ini akan lebih cepat menggelinding daripada berjalan.Arahnya tidak menuju ke pusat kota tapi justru ke pinggiran. Hampir sampai di tembok batas ibukota, si Gendut belok ke sebu
Bayu tidak ingin berdebat maka ia pun beranjak dari tempat duduknya dan pamit, “Baik, maafkan aku Kira, permisi.”Sayang sekali, ia sudah berhasil bertemu dengan Kirani, tapi tampaknya belum bisa membawanya kembali ke Agartha. Harapannya saat serum obat Kirani habis, gadis itu akan berubah pikiran. Yang penting ia sudah mengetahui di mana Kirani tinggal.**Panggung sudah didirikan, dua hari lagi pertandingan untuk memilih Komandan Pasukan Pengawal Raja akan dimulai. Para peserta kebanyakan berasal dari perguruan-perguruan ilmu kanuragan besar, seperti Perguruan Pedang Terbang, Perguruan Tinju Besi, Perguruan Tongkat Tunggal dan Klan Golok Naga.Selain jabatan sebagai Komandan Pasukan Pengawal Raja, pemenang pertandingan juga mendapatkan hadiah 1000 keping emas, jumlah yang sangat besar saat itu, sebagai perbandingan Bayu membeli rumah sekaligus toko untuk ibundanya hanya senilai 450 keping emas.Di ibukota, orang-orang sudah mulai ramai membicarakan tentang pertandingan itu. Beberapa
Gerakan pertama, Barada berlari mendekat, ia tahu tombak sulit digunakan untuk pertarungan jarak dekat.Lawannya tak mau kalah posisi, ia meloncat mundur sambil mulai beraksi. Tombaknya menusuk mengincar dada dan kepala, dua serangan sekaligus sangat berbahaya.Barada memiringkan badan, menghindar tenang sambil menarik tombak lawan.Tersungkur ke depan karena tarikan Barada, lawannya juga terkejut menghadapi tendangan ke arah dada.Berporos pada tombaknya, lawan Barada salto ke samping. Akibatnya ujung tombak ke arah Barada meluncur mengincar kening.Barada meliukkan tubuh bagai jembatan, lanjut salto ke belakang sekalian menendang tombak tepat pada genggaman.‘Jddaaakkkk’Tombak terlepas, lawan Barada terkejut dengan kekuatan tendangan yang bagai ombak menghempas.Dengan besar hati ia menerima kekalahan, walaupun sebenarnya masih ada rasa penasaran. Pertarungannya terhitung singkat, tapi ini bukti bahwa Barada memang hebat.Turun pada pertarungan ke-14, Seruni membawa goloknya yang k
Hari kedua ini, hasil pertarungan antara Rambitan dan Taruna benar-benar di luar dugaan banyak orang. Tuan Paskalis merasa heran melihat pertarungan muridnya.“Ada apa denganmu Taru? Gerakanmu lambat sekali dan serba canggung.”“Maafkan aku Guru, tapi tongkatku rasanya jadi berat, begitu juga tangan dan kakiku, seperti ada sesuatu yang membebani.”“Hmm, sepertinya ada yang aneh, mungkin ada orang yang membantu anak itu dari luar. Peringatkan Bintoro karena besok ia akan bertarung dengan bocah itu.”Pertarungan yang lain juga sudah selesai. Barada, Bintoro, dan Seruni kembali memetik kemenangan.Bayu setiap hari ada di antara penonton, ia memperhatikan jalannya pertandingan dengan saksama. Keanehan pada pertarungan antara Rambitan dan Taruna juga tak luput dari perhatiannya. Tapi tidak mungkin Perguruan Pedang Terbang akan berlaku curang dengan membantu muridnya. Kemungkinan ada orang di antara para penonton yang melakukannya.Setelah para penonton bubar, Bayu melihat Nayaka bersama Ma
“Dahulu ada tokoh ilmu hitam yang dikenal dengan sebutan Ki Gede Pancung. Ilmu kanuragannya hebat, selain itu ia juga memiliki bermacam-macam ilmu hitam. Karena sering meresahkan masyarakat dengan tindakannya menculik gadis-gadis muda, dijadikan pemuas nafsunya, kemudian dibunuh sebagai tumbal ilmunya. Raja Pramadana muda saat itu, menantang dan membunuhnya. Tapi Ki Gede Pancung ini sudah mewariskan ilmunya kepada dua orang abdinya saat itu yaitu Trenggono yang dikenal sebagai Ki Sapu Jagad dan Purboyo yang karena menjadi Lurah di daerah Gondomayit disebut Ki Lurah Gondomayit.”“Di mana kedua murid Ki Gede Pancung sekarang Paman?” tanya Bayu lagi.“Salah satunya yaitu Ki Sapu Jagad terbunuh di tangan ayahmu, Raja Arkha, sedangkan Ki Lurah Gondomayit, hingga saat ini aku tidak mengetahui jejaknya.”Bayu berpikir, “Bisa jadi Rambitan memiliki hubungan dengan Ki Lurah Gondomayit. Tetapi dalam pertandingan memang pesertanya diizinkan menggunakan ilmu apa pun. Maka Rambitan tidak bisa dian
Pertandingan tidak di awali dengan perkenalan, kedua orang sudah saling kenal. Rambitan yang merasa kemampuannya seimbang dengan Barada, belum membaca mantra untuk mengaktifkan cincinnya.Ia langsung menyerang dengan pedang terarah ke dada, gerak tipuan, karena di tengah jalan pedang mendongak ganti mengincar mata. Barada tenang ia sudah hafal dengan jurus ini. Ditangkisnya dengan jurus ‘Membuka Kipas, Menusuk Bintang’. Pedangnya menebas dari samping, kemudian digerakkan memuntir untuk melepas pedang lawan dan diakhiri dengan tusukan ke arah tenggorokan. Rambitan terkejut dengan tenaga Barada yang jauh lebih besar dibanding saat berlatih tanding, hampir saja pedangnya terlepas. Dengan gugup Rambitan meloncat mundur, maksudnya untuk membaca mantra. Tetapi Barada tidak memberi kesempatan, ia mengejar Rambitan dan terus menyerangnya dengan tenaga dan kecepatan yang sesungguhnya. Rambitan gelagapan, tidak dapat mengaktifkan cincinnya, padahal sekarang ia menyadari bahwa kemampuan Barada b
“Jadi bagaimana sebaiknya Paman?” tanya Bayu.Menteri Supala tidak menjawab, ia juga belum menemukan cara yang tepat untuk menghadapi masalah ini.Tiba-tiba Mahen bergumam, “Andai saja ada Biksu Pradipa.”Bayu menoleh ke arahnya dan memuji, “Kau memang jenius Mahen. Aku tahu yang kau pikirkan. Aku sudah mempelajari ilmu merias wajah dari Biksu Pradipa, mudah-mudahan bisa bermanfaat sekarang.”Mahen kembalj bersemangat. “Bagus Bayu! Kita tinggal mencari orang yang mempunyai bentuk tubuh seperti wanita. Tubuhmu terlalu kekar Bayu, tidak ada wanita yang sekekar ini tubuhnya.”Mereka kembali berpikir. Menteri Supala mulai menyadari arah pembicaraan kedua pemuda ini. Ia mengusulkan satu nama, “Bagaimana dengan Tuan Dewangga?”“Bagus, cocok sekali Tuan Menteri, bagaimana Bayu, apakah kau bisa merias Tuan Dewangga menjadi mirip Mawar,” tanya Mahen“Akan kuusahakan, lagi pula sebagai pengantin wanita wajahnya pasti tertutup cadar.”“Betul, tampaknya rencana ini bisa kita jalankan, aku akan me
Sama sekali tidak menyangka, ada serangan mendadak dari rekannya, dada Rambitan tertusuk tembus ke punggung. Si Orang Berpakaian Hitam menarik pedangnya dan meloncat menjauh dari arena, menggunakan ilmu peringan tubuh dengan cepat menghilang dari pandangan. Ternyata orang-orang berpakaian hitam di depan kereta juga sama, mereka meloncat mundur, meninggalkan lawannya dan secepat mungkin kabur. Menteri Supala menghampiri Putri Mawar Gadungan.“Kau tidak apa-apa, Tuan Dewangga?”“Aku baik-baik saja, Tuan Menteri, hanya sayang bocah itu harus kehilangan nyawa.”Seluruh kejadian berlangsung singkat. Bayu, Mahen dan Mawar mendatangi tempat kejadian setelah para pembunuh bayaran, orang-orang berpakaian hitam tadi, membubarkan diri. Bayu tidak mau mengambil risiko bila Mawar asli diserang mereka.“Bagaimana dengan Rambitan Paman?” tanya Bayu pada Menteri Supala.“Sebaiknya kita menjaga nama baik Perguruan Pedang Terbang. Peristiwa ini jangan sampai tersiar keluar. Anggap saja Rambitan gugur