Share

Penyamaran.

Penulis: Omesh
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-04 17:21:59

“Jadi bagaimana sebaiknya Paman?” tanya Bayu.

Menteri Supala tidak menjawab, ia juga belum menemukan cara yang tepat untuk menghadapi masalah ini.

Tiba-tiba Mahen bergumam, “Andai saja ada Biksu Pradipa.”

Bayu menoleh ke arahnya dan memuji, “Kau memang jenius Mahen. Aku tahu yang kau pikirkan. Aku sudah mempelajari ilmu merias wajah dari Biksu Pradipa, mudah-mudahan bisa bermanfaat sekarang.”

Mahen kembalj bersemangat. “Bagus Bayu! Kita tinggal mencari orang yang mempunyai bentuk tubuh seperti wanita. Tubuhmu terlalu kekar Bayu, tidak ada wanita yang sekekar ini tubuhnya.”

Mereka kembali berpikir. Menteri Supala mulai menyadari arah pembicaraan kedua pemuda ini. Ia mengusulkan satu nama, “Bagaimana dengan Tuan Dewangga?”

“Bagus, cocok sekali Tuan Menteri, bagaimana Bayu, apakah kau bisa merias Tuan Dewangga menjadi mirip Mawar,” tanya Mahen

“Akan kuusahakan, lagi pula sebagai pengantin wanita wajahnya pasti tertutup cadar.”

“Betul, tampaknya rencana ini bisa kita jalankan, aku akan me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Cahaya   Rencana Ganda

    Sama sekali tidak menyangka, ada serangan mendadak dari rekannya, dada Rambitan tertusuk tembus ke punggung. Si Orang Berpakaian Hitam menarik pedangnya dan meloncat menjauh dari arena, menggunakan ilmu peringan tubuh dengan cepat menghilang dari pandangan. Ternyata orang-orang berpakaian hitam di depan kereta juga sama, mereka meloncat mundur, meninggalkan lawannya dan secepat mungkin kabur. Menteri Supala menghampiri Putri Mawar Gadungan.“Kau tidak apa-apa, Tuan Dewangga?”“Aku baik-baik saja, Tuan Menteri, hanya sayang bocah itu harus kehilangan nyawa.”Seluruh kejadian berlangsung singkat. Bayu, Mahen dan Mawar mendatangi tempat kejadian setelah para pembunuh bayaran, orang-orang berpakaian hitam tadi, membubarkan diri. Bayu tidak mau mengambil risiko bila Mawar asli diserang mereka.“Bagaimana dengan Rambitan Paman?” tanya Bayu pada Menteri Supala.“Sebaiknya kita menjaga nama baik Perguruan Pedang Terbang. Peristiwa ini jangan sampai tersiar keluar. Anggap saja Rambitan gugur

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • Pendekar Cahaya   Malam Pertama

    Prastowo keluar dari ruangan ayahnya, perasaannya kacau, ia harus menemui Kirani. Sejak awal kedatangannya ke ibukota, Kirani tidak menyukai suasana ramai dan hiruk pikuk di pusat ibukota. Maka Prastowo menyarankan agar Kirani tinggal di paviliun miliknya di pinggiran ibukota yang lebih tenang suasananya.Prastowo memenuhi semua kebutuhan hidup Kirani, ia benar-benar jatuh cinta pada gadis bermata kelabu ini. Tapi ia belum berani menceritakan terus terang kepada ayahnya. Sekarang apalagi, ia harus menjalankan tugas dari ayahnya yang terpaksa meninggalkan Kirani.Prastowo berpamitan pada Kirani, ia tidak berani menyentuh gadis itu. Ia tahu Kirani akan mengetahui pikirannya termasuk tugas apa yang diemban dari ayahnya. Mulanya Kirani ingin ikut, tapi setelah diberi penjelasan bahwa ini adalah tugas negara, gadis ini maklum dan bersedia menunggu di paviliun ini.Prastowo lega Kirani bisa menerima alasannya. Ia berjanji akan selalu memberikan kabar melalui utusannya.Dua hari setelah peno

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • Pendekar Cahaya   Ilmu Merogoh Sukma

    Sejak kecil Raja Bhanu sangat suka merenung di taman istana. Selain suasananya tenang, taman istana juga ditata dengan amat asri dan indah.Sejak Raja Bhanu merasa kecewa pada ayahandanya, ia lebih sering terlihat termenung di taman istana. Seperti pada sore hari itu, tampak Raja Bhanu sendirian berjalan-jalan di taman istana. Di tempat terbuka yang ditanami rumput sehingga tampak seperti karpet hijau yang terbentang, ada seorang tukang kebun yang mengenakan caping lebar. Tukang kebun itu tampak serius memotong rumput hingga tidak merasa Raja Bhanu berjalan di dekatnya. Justru Raja Bhanu yang tertarik mendekatinya, karena tidak pernah melihat tukang kebun itu sebelumnya.“Hei Pak! Apakah kau tukang kebun baru? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.” Tukang kebun itu berdiri, ternyata tubuhnya pendek, kemudian membalikkan badan dan membungkukkan tubuhnya sehingga wajahnya tidak terlihat karena tertutup capingnya.“Maaf Yang Mulia, hamba tidak mengetahui kedatangan Paduka. Benar, hamb

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Pendekar Cahaya   Menyadarkan Sang Raja

    Bayu bimbang, apa yang harus dikatakannya pada Kirani. Saat terakhir pertemuannya dengan Kirani, gadis itu terang-terangan mengusirnya. Tapi kesembuhan Raja Bhanu lebih penting, akhirnya Bayu memutuskan untuk mohon bantuan pada Kirani, apa pun yang terjadi nanti.‘Tok, tok, tok’ Bayu mengetuk pintu paviliun di mana Kirani tinggal. Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat dan pintu pun terbuka. Kirani muncul dan segera mengerutkan keningnya, setelah melihat siapa yang berdiri di hadapannya.“Mau apa kau ke sini lagi! Aku tidak mau kembali ke Agartha, dan jangan ikut campur urusanku,” ucap Kirani ketus.Bayu meneguk ludah, lalu berkata, “Aku tidak bermaksud mengajakmu kembali dan tidak akan mencampuri urusanmu lagi. Aku ke sini untuk mohon bantuanmu.”“Bantuan apa?”Lalu Bayu menceritakan keadaan Raja Bhanu saat ini.“Begitulah, aku mohon bantuanmu untuk menyadarkan pikiran Raja kembali.”“Aku tidak paham tentang cara kerja ilmu hitam, kemampuanku ini kudapatkan sejak lahir, bukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Pendekar Cahaya   Terjebak

    Raja Bhanu membuka matanya, pandangannya kembali normal, tidak kosong lagi. Mawar yang dari tadi melihat semua yang dialami suaminya. Merasa terharu atas penderitaannya, ia memeluk suaminya dan meneteskan air mata.“Syukurlah Kanda, engkau sudah pulih kembali.”Raja Bhanu kebingungan, “Eh ada apa ini? Aku hanya sedikit pusing dan sekarang pun sudah tidak terasa lagi. Mengapa kau sekhawatir itu Dinda?”Raja Bhanu menoleh pada Kirani, “Terima kasih, nona Kirani, engkau memang tabib yang hebat, sebaiknya engkau mendaftar sebagai Tabib Istana.”“Terima kasih atas perhatian Yang Mulia, hamba masih ingin memperdalam ilmu pengobatan lagi.”Mawar mengantarkan Kirani hingga keluar paviliunnya, sebuah kereta sudah siap untuk mengantar Kirani. Sebelum memasuki Kereta, Kirani kembali dipeluk Mawar. Sekali lagi mawar berkata, “Terima kasih Kira, engkau telah menyelamatkan suamiku.”“Sudahlah Mawar, sudah berkali-kali engkau mengatakannya, apakah kau tidak memikirkan akibatnya setelah Yang Mulia k

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • Pendekar Cahaya   Umpan Hidup

    Bayu memperhatikan sekelilingnya. Penjara, ia berada dalam ruangan yang dikelilingi oleh tiang besi sebesar lengan orang dewasa. Penjara itu ada di tengah ruangan, di salah satu sisi ruangan ada lorong yang sepertinya menuju ke atas, kembali ke bangunan utama. Ia menyadari dirinya sudah terjebak. Dicobanya membaca mantra untuk mengaktifkan pedang cahayanya. Tidak bisa, tenaga dalamnya sama sekali tidak ada. Diulangi sekali lagi, hasilnya tetap sama, ini seperti dulu saat cakranya masih tersegel. Dengan kekuatan fisiknya, Bayu berusaha membengkokkan tiang penjara, gagal juga. Entah terbuat dari apa, tapi jelas sangat istimewa, bukan seperti besi biasa.“Ha ha ha ... , bagaimana Bayu? Masih tetap berusaha, percuma, tiang itu terbuat dari baja istimewa yang dibawa dari negeri seberang. Pedang dan golok saja tidak bisa memutusnya, apalagi tenaga biasa, sadarilah di penjara ini tenaga dalammu hilang, kau kembali seperti orang biasa.”“Sangaji, licik kau! Di mana Laras?” bentak Bayu, penuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • Pendekar Cahaya   Janji Yang Harus Ditepati

    Berhari-hari Bayu terkurung dalam penjara, sampai sekarang ia belum menemukan cara untuk lolos. Suatu saat Bayu mendengar suara derit pintu terbuka. Pasti bukan penjaga karena makanan sudah dikirim tadi. Kemudian terdengar suara Sangaji, “Lihatlah, siapa yang ada di sana.”“Bayu! Kau tidak apa-apa?” tanya Laras khawatir.“Aku tidak apa-apa, hanya penjara ini sangat aneh dan kuat, aku tidak mampu menerobosnya,” jawab Bayu.Laras kembali menghadapi Sangaji, “Bebaskan dia Aji!” bentak Laras pada Sangaji, ia sudah melepas selendangnya siap menyerang.“Ha ha ha, percuma Laras, di sini kau adalah wanita biasa. Penjaga, tangkap dia!” perintah Sangaji pada anak buahnya.Laras mencoba melawan, tapi tenaga dalamnya hilang. Serangannya lemah selayaknya wanita. Dengan mudah dua orang penjaga bertubuh kekar meringkusnya.“Bawa dia ke kamarku, ikat jangan sampai kabur! Hati-hati di luar tenaganya sangat kuat, kalian bukan lawannya.”Bayu benar-benar khawatir dengan keadaan Laras. Tapi ia tak berday

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08
  • Pendekar Cahaya   Pedang Pengisap Bintang

    Bayu ragu-ragu memegang sarung Pedang Pengisap Bintang. Sebaiknya dilemparkannya sarung pedang ini sejauh-jauhnya, supaya pengaruhnya tidak terasa lagi. Atau ia tetap menggali tanah di bawah penjara ini hingga keluar dari penjara. Pertimbangannya adalah bila sarung pedang ini kurang jauh dilemparnya maka percuma, ia tetap tidak bisa mengerahkan tenaga dalamnya. Tetapi bila ia tetap menggali tanah, kemungkinan waktunya tidak cukup, karena penjaga akan datang sore untuk mengirimkan makanan.Akhirnya diputuskan untuk mencoba meletakkan sarung pedang di salah satu sudut penjara, dan Bayu menjauhi sarung pedang itu hingga titik terjauh. Di sini dirasakannya tenaga dalamnya mulai muncul tapi tidak cukup untuk mengaktifkan pedang cahayanya. Dengan sekuat tenaga dilemparnya sarung pedang itu ke lorong ruangan, lalu Bayu berdiri pada sudut Penjara terjauh dari lorong itu.“... Deepa Akzha Agha Bhumi.” Akhir dari mantra Pedang Cahaya. Akhirnya Bayu bisa mengeluarkan Pedang Cahayanya. Dengan mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08

Bab terbaru

  • Pendekar Cahaya   Epilog

    Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu

  • Pendekar Cahaya   Tewasnya Sang Pengkhianat

    Semua orang mengalihkan pandangannya ke luar ruangan, bahkan Nayaka yang posisinya terdekat dengan pintu langsung meloncat keluar. Tapi tak ada apa pun di luar istana, suasananya tenang-tenang saja. Nayaka sadar ini pasti tipuan licik Bagaskoro lagi. Ketika ia hendak memasuki ruangan kembali dilihatnya Bagaskoro sudah menyandera Raja Bhanu dengan mencengkeram lehernya.Nayaka membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan, ia berputar menuju pintu belakang istana. Sementara Bagaskoro mengancam semua orang akan membunuh Raja Bhanu.Sang Raja berkata pada Bayu, “Adi, aku dan ayahku sudah melakukan kesalahan padamu. Bunuhlah pengkhianat ini, jangan pedulikan aku, engkau yang berhak atas takhta ini.”Bayu ragu, ia mencoba memberikan penawaran pada Bagaskoro, “Bagaskoro lepaskan Kanda Bhanu, maka aku akan membebaskan Prastowo.”Bagaskoro tertawa, “Hahaha setelah itu kau akan menyerang dan membunuhku, kau kira aku tidak tahu niat busukmu.”Bayu menjawab, “Jangan kau anggap semua orang seperti

  • Pendekar Cahaya   Pertarungan Akhir

    Bagaskoro sangat geram, giginya gemeretuk menahan emosinya, “Aku tidak peduli, akan kubunuh semua orang yang ada di ruangan ini.” Mata Bagaskoro memerah, ia sudah kehilangan nalarnya, dihunusnya pedang pengisap bintang.Bayu segera mengeluarkan sarung pedang pengisap bintang dari selongsong timah hitamnya.Bagaskoro tidak terkejut, ia sudah menduga sarung pedang itu berada di tangan musuh-musuhnya. Tapi ia tidak khawatir, karena yang terpenting adalah tenaga dalam khusus saat pedang pengisap bintang digunakan. Bagaskoro menyerahkan pedang pengisap bintang pada Ki Lurah Gondomayit, dan disuruhnya untuk menjauh. Ki Lurah mengerti maksud Bagaskoro. Ia segera menjauh agar pengaruh pedang pengisap bintang tak terasa lagi. Bagaskoro berharap Bayu akan melemparkan sarung pedangnya agar tak terkena pengaruhnya. Tapi kali ini dugaannya salah. Bayu hanya memasukkan sarung pedang itu kembali ke dalam selongsong timah hitamnya. Bagaskoro tertawa, “Hahaha, ayo kita mulai.” Ia bersiap-siap denga

  • Pendekar Cahaya   Impian Yang Kandas

    Bagaskoro mengangkat tangannya, lalu berkata dengan suara lantang, “Terima kasih saudara-saudara. Aku hanya seorang diri tidak ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan tenteram di dunia persilatan serta dengan setia menjadi penopang negeri yang kita cintai ini, Antakara.”Para penonton kembali bertepuk tangan dan berseru, “Setuju!!! Kami siap menerima perintah Ketua!”Bagaskoro sekali lagi mengangkat tangannya, “Untuk lebih menjalin keakraban di antara kita, aku mohon saudara-saudara jangan membubarkan diri dulu. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kita. Silakan dinikmati.”Di mana pun sebuah perjamuan selalu dinantikan dalam sebuah acara. Para penonton bersorak gembira, mereka merasa tidak salah mendukung Tuan Bagaskoro, yang ternyata sangat royal pada mereka.Di tengah keriuhan orang mengambil makanan, ada seorang prajurit yang baru turun dari kudanya dan berseru, “Di mana Tuan Penasihat! Cepat! Aku m

  • Pendekar Cahaya   Pemimpin Dunia Persilatan

    Keadaan menjadi gelap, lalu ‘Jboooooooom’ kilatan cahaya dari ledakan tenaga dalamnya menyilaukan mata semua orang, ketika mata mereka tertutup, tubuh mereka terpental disambar kekuatan angin panas dan bara api dari batu dan kerikil yang berhamburan menghajar mereka. Tak seorang pun yang masih bisa berdiri, Bhirowo yang terdepan merasakan pengaruh ledakan panas itu paling hebat. Ketika keadaan menjadi gelap Bhirowo tersentak, jelas ini bukan jurus sembarangan, tapi sudah terlambat, tubuhnya bagaikan masuk ke neraka, jeritannya menyayat hati, hilang sudah keangkuhannya, tubuhnya telentang melepuh dan mata terbelalak. Mulutnya masih sempat bergumam, “Jurus apa itu ...” sebelum nyawanya melayang meninggalkan raganya.***Di arena pertandingan, hari ke-tiga, dan ke-empat, Baroto berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Setelah mengalahkan Tuan Dewangga dan Bayu di hari ke-dua, berturut-turut Baroto menundukkan Tuan Paskalis, Tuan Bimantoro dan Tuan Mahesa Ludira. Sekarang tinggal tersisa Tuan

  • Pendekar Cahaya   Kamera

    Raja Darpa terkejut, ada prajuritnya yang berani memukul Prastowo. “Hei, siapa kau?”Prajurit itu dengan tenang berjalan mendekati Raja Darpa. “Maaf Yang Mulia, nama hamba Bayu Narendra. Hamba adalah Pangeran Antakara. Yang Mulia sudah menyerang negeri hamba karena terpengaruh hasutan dari Bagaskoro dan putranya Prastowo. Tunggulah sebentar, teman hamba akan segera datang membawa buktinya.”Tak seberapa lama muncullah di tengah ruangan seorang gadis cantik bermata kelabu. Ia mendekati Raja Darpa. Sang Raja terkejut. Ia mengenali gadis itu. “Bukankah kau penyusup yang mencoba meracuni aku.”Kirani membungkuk hormat, “Nama hamba Kirani Yang Mulia. Saat itu hamba hanya berkunjung ke Buntala untuk mencari Prastowo, sama sekali tidak bermaksud meracuni Paduka.”“Lalu siapa yang menaruh racun dalam minumanku?” tanya sang Raja.“Dia!” Kirani menunjuk Prastowo.“Tidak mungkin, Prastowo menantuku, untuk apa dia mencoba meracuniku?” Raja Darpa tidak percaya pada keterangan Kirani.“Sabar Yang M

  • Pendekar Cahaya   Mati Suri

    Sementara di negeri Buntala, Raja Darpa memimpin sendiri pasukannya didampingi oleh menantunya, Prastowo. Keberangkatan pasukan justru saat lewat tengah hari, mereka memperkirakan memasuki wilayah Antakara ketika matahari mulai tenggelam. Walaupun jalan masuk ke Antakara sudah disiapkan mereka tetap berusaha untuk tidak menarik perhatian penduduk. Hutan perbatasan Surya Selatan dan Surya Timur akan dijadikan markas sementara mereka sebelum menyerang ke istana.Mahen dan Nayaka yang sudah melihat pergerakan Pasukan Buntala, segera kembali untuk melaporkan hasil pengintaiannya kepada Raja Bhanu melalui pengawalnya. ***Bayu membuka matanya dan bertanya, “Di mana ini John?”“Kau baru saja kuangkat keluar dari arena pertandingan,” jawab John.Lalu Bayu bertanya lagi, “Apakah ada yang curiga dengan kematianku?”“Sepertinya tidak, salah satu juri sudah memberi tanda bahwa kau sudah mati pada Bagaskoro,” ungkap John.“Bagus! Berarti sekarang saatnya untuk rencana berikutnya,” ujar Bayu, sam

  • Pendekar Cahaya   Kalah

    Pada saat genting seperti itu, seseorang meloncat ke atas panggung, sambil berkata, “Kau sudah menang Baroto, Lepaskan Tuan Dewangga, akulah yang kau tantang sebetulnya bukan.” Bayu membungkuk hormat pada Tuan Dewangga, “Maafkan kelancanganku Paman.”“Tidak apa-apa Bayu, aku justru berterima kasih padamu, berhati-hatilah si Kodok Bau ini tenaga dalamnya sangat hebat,” jawab Tuan Dewangga lesu. Baroto tertawa bangga, lalu berkata dengan tidak sabar, “Ayo cepat! Kalau mau ngobrol di warung saja.”“Silakan Baroto, aku sudah siap,” ucap Bayu.Baroto berkata dengan pongah, “Karena kau masih muda, kuberi kesempatan untuk menyerang dulu.”Bayu tidak sungkan lagi, dari pertarungan Baroto tadi ia melihat jurus kodoknya sedikit lebih lambat bila harus berbalik arah. Karena itu Bayu langsung menggunakan jurus udara dan bergerak ringan ke belakang Baroto yang sudah memasang kuda-kuda jurus kodoknya. Tenaga dalam Bayu terkumpul di tangan membentuk bola tenaga, lalu dilontarkannya ke arah Baroto.

  • Pendekar Cahaya   Tidak Mencolok

    Pemuda itu memang Bayu, ia mendekati ujian tahap ke-dua. Dirangkulnya batu besar itu dengan kedua tangannya, lalu dikerahkannya tenaga dan batu itu pun terangkat di atas kepalanya. Bayu sengaja tidak mau menunjukkan semua ilmunya, ini adalah bagian dari rencananya. Tapi tetap saja penonton memberikan dukungannya dan saling bertanya siapakah pemuda ini.Pada ujian terakhir Bayu hanya mengambil satu pisau dan melemparkannya, tepat mengenai sasaran. Meskipun dinyatakan lolos, tapi tak ada gerakan atau hasil yang menghebohkan. Menteri Supala mendekatinya dan bertanya, “Apakah perlu kuumumkan identitasmu Bayu?”Bayu menggeleng, “Jangan Paman, cukup asal Bagaskoro tahu siapa diriku.”Maka di kalangan penonton mulai beredar desas-desus bahwa pemuda itu adalah Pangeran Bayu putra dari Raja Arkha. Berita ini pun sampai ke telinga Bagaskoro, segera ia memerintahkan orang untuk memanggil Baroto. “Sobat, pemuda yang baru saja lolos adalah targetmu. Tampaknya kali ini kau salah menilai orang. Men

DMCA.com Protection Status