Hari kedua ini, hasil pertarungan antara Rambitan dan Taruna benar-benar di luar dugaan banyak orang. Tuan Paskalis merasa heran melihat pertarungan muridnya.“Ada apa denganmu Taru? Gerakanmu lambat sekali dan serba canggung.”“Maafkan aku Guru, tapi tongkatku rasanya jadi berat, begitu juga tangan dan kakiku, seperti ada sesuatu yang membebani.”“Hmm, sepertinya ada yang aneh, mungkin ada orang yang membantu anak itu dari luar. Peringatkan Bintoro karena besok ia akan bertarung dengan bocah itu.”Pertarungan yang lain juga sudah selesai. Barada, Bintoro, dan Seruni kembali memetik kemenangan.Bayu setiap hari ada di antara penonton, ia memperhatikan jalannya pertandingan dengan saksama. Keanehan pada pertarungan antara Rambitan dan Taruna juga tak luput dari perhatiannya. Tapi tidak mungkin Perguruan Pedang Terbang akan berlaku curang dengan membantu muridnya. Kemungkinan ada orang di antara para penonton yang melakukannya.Setelah para penonton bubar, Bayu melihat Nayaka bersama Ma
“Dahulu ada tokoh ilmu hitam yang dikenal dengan sebutan Ki Gede Pancung. Ilmu kanuragannya hebat, selain itu ia juga memiliki bermacam-macam ilmu hitam. Karena sering meresahkan masyarakat dengan tindakannya menculik gadis-gadis muda, dijadikan pemuas nafsunya, kemudian dibunuh sebagai tumbal ilmunya. Raja Pramadana muda saat itu, menantang dan membunuhnya. Tapi Ki Gede Pancung ini sudah mewariskan ilmunya kepada dua orang abdinya saat itu yaitu Trenggono yang dikenal sebagai Ki Sapu Jagad dan Purboyo yang karena menjadi Lurah di daerah Gondomayit disebut Ki Lurah Gondomayit.”“Di mana kedua murid Ki Gede Pancung sekarang Paman?” tanya Bayu lagi.“Salah satunya yaitu Ki Sapu Jagad terbunuh di tangan ayahmu, Raja Arkha, sedangkan Ki Lurah Gondomayit, hingga saat ini aku tidak mengetahui jejaknya.”Bayu berpikir, “Bisa jadi Rambitan memiliki hubungan dengan Ki Lurah Gondomayit. Tetapi dalam pertandingan memang pesertanya diizinkan menggunakan ilmu apa pun. Maka Rambitan tidak bisa dian
Pertandingan tidak di awali dengan perkenalan, kedua orang sudah saling kenal. Rambitan yang merasa kemampuannya seimbang dengan Barada, belum membaca mantra untuk mengaktifkan cincinnya.Ia langsung menyerang dengan pedang terarah ke dada, gerak tipuan, karena di tengah jalan pedang mendongak ganti mengincar mata. Barada tenang ia sudah hafal dengan jurus ini. Ditangkisnya dengan jurus ‘Membuka Kipas, Menusuk Bintang’. Pedangnya menebas dari samping, kemudian digerakkan memuntir untuk melepas pedang lawan dan diakhiri dengan tusukan ke arah tenggorokan. Rambitan terkejut dengan tenaga Barada yang jauh lebih besar dibanding saat berlatih tanding, hampir saja pedangnya terlepas. Dengan gugup Rambitan meloncat mundur, maksudnya untuk membaca mantra. Tetapi Barada tidak memberi kesempatan, ia mengejar Rambitan dan terus menyerangnya dengan tenaga dan kecepatan yang sesungguhnya. Rambitan gelagapan, tidak dapat mengaktifkan cincinnya, padahal sekarang ia menyadari bahwa kemampuan Barada b
“Jadi bagaimana sebaiknya Paman?” tanya Bayu.Menteri Supala tidak menjawab, ia juga belum menemukan cara yang tepat untuk menghadapi masalah ini.Tiba-tiba Mahen bergumam, “Andai saja ada Biksu Pradipa.”Bayu menoleh ke arahnya dan memuji, “Kau memang jenius Mahen. Aku tahu yang kau pikirkan. Aku sudah mempelajari ilmu merias wajah dari Biksu Pradipa, mudah-mudahan bisa bermanfaat sekarang.”Mahen kembalj bersemangat. “Bagus Bayu! Kita tinggal mencari orang yang mempunyai bentuk tubuh seperti wanita. Tubuhmu terlalu kekar Bayu, tidak ada wanita yang sekekar ini tubuhnya.”Mereka kembali berpikir. Menteri Supala mulai menyadari arah pembicaraan kedua pemuda ini. Ia mengusulkan satu nama, “Bagaimana dengan Tuan Dewangga?”“Bagus, cocok sekali Tuan Menteri, bagaimana Bayu, apakah kau bisa merias Tuan Dewangga menjadi mirip Mawar,” tanya Mahen“Akan kuusahakan, lagi pula sebagai pengantin wanita wajahnya pasti tertutup cadar.”“Betul, tampaknya rencana ini bisa kita jalankan, aku akan me
Sama sekali tidak menyangka, ada serangan mendadak dari rekannya, dada Rambitan tertusuk tembus ke punggung. Si Orang Berpakaian Hitam menarik pedangnya dan meloncat menjauh dari arena, menggunakan ilmu peringan tubuh dengan cepat menghilang dari pandangan. Ternyata orang-orang berpakaian hitam di depan kereta juga sama, mereka meloncat mundur, meninggalkan lawannya dan secepat mungkin kabur. Menteri Supala menghampiri Putri Mawar Gadungan.“Kau tidak apa-apa, Tuan Dewangga?”“Aku baik-baik saja, Tuan Menteri, hanya sayang bocah itu harus kehilangan nyawa.”Seluruh kejadian berlangsung singkat. Bayu, Mahen dan Mawar mendatangi tempat kejadian setelah para pembunuh bayaran, orang-orang berpakaian hitam tadi, membubarkan diri. Bayu tidak mau mengambil risiko bila Mawar asli diserang mereka.“Bagaimana dengan Rambitan Paman?” tanya Bayu pada Menteri Supala.“Sebaiknya kita menjaga nama baik Perguruan Pedang Terbang. Peristiwa ini jangan sampai tersiar keluar. Anggap saja Rambitan gugur
Prastowo keluar dari ruangan ayahnya, perasaannya kacau, ia harus menemui Kirani. Sejak awal kedatangannya ke ibukota, Kirani tidak menyukai suasana ramai dan hiruk pikuk di pusat ibukota. Maka Prastowo menyarankan agar Kirani tinggal di paviliun miliknya di pinggiran ibukota yang lebih tenang suasananya.Prastowo memenuhi semua kebutuhan hidup Kirani, ia benar-benar jatuh cinta pada gadis bermata kelabu ini. Tapi ia belum berani menceritakan terus terang kepada ayahnya. Sekarang apalagi, ia harus menjalankan tugas dari ayahnya yang terpaksa meninggalkan Kirani.Prastowo berpamitan pada Kirani, ia tidak berani menyentuh gadis itu. Ia tahu Kirani akan mengetahui pikirannya termasuk tugas apa yang diemban dari ayahnya. Mulanya Kirani ingin ikut, tapi setelah diberi penjelasan bahwa ini adalah tugas negara, gadis ini maklum dan bersedia menunggu di paviliun ini.Prastowo lega Kirani bisa menerima alasannya. Ia berjanji akan selalu memberikan kabar melalui utusannya.Dua hari setelah peno
Sejak kecil Raja Bhanu sangat suka merenung di taman istana. Selain suasananya tenang, taman istana juga ditata dengan amat asri dan indah.Sejak Raja Bhanu merasa kecewa pada ayahandanya, ia lebih sering terlihat termenung di taman istana. Seperti pada sore hari itu, tampak Raja Bhanu sendirian berjalan-jalan di taman istana. Di tempat terbuka yang ditanami rumput sehingga tampak seperti karpet hijau yang terbentang, ada seorang tukang kebun yang mengenakan caping lebar. Tukang kebun itu tampak serius memotong rumput hingga tidak merasa Raja Bhanu berjalan di dekatnya. Justru Raja Bhanu yang tertarik mendekatinya, karena tidak pernah melihat tukang kebun itu sebelumnya.“Hei Pak! Apakah kau tukang kebun baru? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.” Tukang kebun itu berdiri, ternyata tubuhnya pendek, kemudian membalikkan badan dan membungkukkan tubuhnya sehingga wajahnya tidak terlihat karena tertutup capingnya.“Maaf Yang Mulia, hamba tidak mengetahui kedatangan Paduka. Benar, hamb
Bayu bimbang, apa yang harus dikatakannya pada Kirani. Saat terakhir pertemuannya dengan Kirani, gadis itu terang-terangan mengusirnya. Tapi kesembuhan Raja Bhanu lebih penting, akhirnya Bayu memutuskan untuk mohon bantuan pada Kirani, apa pun yang terjadi nanti.‘Tok, tok, tok’ Bayu mengetuk pintu paviliun di mana Kirani tinggal. Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat dan pintu pun terbuka. Kirani muncul dan segera mengerutkan keningnya, setelah melihat siapa yang berdiri di hadapannya.“Mau apa kau ke sini lagi! Aku tidak mau kembali ke Agartha, dan jangan ikut campur urusanku,” ucap Kirani ketus.Bayu meneguk ludah, lalu berkata, “Aku tidak bermaksud mengajakmu kembali dan tidak akan mencampuri urusanmu lagi. Aku ke sini untuk mohon bantuanmu.”“Bantuan apa?”Lalu Bayu menceritakan keadaan Raja Bhanu saat ini.“Begitulah, aku mohon bantuanmu untuk menyadarkan pikiran Raja kembali.”“Aku tidak paham tentang cara kerja ilmu hitam, kemampuanku ini kudapatkan sejak lahir, bukan