Beranda / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 84: Ki Boka Tahu Jati Diri Japra

Share

Bab 84: Ki Boka Tahu Jati Diri Japra

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-31 07:12:09

Sebelum Ki Boka bercerita, Japra perintahkan agar Agur dan Icok mengubur mayat-mayat di halaman itu, saat akan bergerak bangkit wajah keduanya terlihat makin pucat.

Ini tak luput dar perhatian Japra.

“Kalian kena racun, cepat minum sisa obat guru Ki Boka ini, lalu salurkan tenaga dalam kalian dan akan ku bantu dengan hawa sakti!” kata Japra, yang baru sadar keduanya pun tak lebih baik kondisinya dibandingkan Ki Boka.

Ternyata selama ini Agur dan Icok terpaksa jadi anak buah si Pendekar Gledek, setelah kena racun jahat dari pukulan pendekar pesolek itu.

Pukulan Pendekar Gledek memang mengandung racun mematikan, jahatnya lagi, racun itu tak langsung menewaskan yang kena, tapi bisa bertahan seminggu lebih atau bulanan, tergantung pukulan yang dia lesakan.

Japra pun sampai penasaran, darimana pria pesolek itu berasal, jurus-jurusnya sangat aneh dan tak dia kenal.

Tak sampai 10 menitan, keduanya juga memuntahkan isi perutnya. Hasilnya keduanya sehat kembali, bahkan tenaga mereka naik berl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 85: Berubah Jadi Padepokan Ular Putih

    Japra benar-benar bantu Ki Boka, masih untung harta-harta di sini masih banyak, Pendekar Gledek ternyata tak sempat ambil semua harta milik Ki Boka, setelah kalah dan kabur dari Japra.Dengan harta inilah K Boka mulai perbaiki padepokan tersebut, Japra bahkan turun tangan jadi pelatih semua murid-murid baru.Tapi buat Agur, Icok dan Ki Unu, Japra melatihnya secara khusus.“Nanti setelah aku pergi, kalianlah yang bantu Ki Boka, untuk melatih murid-murid di Padepokan Ular Putih ini,” kata Japra, yang di terima dengan hati suka cita ke tiganya.Japra bahkan tak sungkan sempurnakan jurus-jurus Ular Kobra Ki Boka, sekaligus ikut bantu buang racun dari jurus hebat ini di tubuh gurunya itu.Akibatnya kehebatan Ki Boka pun naik berlipat-lipat, hingga Ki Boka berseloroh, kini kebalik dia yang jadi murid Japra.“Jangan guru, bagiku guru adalah tetap guru sampai kapanpun,” ungkap Japra, hingga bikin Ki Boka makin terharu. Japra benar-benar orang yang tahu diri.Tanpa sungkan Japra pun akui kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 86: Akhirnya Berjumpa Aura Lagi

    Ingat pesan Ki Boka, Japra pun kembali berpetualang ke kerajaan Hilir Sungai, kali ini tujuannya ingin mencari Aura.Dua bulanan kemudian dia sudah berada di wilayah kerajaan yang makin maju ini. Japra tiba di sebuah kadipaten yang dulunya masuk Kerajaan Daha, tapi kini sudah jadi wilayah Kerajaan Hilir Sungai.Makin kagumlah Japra, daerah yang dulunya hanya desa kecil, kini berubah jadi kadipaten yang sangat ramai.Lalu lintas perahu di Sungai Tawilong yang merupakan anak Sungai Barito sangat ramai, aktivitas perdagangan maju pesat. Namun anehnya, sangat banyak warga kerajaan Daha yang juga berniaga dan hilir mudik di sungai ini.“Apakah Kerajaan Daha dan Kerajaan Hilir Sungai kini bersahabat?” batin Japra keheranan, sambil duduk di sebuah warung yang lumayan ramai, di pinggir Sungai Tawilong ini.Japra juga tak menyalahkan kalau kini warga di kadipaten ini lebih memilih jadi bagian Kerajaan Hilir Sungai, dibandingkan masih jadi rakyat Kerajaan Daha.“Hebat sekali Ratu Reswari,” gum

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 87: Rahasia Kalung Ki Palung

    Akhirnya dengan runtut Japra ceritakan apa yang sudah Ki Boka kisahkan padanya, tak lupa di akhir ceritanya, ia sebut padepokan Ular Hitam sudah berubah nama menjadi padepokan Ular Putih.Yang artinya berubah pula kelompok ini menjadi kelompok golongan putih, bukan lagi kelompok jahat yang suka merampok desa atau para pedagang yang lewat di wilayah kelompok ini.Aura termenung mengetahui jati dirinya yang ternyata anak kandung Ki Palung, ayahnya ternyata bukan adik kandung Ki Boka.Anehnya Aura tak merasa gembira tahu hal itu, dia malah menarik nafas panjang, seolah ada beban berat di hatinya.Japra hanya mendiamkan, melihat Aura yang tak begitu terkesan dengan pengungkapan jati dirinya tersebut.Japra lalu rengut kalung dari lehernya, inilah kalung yang selama ini melingkar dan kini dia lepas.“Aura, kalung ini dahulu pemberian Ki Palung, sudah selayaknya kamu yang miliki kalung tersebut saat ini,” cetus Japra, sambil meletakan kalung itu di meja.Aura melirik kalung itu, lalu mengge

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 88: Cinta Akhirnya Datang Juga

    Kenangan bersama Dehea yang memabukan pun terbayang di hatinya, namun perlahan bayangan Dehea lenyap, berganti dengan sosok bidadari yang tak kalah cakepnya ada di hadapannya.Bahkan di mata Japra, Aura menang segalanya…karena sejak kecil dia diam-diam menyukai gadis jelita ini.Anehnya tak lama kemudian Aura tidur dengan nyenyaknya, hingga Japra geleng-geleng kepala sendiri.Dia lalu duduk di pojokan kamar dan tenggelam dalam semedinya, untuk mengembalikan tenaganya.Setelah siang dan makan di sebuah warung, hingga menimbulkan pandangan kagum sekaligus iri semua orang, karena keduanya pasangan yang sepadan.Japra dan Aura lanjutkan perjalanan, kali ini mereka sudah berada di pesisir pantai yang sangat indah, Japra dan Aura belum pernah ke pantai dengan lautnya yang biru.Tempat ini sangat jauh dari penduduk, bahkan dari warga yang mereka tanya saat dalam perjalanan ke sini, rata-rata tak ada yang beranii datang ke sini.“Selain sangat jauh, harus di tempuh 2 harian naik kuda, atau ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 89: Badai Laut Mengamuk

    Saking asyiknya terus berciuman dan lengan Aura melingkar di leher Japra, tanpa mereka sadari cuaca berubah sangat cepat.Bulan purnama yang tadi bersinar terang kini tertutup awan hitam, angin mulai berhembus kencang.Debur ombak pun terdengar makin nyaring. Agaknya badai akan segera tiba, inilah yang tak disadari dua orang yang tengah di mabuk cinta ini.Aura makin hanyut saat tubuhnya mulai direbahkan Japra di lantai gua yang berpasir ini. Aura melenguh perlahan saat lehernya mulai di susuri mulut Japra, dia terpekik manja ketika pakaian depannya sudah terbuka dan Japra dengan lembut terus bermain-main di dua bukit kembarnya yang membusung.Aura memejamkan mata, pikirannya melayang-layang ke langit ke 7…tapi kenapa langit malah gelap, tadi kan terang, batinnya mulai menyeruak sadar?Saat itulah secara tiba-tiba terdengar bunyi menggelegar dan air laut merangsek masuk menuju di mana keduanya asyik bercumbu.Aura yang sedang menikmati cumbuan Japra kaget bukan kepalang, karena kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 90: Burung Rajawali Raksasa

    “Astagaaa…ini burung rajawali yang dulu menyerangku saat menemukan pusaka bukit meratus beberapa tahun lalu,” batin Japra yang langsung ingat kejadian mengerikan, hingga dia terjatuh dan malah berhasil temukan pusaka yang di cari semua pendekar tersebut.“Aura kamu menyingkir, ini sangat berbahaya, burung rajawali raksasa ini sangat ganas dan pemarah,” Japra mendorong Aura agar masuk kembali ke dalam depan gua.Aura tanpa di suruh 2x langsung pergi menjauh meninggalkan Japra yang kini bersiaga melihat Rajawali yang agaknya sangat murka sarangnya kedatangan tamu tak di undang ini.Japra yang menamakan jurusnya Elang Mematuk Mangsa, terinspirasi dari burung Rajawali ini tidak di nyana, hari ini dia tak sengaja kembali bertemu.Ingatan Japra sangat kuat, dia ingat warna dan bentuk burung yang ukurannya jauh lebih besar dari burung onta, dengan kepak sayap yang sangat panjang. “Ketemuan lagi sobat, tapi kali ini aku tak akan mau lagi mengalah seperti dulu, buru-buru terjun bebas!” tegu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 91: Bersahabat dengan Burung Rajawali

    “He-he..kamu lapar burung baik, baiklah, tunggu sebentar, ini makan sarapan pagimu!” Japra lalu mendekat dan dengan kelihaiannya dia melepaskan totokan itu.Dan dengan kecepatan yang bikin Japra kagum, burung rajawali ini langsung sambar ular tadi lalu dengan cakarnya mencabik-cabik dan memakannya dengan lahap, seolah-olah tak makan hingga satu bulan.Otomatis belitan si ular tad ambyar, cabikan dan gigitan burung raksasa ini membuatnya jadi santapan lezat bagi burung liar ini.Padahal memang iya, burung rajawali ini hampir 1 bulan tak memperoleh mangsa. Tubuh besarnya membuat mangsanya keburu kabur sebelum berhasil dia tangkap.Burung rajawali langka ini seekor karnivora, dia pemangsa yang tak kenal ampun. Inilah yang membuatnya dengan sangat lahap menyantap ular jenis piton itu dan menghabiskannya dalam waktu singkat.Japra hanya menonton saat si burung rajawali ini dalam waktu singkat menghabiskan ular besar tersebut.Cepat dan tak bersisa sedikitpun, benar-benar burung yang sanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 92: Kitab Pusaka Kalung Ki Palung

    “Rajawali yang baik, aku dan Aura harus pergi, kami masih ada yang di cari,” Japra bicara sambil membelai kepala burung ini.Tiba-tiba burung ini mendorong Japra, hampir saja Japra terjengkang sekaligus kaget dengan ulah burung liar ini.Aura pun ikutan kaget dan buru-buru mendekati Japra, takut sekali dia kalau rajawali ini kembali mengamuk.Tapi burung ini tak peduli, dia terus berkuik-kuik nyaring seakan ingin tunjukan sesuatu. Lama-lama Japra pun paham, dia ikuti kemana arah kepala burung ini yang seakan menuntunnya kembali ke dekat sarangnya.“Aura kayaknya dia ingin tunjukan sesuatu,” bisik Japra, Aura dengan takut-takut mengangguk. Burung Rajawali ini lalu mengais-ngaiskan cakar ke tanah yang lumayan keras, sambil kepalanya mendongak ke arah kiri Japra dan Aura. Japra dan Aura bingung dengan ulah burung ini.“Mau apa dia mengais-ngais begitu?” ceplos Aura keheranan. Japra pun sama, tak paham apa maksud burung raksasa ini.Burung ini terlihat tak sabaran, dia mendekati tanah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04

Bab terbaru

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 424: Ikut Selidiki Padepokan Ular Hitam

    “Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 423: Penolong Pangeran Daha Ternyata..?

    Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 422: Pangeran Dari Kerajaan Loksana

    Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 421: Serang Pemuda Asing

    “Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 420: Bertemu Putri Dao

    Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 418: Dua Kembar Rubah Binal

    Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 417: Ke Anehan Sang Temanggung

    “Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 416: Serangan Gelap

    Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia

DMCA.com Protection Status