Sebelum Ki Boka bercerita, Japra perintahkan agar Agur dan Icok mengubur mayat-mayat di halaman itu, saat akan bergerak bangkit wajah keduanya terlihat makin pucat.Ini tak luput dar perhatian Japra.“Kalian kena racun, cepat minum sisa obat guru Ki Boka ini, lalu salurkan tenaga dalam kalian dan akan ku bantu dengan hawa sakti!” kata Japra, yang baru sadar keduanya pun tak lebih baik kondisinya dibandingkan Ki Boka.Ternyata selama ini Agur dan Icok terpaksa jadi anak buah si Pendekar Gledek, setelah kena racun jahat dari pukulan pendekar pesolek itu.Pukulan Pendekar Gledek memang mengandung racun mematikan, jahatnya lagi, racun itu tak langsung menewaskan yang kena, tapi bisa bertahan seminggu lebih atau bulanan, tergantung pukulan yang dia lesakan.Japra pun sampai penasaran, darimana pria pesolek itu berasal, jurus-jurusnya sangat aneh dan tak dia kenal. Tak sampai 10 menitan, keduanya juga memuntahkan isi perutnya. Hasilnya keduanya sehat kembali, bahkan tenaga mereka naik berl
Japra benar-benar bantu Ki Boka, masih untung harta-harta di sini masih banyak, Pendekar Gledek ternyata tak sempat ambil semua harta milik Ki Boka, setelah kalah dan kabur dari Japra.Dengan harta inilah K Boka mulai perbaiki padepokan tersebut, Japra bahkan turun tangan jadi pelatih semua murid-murid baru.Tapi buat Agur, Icok dan Ki Unu, Japra melatihnya secara khusus.“Nanti setelah aku pergi, kalianlah yang bantu Ki Boka, untuk melatih murid-murid di Padepokan Ular Putih ini,” kata Japra, yang di terima dengan hati suka cita ke tiganya.Japra bahkan tak sungkan sempurnakan jurus-jurus Ular Kobra Ki Boka, sekaligus ikut bantu buang racun dari jurus hebat ini di tubuh gurunya itu.Akibatnya kehebatan Ki Boka pun naik berlipat-lipat, hingga Ki Boka berseloroh, kini kebalik dia yang jadi murid Japra.“Jangan guru, bagiku guru adalah tetap guru sampai kapanpun,” ungkap Japra, hingga bikin Ki Boka makin terharu. Japra benar-benar orang yang tahu diri.Tanpa sungkan Japra pun akui kalau
Ingat pesan Ki Boka, Japra pun kembali berpetualang ke kerajaan Hilir Sungai, kali ini tujuannya ingin mencari Aura.Dua bulanan kemudian dia sudah berada di wilayah kerajaan yang makin maju ini. Japra tiba di sebuah kadipaten yang dulunya masuk Kerajaan Daha, tapi kini sudah jadi wilayah Kerajaan Hilir Sungai.Makin kagumlah Japra, daerah yang dulunya hanya desa kecil, kini berubah jadi kadipaten yang sangat ramai.Lalu lintas perahu di Sungai Tawilong yang merupakan anak Sungai Barito sangat ramai, aktivitas perdagangan maju pesat. Namun anehnya, sangat banyak warga kerajaan Daha yang juga berniaga dan hilir mudik di sungai ini.“Apakah Kerajaan Daha dan Kerajaan Hilir Sungai kini bersahabat?” batin Japra keheranan, sambil duduk di sebuah warung yang lumayan ramai, di pinggir Sungai Tawilong ini.Japra juga tak menyalahkan kalau kini warga di kadipaten ini lebih memilih jadi bagian Kerajaan Hilir Sungai, dibandingkan masih jadi rakyat Kerajaan Daha.“Hebat sekali Ratu Reswari,” gum
Akhirnya dengan runtut Japra ceritakan apa yang sudah Ki Boka kisahkan padanya, tak lupa di akhir ceritanya, ia sebut padepokan Ular Hitam sudah berubah nama menjadi padepokan Ular Putih.Yang artinya berubah pula kelompok ini menjadi kelompok golongan putih, bukan lagi kelompok jahat yang suka merampok desa atau para pedagang yang lewat di wilayah kelompok ini.Aura termenung mengetahui jati dirinya yang ternyata anak kandung Ki Palung, ayahnya ternyata bukan adik kandung Ki Boka.Anehnya Aura tak merasa gembira tahu hal itu, dia malah menarik nafas panjang, seolah ada beban berat di hatinya.Japra hanya mendiamkan, melihat Aura yang tak begitu terkesan dengan pengungkapan jati dirinya tersebut.Japra lalu rengut kalung dari lehernya, inilah kalung yang selama ini melingkar dan kini dia lepas.“Aura, kalung ini dahulu pemberian Ki Palung, sudah selayaknya kamu yang miliki kalung tersebut saat ini,” cetus Japra, sambil meletakan kalung itu di meja.Aura melirik kalung itu, lalu mengge
Kenangan bersama Dehea yang memabukan pun terbayang di hatinya, namun perlahan bayangan Dehea lenyap, berganti dengan sosok bidadari yang tak kalah cakepnya ada di hadapannya.Bahkan di mata Japra, Aura menang segalanya…karena sejak kecil dia diam-diam menyukai gadis jelita ini.Anehnya tak lama kemudian Aura tidur dengan nyenyaknya, hingga Japra geleng-geleng kepala sendiri.Dia lalu duduk di pojokan kamar dan tenggelam dalam semedinya, untuk mengembalikan tenaganya.Setelah siang dan makan di sebuah warung, hingga menimbulkan pandangan kagum sekaligus iri semua orang, karena keduanya pasangan yang sepadan.Japra dan Aura lanjutkan perjalanan, kali ini mereka sudah berada di pesisir pantai yang sangat indah, Japra dan Aura belum pernah ke pantai dengan lautnya yang biru.Tempat ini sangat jauh dari penduduk, bahkan dari warga yang mereka tanya saat dalam perjalanan ke sini, rata-rata tak ada yang beranii datang ke sini.“Selain sangat jauh, harus di tempuh 2 harian naik kuda, atau ka
Saking asyiknya terus berciuman dan lengan Aura melingkar di leher Japra, tanpa mereka sadari cuaca berubah sangat cepat.Bulan purnama yang tadi bersinar terang kini tertutup awan hitam, angin mulai berhembus kencang.Debur ombak pun terdengar makin nyaring. Agaknya badai akan segera tiba, inilah yang tak disadari dua orang yang tengah di mabuk cinta ini.Aura makin hanyut saat tubuhnya mulai direbahkan Japra di lantai gua yang berpasir ini. Aura melenguh perlahan saat lehernya mulai di susuri mulut Japra, dia terpekik manja ketika pakaian depannya sudah terbuka dan Japra dengan lembut terus bermain-main di dua bukit kembarnya yang membusung.Aura memejamkan mata, pikirannya melayang-layang ke langit ke 7…tapi kenapa langit malah gelap, tadi kan terang, batinnya mulai menyeruak sadar?Saat itulah secara tiba-tiba terdengar bunyi menggelegar dan air laut merangsek masuk menuju di mana keduanya asyik bercumbu.Aura yang sedang menikmati cumbuan Japra kaget bukan kepalang, karena kedua
“Astagaaa…ini burung rajawali yang dulu menyerangku saat menemukan pusaka bukit meratus beberapa tahun lalu,” batin Japra yang langsung ingat kejadian mengerikan, hingga dia terjatuh dan malah berhasil temukan pusaka yang di cari semua pendekar tersebut.“Aura kamu menyingkir, ini sangat berbahaya, burung rajawali raksasa ini sangat ganas dan pemarah,” Japra mendorong Aura agar masuk kembali ke dalam depan gua.Aura tanpa di suruh 2x langsung pergi menjauh meninggalkan Japra yang kini bersiaga melihat Rajawali yang agaknya sangat murka sarangnya kedatangan tamu tak di undang ini.Japra yang menamakan jurusnya Elang Mematuk Mangsa, terinspirasi dari burung Rajawali ini tidak di nyana, hari ini dia tak sengaja kembali bertemu.Ingatan Japra sangat kuat, dia ingat warna dan bentuk burung yang ukurannya jauh lebih besar dari burung onta, dengan kepak sayap yang sangat panjang. “Ketemuan lagi sobat, tapi kali ini aku tak akan mau lagi mengalah seperti dulu, buru-buru terjun bebas!” tegu
“He-he..kamu lapar burung baik, baiklah, tunggu sebentar, ini makan sarapan pagimu!” Japra lalu mendekat dan dengan kelihaiannya dia melepaskan totokan itu.Dan dengan kecepatan yang bikin Japra kagum, burung rajawali ini langsung sambar ular tadi lalu dengan cakarnya mencabik-cabik dan memakannya dengan lahap, seolah-olah tak makan hingga satu bulan.Otomatis belitan si ular tad ambyar, cabikan dan gigitan burung raksasa ini membuatnya jadi santapan lezat bagi burung liar ini.Padahal memang iya, burung rajawali ini hampir 1 bulan tak memperoleh mangsa. Tubuh besarnya membuat mangsanya keburu kabur sebelum berhasil dia tangkap.Burung rajawali langka ini seekor karnivora, dia pemangsa yang tak kenal ampun. Inilah yang membuatnya dengan sangat lahap menyantap ular jenis piton itu dan menghabiskannya dalam waktu singkat.Japra hanya menonton saat si burung rajawali ini dalam waktu singkat menghabiskan ular besar tersebut.Cepat dan tak bersisa sedikitpun, benar-benar burung yang sanga