BERSAMBUNG
“Siapa nama kamu anak muda dan mau kemana?” tanya Prabu Japra lembut, Si Putul sampai melongo, saking lembutnya suara ini, dia seolah di buai saja.“Namaku Arya kek, tapi orang-orang lebih suka panggil aku si Putul? Aku hanya perantau kek!” sahut si Putul apa adanya, sambil tetap bersikap hormat.Prabu Japra saat menotok tubuh si Putul sebenarnyya kaget, tubuh remaja ini tulang pendekar dan mirip sekali dengan tubuh anaknya, Pangeran Boon Me.Bahkan ia merasa tubuh si Putul lebih hebat lagi dari tubuh anaknya yang dianggap paling sakti dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain .Tapi saat memandang wajah si Putul, Prabu Japra seakan baru nyadar, wajah si Putul agak mirip Putri Alona, tapi dalam versi laki-laki.“Ilmu kamu hebat sekali, tapi tindakan mu tadi justru bisa membahayakan diri kamu, siapakah guru kamu Arya…?” saking tak ingin menyinggung anak remaja ini, Prabu Japra malah panggil nama aslinya.Inilah yang membuat si Putul diam-diam makin kagum dan segan dengan kakek ini.“
Si Putul benar-benar berlatih dengan baik, bahkan dia makin senang tak terkira, semua jurusnya yang keliru di betulkan dengan baik Prabu Japra.Prabu Japra tentu saja tahu kalau sumber jurus-jurus milik Pendekar Gledek sama saja dengan miliknya, yakni berasal dari Ki Durga, si Dewa Persilatan.Tapi sudah di kembangkan sesuai bakat masing-masing orang menerima limpahan ilmu-ilmu silat dari sang mastero ini.Si Putul hanya istirahat kalau tubuhnya sudah sangat capek, sehingga Prabu Japra makin sayang dan suka dengan muridnya ini.“Mirip aku saat muda, tak menyerah kecuali badan sudah sangat capek,” batin Prabu Japra sambil bersemedi dan mengikuti semua gerakan silat si Putul.Prabu Japra sampai kaget saat si Putul bilang usianya baru 15 tahunan lebih 7 bulanan dan baru 10 bulanan lalu aqil baliq.Mereka bukan berlatih sehari dua hari, tapi kini sudah masuk waktu selama 2 bulanan. Soal makanan, mereka tak kekurangan, Prabu Japra beri si Putul uang buat beli makanan yang cukup buat mereka
“Kakek guru, kalau kelak aku kangen dan ingin bertemu, dimanakah aku bisa bertemu kakek guru?” teriak Si Putul, baru nyadar dia tak tahu di mana guru ke duanya ini tinggal.“Kelak kamu datanglah ke Istana Muara Sungai, kalau kamu bertemu siapapun di sana nanti, katakan saja kamu adalah murid tunggalku si Pendekar Bukit Meratus.” Terdengar sayup-sayup suara Prabu Japra, padahal orangnya sudah tak ada lagi, sampai merinding bulu kuduk Si Putul.“Gilaaa…si kakek guru ini, ternyata jauh lebih sakti dari Pendekar Gledek, guruku yang pertama! Duhh beruntungnya aku jadi murid Pendekar Bukit Meratus. Tapi aneh, kenapa kakek guru tinggal di Istana Muara Sungai?” gumam si Putul terkagum-kagum, sekaligus bingung sendiri.Di otak si Putul, yang namanya 'orang Istana' itu adalah para bangsawan dan paangeran, pakaian pasti sangat mewah dengan jubah kebesarannya yang waah dan menjuntai hingga ke lantai.Sedangkan saat berkumpul dengan Prabu Japra, sang maharaja ini hanya berpakaian ‘sederhana’ saja,
Kakek rambut riap-riapan dengan cuek duduk begitu saja di depan si Putul diikuti Putri Dao. Si Putul hanya bisa terdiam, melihat gaya cuek kedua orang ini.“Heii pelayan cepat bawa makanan yang enak-enak ke sini, buatku dan cucuku yang cantik ini, jangan lupa araknya, udah haus nih,” ceplos si kakek ini dengan suara nyaring.Tak butuh waktu lama, semua pesanan si kakek sudah memenuhi meja yang juga di tempati si Putul. “Wuiih pesannya banyak amat, emank kalian ada uang ngebayar,” terdengar suara si gigi tongos kembali ngeledek.Tapi si kakek ini beri kedipan mata ke Putri Dao dan si Putul kaget sekaligus kagum, dengan kecepatan yang luar biasa, tangan si kakek ini sukses curi 4 kantong uang milik si Tongos Cs, tanpa di sadari mereka.“Nggak usah sombong, kita liat saja nanti, apakah kalian ada uang bayar makanan kalian sendiri? Hei pengunjung semua, kalian aku traktir kalian semua. Kecuali si Tongos Cs ini,” seru si kakek ini.Maka ramailah para pengunjung warung bersorak dan kini mer
Si kakek ini…? Malah merem melek saat tubuhnya mulai di geledah, Putri Dao senyam senyum saja melihat kelakuan si kakek lucu tersebut.Bertahun-tahun ikutan merantau, dia sudah hapal luar dalam sifat si kakek tersebut.Saat itulah si Putul geleng-geleng kepala, 3 kantong uang tadi secara lihai sudah berpindah ke jubah milik si gadis cilik ini.“Sssttt kamu diam yaa, awas kalau ceriwis,” bisik Putri Dao melihat mata tajam si Putul yang kembali melihat kelakuannya.Inilah juga kehebatan Putri Dao, dia tahu kalau si Putul bukan pemuda sembarangan, sehingga dia buru-buru minta agar remaja jangkung ini jangan ikut campur. Gagal temukan kantong-kantong uangnya, si Tongos ini makin marah, apalagi si kakek dengan cueknya…kentut!Bunyinya nyaring bukan main, tepat saat si Tongos jongkok di depan pantat si kakek ini untuk menggeledah pakaiannya, maka meledaklah tawa seluruh pengunjung warung ini.Sebab saking kagetnya, si Tongsos ini sampai terjengkang ke lantai, akibat terkejut dan pastinya…
Setengah harian lebih si Putul cari-cari kemana di kakek dan Putri Dao perginya, akhirnya dia berhasil juga mengejarnya dan menemukan keduanya di sebuah hutan yang sangat jauh dari tempat tadi.Tapi Si Putul kaget bukan main, melihat si kakek ini sedang bentrok dengan dua orang yang tak di kenalnya.Lebih kaget lagi melihat Putri Dao terluka dalam lumayan dan bersandar di sebatang pohon dengan wajah pucat pasi.Sekali genjot tubuhnya, si Putul sudah berada di dekat Putri Dao. “T-tolong kakekku, dia bertemu musuh lamanya!” kata Putri Dao dan setelahnya pingsan.Si Putul tentu saja terkejut tak terkira, dia mana paham cari pengobatan melihat Putri Dao begini. Kini dia bangkit dan menatap pertarungan si kakek dan musuhnya.Dengan ketajaman matanya, Si Putul melihat kakek rambut riap-riapan ini walaupun masih tertawa-tawa, tapi kondisinya sudah kepayahan, kedua musuhnya ini sangat hebat.Berkali-kali si kakek ini harus jumpalitan menahan gempuran ke dua musuhnya yang mikin pukulan dan senj
Tanpa buang waktu si Putul patuhi ucapan si kakek ini, dia jejali paksa pil kecil ini dan akhirnya bisa tertelan juga oleh mulut kecil dengan lidah merah pink Putri Dao.Legalah hati Si Putul, kini dia menanti harap-harap cemas efek dari obat yang barusan di telan Putri Dao. Saat dia menoleh ke kakek ini, dia melihat si kakek rambut riap-riapan ini bersemedi, si Putul pun terdiam dan sabar menunggu, lalu dia termenung ingat ucapan guru keduanya, Prabu Japra.“Arya, tenaga sakti rajawali mencaplok mangsa itu, bisa kamu gunakan untuk obati orang yang terkena jurus beracun.”Si Putul kini teringat nasehat Pendekar Bukit Meratus, lalu dengan nekat dia tempelkan lengan kanannya ke dada Putri Dao, perlahan lalu mulai salurkan tenaga saktinyaSi kakek ini sempat melirik ulah si Putul, dia awalnya kaget, tapi saat melihat si Putul salurkan tenaga dalamnya si kakek ini berbalik tersenyum, lalu kembali pejamkan mata.Pelan-pelan hawa sakti yang dingin ini mulai masuk ke tubuh Putri Dao dan mak
“Hua-ha-ha…sudah ku duga, rupanya Pendekar Bukit Meratus sudah cuci otakmu, sehingga kamu jadi pendekar golongan putih. Bagus sekali, andai kamu ikuti kelakuan gurumu si Pendekar Gledek, bisa jadi kamu bakalan jadi tokoh golongan hitam yang paling menakukan dan berbahaya!” ceplos si kakek ini lega.“Rame betul, ngomongin apa sih, eh mana si gentong dan si kurus musuh kakek itu?” tiba-tiba Putri Dao ikutan nimbrung, kini dia sudah sehat seperti sedia kala.“Cucuku, si Putul ini sangat hebat sekali, dia sudah usir kedua orang itu dan jatuh ke jurang, entah apakah keduanya masih hidup ataukah sudah mati dan jadi hantu gentayangan he-he-he!” kata si kakek ini plong.“Oh yaa…wowww, ehh kaki kamu kenapa, kok hanya satu?” Putri Dao sampai menatap kaki si Putul yang hanya satu ini.“Aku sudah cacat sejak lahir…Putri Dao!” kata Si Putul pelan,“Ohh…maaf!” sahut Putri Dao langsung iba, inilah sifat unik si manja dan suka judes ini, dia gampang kasian.“Putri Dao cucuku, kamu jangan anggap remeh
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb
“Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu
Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia