“Tidak ada lagi acara merantau, 7 tahun sudah cukup, kamu akan belajar di bawah bimbingan ayah dan ibumu mulai saat ini. Kakek Slenge’an…bebas datang kapanpun dia mau ke padepokan…karena dia mulai kini jadi keluarga kita!” kata Pangeran Boon Me, sambil menahan senyum melihat betapa akrabnya anaknya ini bersama si kakek ini. “Terima kasih Pendekar Mabuk, aku pasti akan datang. Benar kata ayahmu, sudah cukup 7 tahunan kini kita merantau, saatnya kembali pulang. Eh gadis galak, siapin yaa makanan dan tempat bobo yang enak buat kakekmu ini!” sahut si kakek ini dengan rona bahagia, siapa yang bahagia, kini dirinya dianggap bukan orang lain oleh keluarga bangsawan kaya raya dan sakti ini.Harta karun yang 3 peti yang dulu ditemukan, membuat Pangeran Boon Me dan Putri Kalia jadi hartawan.Tapi ucapan si kakek ini bak petir di siang bolong di telinga Si Putul.Dia tak perhatikan lagi si kakek slenge’an yang lagi senangnya nggak ketulungan karena dianggaap keluarga sendiri oleh keluarga bangsa
Si Putul kini benar-benar dilematis, dia pun sampai minum arak hingga mabuk di sebuah warung, yang berada di desa yang ia temui sekeluar dari hutan lebat sebelumnya.Tak pernah se-ujung kuku pun dia menduga, kalau dia justru bertemu kakek dan pamannya sendiri dan ini artinya, Putri Dao serta Pangeran Durga adalah adik-adik sepupunya.“Ya Tuhan…mana aku sudah berjanji dan sumpah segala dengan guruku Pendekar Gledek akan hadapi mereka. Tapi…masa iya aku harus berhadapan dengan kakekku sendiri yang juga guru keduaku serta melawan pamanku sendiri?” batin si Putul bingung sendiri.Si Putul memang masih muda, lugu dan polos serta belum berpengalaman. Juga tak punya teman buat curhat, sehingga semuanya dia pendam sendiri.Di usianya yang jalan 16 tahunan dan tinggal 3 bulanan lagi 17 tahunan, membuat pikirannya buntu.Padahal kalau ia berpikir realistis, kenapa tidak mengunjungi kakeknya atau pamannya itu, lalu berterus terang saja, maka akan bereslah semua urusan!Tapi…itulah tadi, si Putul
Si Putul yang masih gabut, iya-iya saja di ajak mampir, masih remaja, polos dan lugu, si Putul sama sekali tak tahu kalau wanita ini sudah bersuami.Dia kaget saat melihat ART wanita ini terluka, akibat tebasan golok dari 3 perampok dan penculik tadi.Dengang tongkatnya, sekali cungkil, tubuh wanita setengah tua ini ‘terbang’ ke kasurnya dan si wanita tadi melongo melihat aksi si Putul ini.Si Putul lalu salurkan hawa saktinya, seperti yang ia lakukan pada Putri Dao sebelumnya, tak berapa lama ART ini mulai siuman.“Nyai belikan dia obat, agar luka-lukanya sembuh!” kata si Putul, si wanita ini justru diam dan bergerak, terlihat malah kebingungan.“Saya nggak punya uang lagi tuan penolong, soalnya harta kami habis di rampok. Eeh sebentar, tadi kan buntelan rampokan mereka tinggalkan di halaman, sebelum tuan penolong tendang? Aku cek dulu!”Wanita yang Putul panggil Nyai ini pun buru-buru keluar kamar dan pinggulnya yang besar, lenggang kangkung berlalu dari hadapan si remaja yang sebena
“Kenapa tegang begitu, santai sajalah,” bisik Nyai Rona, hingga Si Putul makin kebat-kebit hatinya.Bagaimanapun dia laki-laki normal, walaupun kakinya hanya satu. Tongkat satunya miliknya baik-baik saja dan pastinya....mudah tegang!“A-aanu…Ny-nyai…!” makin gugup saja si Putul, Nyai Rona makin senyum dan gemes melihat si Putul salting begitu.Tiba-tiba si Putul hampir melompat saking kaget, saat tangan Nyai Rona memegang…tongkat ajaibnya.“Ihh udah gede ajah, padahal belum di apa-apain,” desah Nyai Rona. Si Putul benar-benar mendapatkan pengalaman yang tak pernah ia impikan selama hidupnya.Makin lupa diri lagi saat bibir merah Nyai Rona mencium bibirnya. Untung saja tadi dia gosok gigi dengan akar-akaran yang bikin mulut harum dan giginya bersih.“Auuuu jangan di gigit sayang, gini caranya,” makin mesum lah Nyai Rona, yang aslinya senang bukan main malam ini dapat brondong yang masih perjaka pula.Dengan perlahan-lahan Nyai Rona mulai ajarkan bagaimana caranya berciuman.Si Putul….pe
Mudah di duga si Putul dan Nyai Rona makin mabuk saja dengan nafsu, sampai si ART yang sudah sembuh ini hanya bisa ngelus dada.Melihat nyonyah besarnya, siang malam mendesah nyaring di kamar, di hajar si Putul siang dan malam."Ihh gilee banget, sampai segitunya, tapi emank punya si Putul gede dan gampang banget naiknya, walaupun kakinya satu, tapi wajahnya tampan dan sakti lagi, wajarlah si Nyai mabuk kepayang!" batin si ART ini tertawa sendiri.Kadang si ART ini melengus saat melihat kedua orang ini tanpa malu bercinta sembarangan tempat, kadang di meja makan, kadang bahkan lagi mandi di sumur bagian belakang.Si Putul kini makin lihai mempraktekan jurus-jurus cintanya, sehingga dia makin lupa diri.Waktu memang selalu berputar, si Putul yang lupa tujuan semula, yakni cari kedua orang tuanya, tidak lagi memikirkan itu.Dia hanya ingin tuntaskan nafsunya yang makin terkendali.Si Putul terlena dengan kemolekan tubuh Nyai Rona, yang bebas dia geluti siang malam tanpa rasa capek.Ditam
Si Putul kaget bukan main, tahu-tahu di depannya sudah ada seorang kakek-kakek jangkung kurus dengan hidung agak bengkok.Bajunya ala-ala kaum pertapa, berwarna oranye agak lusuh, tubuhnya bahkan agak bungkuk saat berdiri.“Siapa kamu kek….?” Tanya si Putul masih kaget, sekaligus waspada, dia sudah merasa ilmu silatnya sangat tinggi, tapi masih tak sadar kalau ada orang yang muncul tiba-tiba di depannya saat ini.“Aku…di panggil Pendeta Kuli, asalku dari Himalaya, ke sini merantau saja,” kata si Pendeta ini sambil tawarkan sebotol arak harum buat si Putul.Putul yang sedang gabut dan makin gabut setelah kepergok mencumbu Nyai Rona, tapi malah ketahuan Ki Buntal suaminya, kini tanpa ragu menerima botol minuman tersebut.“Coba kamu cerita apa masalahnya, siapa tahu aku bisa bantu memecahkannya,” kata si Pendeta Kuli lemah lembut.Awalnya si Putul ragu, tapi mendengar suara lemah lembut dan aneh ini, dia pun akhirnya tanpa ragu mulai kisahkan pengalamannya bersama Nyai Rona.“Ho-ho-ho…bia
Si Putul membuta saja ikuti saran dari Pendekar Kuli ini, dia pun lakukan semedi selama 10 hari 10 malam, tanpa makan.Dengan kemauannya yang kuat, dia tak kesulitan melewati semedi ini. 10 hari terlewat tanpa hambatan apapun.Pendeta Kuli sampai melongo dan benar-benar kagum dengan kemauan kuat si Putul ini, sesuai janjinya, dia pun mulai ajari si Putul ilmu sihir yang hebat, yang dia katakan berasal dari leluhurnya di Himalaya.Si Putul sampai kaget, saat Pendeta Kuli keluarkan seekor ular merah dari kantong miliknya, ular ini besarnya sejempol kakinya.Cess…ular tadi dia potong kepalanya, kemudian darahnya di tampung di sebuah mangkok, hingga terisi sampai setengahnya.“Minum darah ular ini, ini akan membuat aliran darah kamu lancar, lalu dagingnya kamu bakar dan makan,” perintah Pendeta Kuli.Lagi-lagi si Putul tak ragu ikuti perintah ini, setelah minum darah ular ini, ia pun mulai memanggang daging ular merah hingga matang dan memakannya tanpa takut sedikitpun.“Hmm…enak juga, gur
Lalu si kepala rampok ini jambak rambut si pria setengah tua ini dan sekali lempar, pria tua ini terjatuh dari keretanya sendiri.“Tu-tuan jangan ambil kedua istriku, kalau tuan mau harta, ambil saja semuanya yang ada dalam kereta ini,” si pria setengah tua ini sampai menghiba dan bersujud di tanah, dia rupanya lebih sayang kedua bininya daripada harta yang ada dalam kereta.Tapi salah satu anak buah di rampok ini langsung menendangnya, hingga pria malang ini jatuh terguling-guling.Kemudian si kepala rampok ini ambil alih kendali kuda dan bermaksud akan bawa kabur kereta yang berisi dua wanita dan pasti ada harta di dalam kereta ini sekaligus.Namun anehnya, kuda ini sama sekali tak bergerak, bahkan hanya meringkik-ringkik saja, tapi tak mau bergerak.Si kepala rampok dan anak buahnya yang menaiki kuda si pengawal yang sudah mereka tewaskan ikutan heran.Tapi, jawaban itu semua ada di depan mereka, si Putul dengan tongkatnya mendekati tempat ini, sambil mengelus dua ekor kuda ini.“Ih
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb
“Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu
Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia