BERSAMBUNG
Anehnya saat saling tatap begini Prabu Harman merasa bingung sendiri, kenapa wajah tampan manis Boon Me lama-lama jadi mirip dengannya.Saling tatap beberapa detik ini bukan hanya bikin Prabu Harman aneh, Boon Me pun sebenarnya sama.Lagi-lagi dia ingat ucapan Nyai Aura dulu, yang bilang wajah mereka memang agak mirip, terlebih saat ini di mana mereka sama-sama dewasa dan…cilakanya, postur tubuh keduanya pun mirip. Setelah minum araknya dan seperti biasa berbunyi gelagak geluguk, Boon Me pun buka mulutnya.“Tuan prabu tentu masih ingat dengan anak tanggung yang halangi tuan prabu membunuh Prabu Japra secara curang bukan? Nahh anak tanggung itu sekarang ada di depanmu, Prabu Harman!” Ceplos Boon Me dengan gagah berani, sama sekali tidak ada rasa takut.Terkejut bukan main Prabu Harman, jadi inikah Boon Me, bekas murid Pangeran Gledek dan 2 Pendekar Hewan yang dikabarkan sudah tewas di buang ke jurang, setelah menghalangi niatnya untuk bunuh Prabu Japra.Kini dia tak penasaran lagi, ka
Orang yang selalu memata-matai Pendekar Mabuk akhirnya kheki sendiri, saat hari ke 4, pendekar ini gandeng mesra sinden denok itu dan membawa ke kamarnya, setelah nyanyi di warung tersebut.Pendekar Mabuk malah sengaja minta si sinden melenguh nyaring, saat mereka bercinta di kamar ini, ketika tahu dua orang ini ngintip ke kamar Pendekar Mabuk.Sehingga dua orang mata-mata ini menggerutu dan pergi begitu saja.“Dasar pendekar mabuk, alias pendekar biawak, malah enak-enakan genjot si sinden denok, mana suaranya nyaring gitu lagi, kayak kucing lagi berahi saja!” sungut kedua orang mata-mata itu.Pendekar Mabuk hanya tertawa dan minta si denok lanjutkan pijatan badannya, sambil menggenjot tubuhnya menikmati kenakalan pendekar tampan ini.Gara-gara itulah, Boon Me akhirnya putuskan mulai hari ini namanya bukan lagi Boon Me, tapi…PENDEKAR MABUK!Begitulah kelakuan pendekar ini, dia sama sekali tak memusingkan tantangan terbuka Prabu Harman, justru sengaja bikin tubuhnya rilek setiap hari di
Maka, ketika Pendekar Mabuk dengan amat lincahnya mengelak, bahkan lebih cepat dari gerakan Prabu Harman.Prabu Harman tak dapat mengendalikan dirinya lagi dan diapun terdorong oleh tenaganya sendiri.Tapi di sinilah hebatnya raja muda ini sekaligus tunjukan kematangannya, Pendekar Mabuk pun sampai kagum juga, dengan gerak kilat Prabu Harman langsung bersalto.Saat itulah Pendekar Mabuk kirim serangan balasan yang sangat dingin, sampai-sampai Pendeta Suli dan 2 Pendekar Hewan kaget sekaligus menahan nafas.Blarrrr…terdengar suara bak petir dan memekakan telinga, sebab dengan nekat begitu turun dari udara, Prabu Harman tangkis serangan hebat Pendekar Mabuk ini.Ratusan orang yang menonton dan tak kuat ilmu kanuragannya pingsan, walaupun jaraknya sangat jauh. Bunyi ini bentrokan dua tenaga dalam panas dan dingin ini hampir sama dengan suara petir menggelegar. "Aughh...!" Prabu Harman terpelanting, tapi dia kembali melempar tubuhnya ke udara dan turun ke tanah dengan tubuh bergoyang.Sat
“He-he kamu tentu lelah anak baik, istirahatlah, kami pergi dulu ya, dadahhh!” kata si Muka Kuda dan tanpa menunggu jawaban Pendekar Mabuk, keduanya langsung menghilang di balik hutan dengan sangat cepat.Kedua pendekar sakti ini aslinya gentar melawan Pendekar Mabuk. Apalagi saat melihat kesaktian mantan murid mereka, yang mampu kalahkan Prabu Harman yang terkenal miliki kesaktian luar biasa ini.Mereka terkenal pengecut dan licik, melawan saat ini sedangkan ‘mitra’ sekaligus musuh mereka Pendeta Suli sudah membawa tubuh Prabu Harman, keduanya ragu akan menang melawan Pendekar Mabuk.Tadi keduanya berharap akan keroyok Pendekar Mabuk, yang mereka ketahui bertarung dengan mantan murid mereka tersebut.Setelah kedua orang ini menghilang, Pendekar Mabuk lalu menghela nafas. Ia pun sebenarnya menderita sesak nafas, pukulan jurus mengaduk mega yang dilepaskan Prabu Harman beberapa kali menghantam tubuhnya.“Hmm…luar biasa sekali Prabu Harman ini, kehebatannya memang tinggi dan meningkat h
Dua minggu kemudian…!Kebersamaan dengan dua wanita cantik baju kuning dan baju merah berakhir, kini mereka berpisah dengan Pendekar Biawak dan kembali ke padepokan masing-masing.Senyuman tersungging di bibir keduanya, karena masing-masing bawa sekantong koin emas, setelah memberi kepuasan pada pendekar sakti tersebut.Pendekar sakti ini kembali lanjutkan perantauannya tanpa tergesa-gesa, karena selalu bertanya soal jati diri Pendekar Pulau Borneo pada beberapa orang yang ia temui.Pendekar Mabuk suatu hari melewati sebuah lembah. Ia heran sendiri, ada sebuah kemah yang berdiri dengan megahnya, lalu ada pasukan kecil yang menjaga kemah ini dengan ketat.“Kemah siapa ini, mewah sekali, di jaga ketat lagi?” batin Pendekar Mabuk heran sendiri.Keheranan pendekar ini makin menjadi, saat kemah itu terbuka dan keluarlah seorang wanita sangat cantik dan bergaya agung, walaupun sepintas sudah berumur.Sesaat Pendekar Mabuk terpesona juga menatap wanita ini, seolah seorang bidadari yang turun
Itulah ramuan ajaib yang Guru Dao berikan buat Ratu Reswari, dan saat ini, tak disangka-sangka, anak Guru Dao justru bentrok dengan anaknya, Prabu HarmanTemanggung Odol lalu bicara pelan di dekat Ratu Reswari, sehingga ratu ini mengangukan kepala. “Begini Pendekar Mabuk, sebenarnya aku sengaja menunggu kamu di sini, tujuanku adalah, agar kamu mau ke Istana sekarang juga!”“Ke istana baginda…maaf buat apa?” sahut Pendekar Mabuk hati-hati, sekaligus khawatir, jangan-jangan dia akan di tangkap, karena sudah bikin Prabu Harman keok dan terluka parah.“Karena kurasa hanya kamu yang bisa menolong anakku Pangeran Harman, pukulan panas dan dingin darimu membuat dia koma sampai saat ini, apalagi kamu turunan langsung Guru Dao, pasti mengerti ilmu pengobatan…!” kata Ratu Reswari, kini wajahnya berubah serius, terlihat ada kekhawatirana di mata yang indah ini.Kagetlah Pendekar Mabuk, ternyata efek pukulan dahsyatnya membuat Prabu Harman koma. Tapi dia merasa aneh, kenapa Ratu Reswari tetap se
Setelah tenaga dalam ini ditingkatkan, lama-lama asap ke abu-abuan berubah jadi asap tipis dan baunya berubah lagi, yakni bau harum yang jadi ciri khas bau tubuh Prabu Harman.Tubuh Prabu Harman yang dwi warna pun pelan tapi pasti kembali berubah normal.Ratu Resawari langsung ceria tak terkira, anaknya kini sudah mulai sembuh.Padahal tabib istana gagal mengobati, termasuk Pendeta Suli yang malah kena damprat Ratu Reswari, yang dianggap bawa pengaruh jelek pada anaknya ini dan sejak itu diam-diam menghilang dari Istana ini.Setelah hampir 30 menitan, Pendekar Mabuk hentikan pengobatan, pelan-pelan Prabu Harman membuka matanya.Awalnya dia kerjap-kerjapkan matanya, saat makin jelas, terlihat kekagetan di wajahnya saat menatap wajah Pendekar Mabuk di sisi kirinya.“Anakku…aahh syukurlah kamu sudah sadar,” Ratu Reswari mendekat dan membelai dahi anak ke sayangannya ini, yang ayah kandungnya masih dirahasiakan Ratu Reswari hingga saat ini.Walaupun Prabu Harman ini sudah dewasa, bagi Ratu
“Baginda pangeran, kata nenek yang menjadi pembantu ibuku, tanda ini juga di miliki oleh ayah kandung hamba yang berjuluk Pendekar Pulau Borneo..!” kata Pendekar Mabuk, hingga Pangeran Harman terhenyak.“Si-siapa namanya aslinya…?” sahut Pangeran Harman dengan suara agak gagap dan agak mendesak, sama seperti Pendekar Mabuk, hatinya juga berdebar-debar.Sebab sampai detik ini, Pangeran Harman juga sama, tak tahu siapa ayah kandungnya!Pendekar Mabuk langsung sebut nama…’Japra’! Dan makin melongolah pangeran tampan ini.“Japra…Prabu Japra, maharaja Kerajaan Muara Sungai?” seru Pangeran Harman benar-benar terkejut dengan apa yang disampaikan pendekar ini.“Baginda pangeran…kurasa paling hanya sama nama saja. Prabu Japra kan berjuluk Pendekar Bukit Meratus, sedangkan ayah kandungku berjuluk Pendekar Pulau Borneo,” kembali Pendekar Mabuk membantah Prabu Japra ayah kandung mereka.Pangeran Harman terdiam sesaat sambil menatap wajah Pendekar Mabuk, lalu menghela nafas panjang.“Boon Me, satu-
"Dia belum sembuh, masa main serobot aja! Sabar dulu, sadarkan dia terlebi dahulu. Luka dalamnya sudah kita sembuhin tadi dengan tenaga halilintar, tapi masih belum sembuh benerr tauu!” tegur Jinari, melihat Jamari sudah mulai leleran melihat si tampan ini.“Aihh udah basyaahhh aku kelessss, kapan lagi dapat pangeran setampan ini, setelah Pangeran Daha di ambil hantu di hutan itu,” sungut Jamari, lalu rapikan lagi gaunnya.Mereka pun kini mulai sadarkan Pangeran Akmal, lalu akan di jejali racun bunga mawar, agar jadi mainan mereka.Saat asyik sadarkan Pangeran Akmal ini, konsentrasi hanya fokus ke tubuh gagah dan kokoh ini, tanpa sadar, si ‘kakek pincang’ tadi sudah berada dan mengintip di dinding pondok tersebut.Tiba-tiba menyambarlah angin yang sangat dingin dan seketika Jinari dan Jamari pingsan.Si kakek yang merupakan penyamaran si Putul ini terdiam sesaat, bingung kemana akan menyembunyikan Pangeran Akmal ini.Setelah menyingkirkan tubuh kedua wanita binal ini, Pendekar Putul
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”