“Bagus Japra, hajar terusss…bikin mampus anjing-anjing itu!” teriak Nyai Rombeng beri semangat.
Dia masih sangat marah, karena dia dan murid-muridnya selain kalah juga kena pelecehan Ki Boka cs. Perbuatan yang sulit dia maafkan, karena dia seorang wanita yang sangat di hormati murid-muridnya.
Japra hanya tersenyum dan dia dengan santuy-nya malah melambaikan tangan.
Makin kheki habis Ki Boka melihat kelakuan mantan muridnya, yang kini berubah sangat sakti dan selalu mengejeknya.
Dua Kembar Setan tidak tinggal diam, mereka melakukan serangan ke Japra, dengan jari-jari terbuka mencengkeram ke arah dada Japra itu secara hebat sekali.
Gerakan mereka seimbang dan setelah mereka menyerang bersama, maka serangan itu merupakan rangkaian yang cocok dan daya serangannya luar biasa bukan main.
Japra pun berhenti main-main. Semenjak turun gunung setelah Nenek Sia, Ki Boka dan dua kembar setan inilah musuhnya yang hebat.
Ini sebu
“Maaf Nenek Sia, Nyai Rombeng, apakah kalian tahu siapa sebenarnya Putri Reswari tersebut?” Japra kini balik bertanya.Walaupun hatinya berdebar juga, bagaimanapun dia masih ingat kenangan manis bersama sang putri mantan selir tersebut.Ketika mereka memadu kasih siang dan malam, sekaligus membuat Japra jadi lelaki dewasa.“Tahu sekali Japra, beliau kan mantan selir maharaja sebelumnya dan Pangeran Kanji merebut secara paksa mahkota itu dari Pangeran Warman!” sahut Nyai Rombeng, yang diiyakan Nenek Sia.“Bukan itu maksudku Nenek Sia, Nyai Rombeng. Tapi…apakah kalian tahu penyebab Pangeran Warman digulingkan Maharaja Kanji dari tahtanya..?” Japra sengaja memancing keduanya.Kali ini Nyai Rombeng dan Nenek Sia saling tatap, lalu mereka geleng-gelengkan kepala.“Jujur Japra, 1 tahun yang lalu Putri Reswari pernah berkunjung ke sini, dia lalu cerita, kalau Pangeran Kanji sudah merebut secara tidak
Tiba-tiba datang seorang pria kurus, dia langsung marah-marah, karena uangnya habis. Mulutnya tercium bau arak.“Mana sisa uang kamu hahh, aku kalah lagi main judi!” bentak si pria ini, mengagetkan wanita setengah tua itu.“Pa uang kita sudah habis, hasil kebun dan padi semua kamu rampas buat main judi. Nih padi kita tinggal sedikit, semua kamu jual, besok-besok kita makan apa?”“Cerewet, makan batu saja habis perkara!” bentak pria tua ini. Tiba-tiba dia masuk dan saat keluar dia menyeret sekarung padi.“Pa, jangan di bawa, cuman itu sisa padi kita, tolong jangan di jual, kita bakal kelaparan paaaa...!” wanita ini menghiba, sambil menahan karung itu.Si pria ini lalu menepis tangan kurus wanita ini hingga terjengkang. Dia pun terus membawa karung tadi dan berniat menjualnya pada seorang tengkulak.Japra membiarkan orang tua ini pergi dan dia terus menatap pilu si ibu tua ini. Lalu Japra ikuti k
Dengan langkah terseok-seok, si kumis dan dua anak buahnya pergi dari hadapan Japra, semua orang yang melihat ramai bergunjing, tapi Japra tak pedulikan itu semua.Si tua Pitono dengan wajah bengkak-bengka dan badan babak bundas kini mendekati Japra, yang berdiri tenang sambil memegang kantong uang milik si Kumis tadi.“Terima kasih anak muda!” Pitono yang kagum dengan Japra ucapkan itu.“Hmm…bukannya tobat sudah tua, ternyata masih saja gila berjudi, dasar orang tua tak tahu diri. Untung saja kamu tak di bunuh sekalian atau di bikin cacat oleh si Kumis dan anak buahnya!” tegur Japra halus, lalu pergi begitu saja di hadapan Pitono.Pitono pun pulang, beberapa kali dia hampir pingsan. Namun dia tetap memaksakan diri tetap menuju rumahnya, begitu sampai di depan rumahnya, dia kaget bukan main.Pemuda tampan tadi justru sedang asyik makan bersama istrinya, lauknya pun sangat banyak dan berlebihan. Di halaman mereka ada k
Semenjak Japra kembali di rumah ini, Pitono yang kini sudah sembuh kapok tak ketulungan main judi.Itu semua gara-gara kedatangan si Kumis dan puluhan anak buahnya ke rumahnya 3 hari kemudian.Awalnya semua uang milik si Kumis yang dirampas Japra diberikan semua pada ibu angkatnya ini. Ranci tentu kaget dan senang bukan main.Kali ini Pitono tak berani macam-macam merampas uang itu. Melihat Japra pulang dan menjelma jadi pendekar hebat, membuat nyalinya ciut.Uang tadi sebagian dibangunkan untuk rehab gubuk mereka menjadi rumah lumayan bagus, itu semua atas saran Japra.“Kalau bapak kembali main judi, aku akan biarkan bapak di hajar si Kumis, ingat uang ini milik mereka, sewaktu-waktu bapak pasti mereka cari!” cetus Japra, hingga Pitono hanya diam saja, tak berani membantah.Apa yang dikatakan Japra benar-benar terjadi, si Kumis ini datang lagi dengan 10 anak buahnya 3 hari kemudian.Pitono hampir kencing di celana melihat
Pendekar Codet dan kawannya lalu permisi, Japra melihat Ki Gutui terlihat tak sabaran masuk ke kamarnya. Agaknya dia sudah lama tak keloni bini ke 7 nya ini.Dengan kelihaiannya tanpa menimbulkan suara, Japra kini berpindah dan intip lagi, di sini dia kaget saat melihat istri ke 7 Ki Gutui ternyata masih sangat muda.Bandingkan dengan Ki Gutui yang sudah berusia hampir 65 tahunan. “Maaf sayang, ada tamu tadi,” Ki Gutui dengan nafsu bak serigala mulai rayu bini ke 7 nya.Wanita muda itu agaknya itu terlihat tertekan, tanpa bersuara apapun, dia naik ke ranjang dan dengan buas Ki Gutui melepas semua pakaian istrinya.Lalu meregangkan kedua kaki istrinya yang denok dan masih belia ini. Di sinilah Japra hampir tak tahan menahan tawa, burung milik Ki Gutui yang semula tegang letoy lagi.Walaupun dia berusaha keras berkali-kali memasukannya ke dalam perabotan bini mudanya ini.Namun berkali-kali terus mencoba, tapi belalainya teta
Di saat Ki Gutui ngamuk-ngamuk pada seluruh centengnya, karena tak tahu ada ‘musuh’ masuk ke rumahnya, yang berada di desa sebelah.Japra kini sudah di rumah orang tua angkatnya dan malam ini juga dia akan pamit.“Jangan khawatir bapak dan ibu tak akan di ganggu Ki Gutui, atau si Kumis dan kaki tangannya. Japra pamit dulu, untuk cari dua orang yang di sebut Ki Gutui tersebut.”Pitono dan Rinca melepas dengan berat hati anak angkat mereka, yang sudah menjadi pemuda tampan dan pendekar yang sangat sakti ini.Apa yang dikatakan Japra benar adanya, Ki Gutui kapok dan ngeri dengan kesaktian Japra, dia justru bersyukur tak di ganggu pemuda ini.Hanya kesal bini ke 7 nya jadi dingin melayaninya, di tambah burungnya tak seperkasa saat muda. Istri ke 7 nya ini diam-diam hanya mengkhayalkan si pemuda tampan, yang nekat mencipoknya.Inilah sebabnya Pitono yang sudah tobat mabuk dan main judi serta istrinya Rinca aman-aman saja s
Dengan indahnya wanita ini bergerak cepat dan serangan itu luput. Japra yang tak keburu mencegah pun sampai heran dan kagum, kedua wanita ini bukan pendekar sembarangan.“Heeh...kamu punya kepandaian juga, rasakan ini!” Ki Birawa yang marah bersiap kembali menyerang dengan jurus yang lebih mengerikan.Tangannya sampai berbunyi kerototan, tanda sangat marah dengan kelancangan gadis cantik itu, yang mampu hindari serangannya tadi.Japra langsug berdiri dan mencegah perbuatan Ki Birawa. Dia paham, kedua wanita ini dam-diam ingin membantunya. Sehingga dia tak ingin celakakan keduanya, walaupun belum kenal siapa mereka.“Tahan guru, baiklah aku ikut guru!” Japra bersuara dan Ki Birawa lalu mengurungkan niatnya. Sambil mendelik marah pada kedua wanita ini“Awas kalian,” dengus Ki Birawa.Kedua wanita ini malah senyum saja, cuek dengan ancaman Ki Birawa ini, karena mereka belum kenal siapa tokoh golongan hi
Makin panaslah kuping Ki Birawa, pertandingan ini sebenarnya seimbang, walaupun Japra kalah pengalaman, tapi dia menang tenaga dan jurusnya lebih murni.Lama-lama Ki Birawa mulai terdesak, tapi Japra tak tega mengalahkan gurunya ini. Justru inilah kelemahannya dan berakibat jelek buatnya.Ki Birawa tahu hal ini, dia benar-benar kaget bukan kepalang, seakan dianggap remah murdinya ini. Dengan siapa Japra berguru, kenapa kini makin lihai dan hebat saja, pikirnya keheranan.“Heii bangsat kalian berdua, cepat bantu aku bunuh si murid murtad ini. Tanpa buang waktu Ki Anom dan Pendekar Codet turut mengeroyok, mereka berdua sebenarnya masih dendam dengan kekalahan hampir 7 tahunan yang lalu dengan Japra.Kini terbukalah kesempatan untuk membalas kekalahan tersebut, mereka lupakan soal kesopanan, 3 pendekar tua dan sangat ditakuti di dunia persliatan, justru mengeroyok seorang pemuda yang belum banyak pengalaman.Barulah Japra merasakan kerepotan, 3