Blarrrrr….terdengar suara sangat dahsyat, Putri Li Me saja sampai terpelanting hingga 5 meteran. Untung dia segera bersalto dan kini kembali berdiri terpentang, namun dia seolah menahan sesak di dada, di sela bibirnya ada darah menetes.Puluhan prajurit yang berada di bawah sampai pingsan, imbas pertemuan tenaga sakti ini.Bukan hanya suaranya yang menggelegar, efek pertemuan dua jurus luar biasa ini juga membuat banyak prajurit yang tak punya ilmu kanuragan rendah menggelepar lalu tewas bak ayam kena sembelih, Pertemuan tenaga dahsyat antara Japra melawan 2 pendekar hewan justru bikin melongo semuanya.Ketiga orang sakti ini sama-sama melayang dan…tertahan di udara. Masing-masing mempertahankan kekuatannya, untuk merontokan lawan. Padahal jarak mereka masing-masing masih dua meteran lagiJapra harus rasakan dua hawa sakti yang menghantam tubuhnya. Si muka monyet yang menyerang Japra dari kiri keluarkan jurus sangat panas, dan si muka kuda di kanan keluarkan jurus yang luar biasa di
Setelah totok sana sini, tapi belum juga ada perubahan malah Putri Li Me makin tambah pucat aja, seolah tak ada darah di wajahnya, Japra terdiam beberapa saat.Dia kehabisan akal bagaimana menyelamatkan Putri Li Me ini agar terhindar dari maut.Putri Li Me terkena pukulan dahsyat dari dua pendekar hewan. Semua kesaktian yang dia miliki sudah dikerahkan, tapi hasilnya nihil.Bingung bukan main Japra saat ini…!Setiap kali menatap wajah cantik Putri Li Me dalam gelap di gua ini, hatinya tak karuan, harus dia akui, selain dengan Aura, baru kali ini hatinya bergetar menatap wanita.Japra lalu bikin api unggun kecil untuk usir nyamuk, sekaligu berpikir keras bagaimana menyelamatkan Putri Li Me.Tiba-tiba dia ingat cara pengobatan melalui di kitab Pusaka Rajawali Pedang Putih, yang dulu dia temukan bersama Aura.Apakah harus aku lakukan? Jangan-jangan aku dianggap cari kesempatan..?” pikir Japra.Keraguan pun melanda hatinya. Tapi saat dia melihat kondisi Putri Li Me makin pucat, akhirnya J
“Sudah Bang…aku sudah mendingan, racun-racun dalam tubuhku sudah keluar semua!” terdengar suara Putri Li Me.“Minum pil penguat fisik ini Li Me, ini juga berguna untuk halau dan bersihkan racun yang ada dalam darahmu,” kata Japra, tanpa ragu Putri Li Me menelan pil ini.Japra lalu ambi air yang mengalir dalam gua ini, lalu dengan tangannya dia menadah dan meminumkan pada Putri Li Me, sehingga pil yang rasanya agak sepet ini mudah masuk ke dalam perutnya.Tak sampai 10 menitan, perut Li Me berbunyi kerunyukan, seperti orang lapar. Pil ini sebenarnya terbuat dari buah yang secara diam-diam Japra ambil dari warga desa primitif.Saat dia bersama Dehea tak sengaja berada di kampung primitif tersebut. Lalu Japra bikin kecil-kecil seperti pil, tapi karena sudah lama dan mengering, rasanya jadi sepet.Tak lama kemudian Putri Li Me bersemedi, untuk pulihkan tenaganya, di tambah pil penguat fisik…dan pengobatan tak biasa yang Japra lakukan, kesehatan Putri Li Me pelan tapi pasti mulai menampak
Namun keanehan ini di simpan Putri Li Me dalam hati, dia pun membersihkan perabotannya dan bersikap biasa saja saat berada di air terjun.Dan Putri Li Me harus lepas pakaiannya seluruhnya, lalu bersemedi sesuai dengan instruksi Japra, yang secara lihai kirimkan suaranya di tengah deburan bunyi suara air terjun yang memekakan telinga.Putri Li Me konsentrasi tinggi dan tak memperdulikan lagi sekitarnya, dia benar-benar fokus pada tujuannya, ingin kuasai jurus mengejar angin yang hebat itu.Tak beda jauh dengan Dehea atau Aura, Putri Li Me juga punya tekad yang sangat kuat dan tak bisa dibantah siapapun. Hari pertama, kedua dan ketiga sampai hari 6, kondisi Putri Li Me tetap kuat bertahan, Japra yang tak ‘berani’ dekat hanya memantau dari kejauhan.Walaupun hatinya cemas juga, apakah Putri Li Me mampu bertahan hingga 10 hari, sesuai pelajaran yang diberikannya.Hari ke 7, 8 dan 9 Japra mau tak mau tak berani jauh-jauh. “Jangan sampai dia terjatuh karena kehabisan energy lalu ke sungai
“Aku…sebenarnya anak dari Maharaja Daha, Prabu Kanji, dari permaisuri pertama beliau…!” sahut Japra perlahan dan menjelaskan secara singkat riwayatnya, lalu cepat-cepat tundukan wajahnya lagi. Tangannya tetap sodorkan golok emas ini ke Putri Li Me. Tiba-tiba Putri Li Me ambil golok itu dari tangan Japra, pendekar ini menunggu dengan hati tak karuan, benar-benar pasrah lehernya akan di penggal putri ini.Putri Li Me kini berdiri di depan Japra. Pendekar ini lalu pejamkan mata, dia kini benar-benar tidak melawan. Rasa bersalah membuat hatinya lemah.“Japra, bangkitlah!” terdengar suara Putri Li Me, ucapan dan intonasi suaranya persis gaya putri-putri Istana.Putri Li Me seolah pancarkan aura kebangsawaannya saat ini di depan Japra.Japra pun bangkit dan tetap menundukan wajahnya, sangat malu dia menatap wajah Putri Li Me.“Pandang wajahku, kenapa kamu bersikap banci begitu, kamu seorang pangeran, seorang pendekar sakti, sebegitu pengecutkah hingga tak berani menatapku?”Lagi-lagi
Putri Li Me 2 bulan yang lalu dengan kini berubah 180 derajat. Wajahnya makin sering tersenyum, matanya bersinar tajam bak bulan purnama bersinar.Gerakannya luar biasa cepatnya saat berlari, diapun tak lagi ngos-ngosan saat berlari di sisi Japra.Dua ilmu dahysat sudah dia kuasai, jurus Mengejar Angin dan jurus Bidadari Golok Emas. Tinggal di matangkan saja lagi, tak mustahil Putri Li Me akan menjelma menjadi pendekar wanita yang sangat hebat, tak berselisih jauh dengan Japra.Golok Emas pemberian Japra terpasang erat di pinggangnya yang ramping, kadang Putri Li Me berseloroh, inilah mahar termahal yang dia terima dari ‘suaminya’.Iya…Putri Li Me sudah anggap Japra bukan lagi kekasih, tapi suami!Si jelita ini tak sudah kadung cinta dengan Japra dan dia bertekad ‘akan melawan’ kalau di paksa harus berpisah dengan Japra dan jadi selir….ayah pendekar ini.Keduanya kadang bergandengan tangan, seakan tak mau berpisah untuk selamanya.Kini mereka menuju ke persembunyian Ki Sanus, namun me
Tapi kali ini ke 4 orang ini seakan kompak, mereka sambut serangan ini dan kini Japra harus hadapi ke 4 orang sakti ini sekaligus.Pendekar Gledek dan Sawon, termasuk guru mereka dua pendekar hewan ternyata selama ini perdalam ilmu kanuragan mereka.Dan di kerajaan Kubu Raya inilah mereka 'bersembunyi', sekaligus puas, karena apapun yang mereka inginkan di sediakan sang Maharaja di sini.Imbalannya, mereka siap melibas siapapun yang berani mengganggu kekuasaan yang maharaja ini. Hasilnya pemberontakan Pangeran Muda bersama dua orang kepercayaannya Ki Sanus dan Ki Juri selalu gagal,.Padahal mereka sudah gunakan senjata peleda yang hebat, hasil membeli dari pedagang berkulit putih. Tapi kehebatan ke 4 orang ini, membuat gerakan pemberontakan itu selalu gagal total. Selama di kerajaan ini, kehebatan mereka sebenarnya meningkat, tapi karena suka hambur-hamburkan tenaga untuk berfoya-foya.Kehebatan itu tak diimbangi dengan tenaga dalam mereka sendiri, yang terbuang percuma, karena di ha
Namun karena eufhoria kemenangan masih bergema, ulah ‘ganjil’ Japra dan Putri Li Me tak jadi perhatian berlama-lama.“Kapan mereka dekat begini…?” batin Ki Sanus dan Ki Juri saling pandang, lalu sama-sama senyum-senyum maklum.Ki Sanus dan Ki Juri tentu saja sangat menghormati keduanya, sebab keluarga-keluarga mereka yang selama ini di sandera dapat di bebaskan Japra dan Putri Li Me tanpa cedera.Tanpa diketahui kedua sejoli itu, ternyata Ki Sanus dan Ki Juri memantau aksi keduanya secara sembunyi-sembunyi.“Kita jangan berpangku tangan, kita pantau keduanya,” kata Ki Sanus saat itu, Ki Juri setuju, lalu bersama puluhan pemberontak lainnya, mereka menyaksikan aksi Japra dan Putri Li Me dari kejauhan.Mereka hanya bisa memandang kagum melihat aksi Japra, bahkan mereka juga melihat Japra ‘menolong’ Putri Li Me yang terluka dan membawa kabur dari benteng itu.Begitu tahu ke 50 orang tahanan di bebaskan Japra, Ki Sanus dan Ki Juri di bantu puluhan anak buah mereka, langsung bantu melindun
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak y
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini meng
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb