Dalam penglihatannya secara samar-samar, terbayang seorang wanita berwajah pucat. Sosok perempuan lemah gemulai sedang tersenyum sembari mengelus wajahnya.
"Maaf, karena kamu harus menikah denganku." Satu kalimat yang terucap padanya membuat sesosok pria terguncang.Begitu terbangun, ia mendapati dirinya berada di pinggir laut. Pasir berwarna terang dan panas menjadi alas tidur, lalu langit yang kebiruan di atas adalah salah satu hal yang paling disukainya.Mata berwarna hitam, segelap rawa di dasar laut itu terus memandangi langit seakan ia sedang menunggu sesuatu datang. Padahal sudah jelas tidak ada siapa pun atau apa yang akan datang kepadanya."Eh?"Ketika melihat kedua tangan dan kakinya, segera ia sadar bahwa tubuh ini tidak seperti tubuhnya yang selama ini ia ketahui."Tubuhku terasa lebih kecil dari yang aku tahu. Tunggu, apa?! Ini 'kan—!"Dalam beberapa waktu kemudian, lelaki itu tersadar sepenuhnya. Kemudian beranjak dari sana dan lekas mencari tahu daerah apa yang ia singgahi saat ini. Ia merasa familiar."Seingatku, aku berada di sini saat usiaku masih 25 tahun. Aku terdampar ke wilayah yang tidak aku kenali karena orang-orang itu membuangku ke laut!" amuknya kesal seraya melirik ke segala arah di sekitar.Rupanya ia ingat ada kejadian itu. Lantas mengapa sekarang kembali terjadi? Tidak, setelah dipikir kembali, lelaki itu kemudian menyadari ada kemungkinan hal lain yang tidak masuk akal."Aku kembali saat sebelum kehancuran keluargaku? Kenapa bisa? Ini tidak masuk akal! Tapi kalau melihat pemandangan ini semua dan tubuhku yang seolah sedikit menyusut, maka mungkin ini terjadi!"Sosoknya terpantul di air laut yang jernih, memastikan bahwa dirinya benar-benar kembali ke masa sebelum kehancurannya nanti. Orang ini adalah mantan pendekar pedang dan ahli chi. Setelah setahun menikah dengan seorang gadis, putri dari orang biasa yang bangkrut, Ayah, Ibu, lalu istri dan anaknya terbunuh oleh sekelompok berjubah dengan simbol di punggung."Aku ingat jelas, harusnya aku mati di tangan kelompok itu! Tapi sebelumnya aku dengan tetangga kurang ajar itu saling lempar batu lalu kemudian kejadian itu terjadi begitu saja."Ia berjalan mondar-mandir seperti orang yang kebingungan. Sesaat setelah lama berpikir di sana, ia kemudian berhenti karena mengingat sesuatu lain."Aku rasa tidak mungkin karena saling lempar batu dia jadi dendam dan ingin membunuh sekeluargaku. Tapi aku rasa dia juga ada di situ meskipun hanya mengejek dari belakang. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?"Kehancurannya di masa mendatang, di mana dirinya dan sekeluarga terbunuh dengan sadis justru bukan menjadi akhir baginya. Lelaki ini kembali ke masa lalu, entah apa penyebab yang sebenarnya."Kenapa bisa aku kembali ke masa lalu setelah mati? Dua tahun ke depan pun aku baru menikah, lalu setahun setelah pensiun aku mati di tangan kelompok itu."Ingatannya di masa depan tidak hilang, kini ia menjadi seseorang di masa lalu yang mengetahui masa yang akan datang. Suatu keajaiban ia kembali hidup seakan anugrah datang dan memberinya kesempatan kedua.SRAKK!Lelaki itu memukul pasir dengan amarah lantaran kematiannya begitu mengenaskan. Terlebih saat itu ia hanya bisa duduk pasrah tanpa bisa melawan mereka karena cacat."Kurang ajar. Awal dari kehancuranku sudah dimulai semenjak aku dibuang ke laut. Beruntung aku tahu siapa pelakunya, aku akan temukan dia dan menghabisinya sebelum dia membuatku cacat nanti!"Di masa kali ini, lelaki itu berencana mengubah masa depan yang jauh lebih baik agar kehancuran itu tidak akan terjadi dalam keluarganya. Dan titik awal kehidupannya saat ini adalah satu kejadian yang menjadi pemicunya."Awas kau, Wang Ji!"Tap!Tiba-tiba saja seseorang datang dari belakangnya sembari menepuk pundak. Betapa ia sangat terkejutnya karena sama tidak bisa merasakan hawa keberadaan orang ini."Musuh?!"Secara reflek, lelaki itu berbalik badan dan siap akan menyerang namun lagi-lagi ia dibuat terkejut karena orang yang datang adalah orang buta."Hei, apa kau mau kurma? Ini salah satu buah yang bisa dipanen di padang pasir. Ini enak loh."Lelaki buta yang sudah lansia mengatakan sesuatu yang tidak ia pahami sembari menawarkan suatu makanan kecil di tangannya. Ia tersenyum dan menunggu respon dari lelaki muda ini."Kau bicara apa?" tanya lelaki itu dengan bingung, sikapnya masih waspada."Oh, tunggu. Ternyata kau bukan dari daerah ini. Ya itu sudah kuduga. Seharusnya dari awal aku bicara seperti ini."Akhirnya lelaki buta mengatakan sesuatu dengan bahasa yang dipahami olehnya."Ini kurma. Buah kehidupan yang manis, cocok untukmu yang sedang letih. Ambilah," ucapnya sambil menawarkan kembali."Oh ya. Siapa namamu, bocah?" imbuhnya bertanya."Aku Wu Shi. Lalu kau sendiri siapa?" Setelah menjawab, Wu Shi lalu bertanya.Lelaki buta kembali tersenyum dan menjawab, "Aku Asyura. Aku juga punya nama lain Wang Yongchun. Lalu aku juga sering disebut Pendekar Buta, tapi untuk sekarang kebanyakan orang menyebutku sebagai, Raja Pengembara.""Sekarang adalah masa jahiliyah, masih banyak orang-orang bodoh di wilayahku. Lalu bagaimana denganmu yang terdampar sampai ke sini?" imbuhnya kembali bertanya."Aku dibuang ke laut oleh orang-orang yang iri denganku. Makanya aku harus cepat pulang dan mengurusi mereka."Kurma yang ditawari tidak disentuh olehnya sama sekali. Raja Pengembara itu lantas duduk di bebatuan sekitar sembari memakan buah-buahan tersebut."Aku akan membantumu, tapi dengan kondisi tubuhmu sekarang itu tidak mungkin.""Kenapa?" tanyanya kaget."Tubuhmu lemah. Kau yakin bisa pergi sendirian? Karena sehabis naik kapal kau belum tentu langsung sampai ke kampung halaman 'kan?"Wu Shi sejenak diam dengan mata terbelalak. Apa yang dikatakan Raja Pengembara benar adanya. Tempat ia berada seharusnya sangatlah jauh dari tempat ini maupun daratan di seberang."Lalu aku harus bagaimana?! Aku tidak bisa mengulur waktuku terlalu lama!" Wu Shi meninggikan nada suara."Mudah saja. Aku akan memperkuat fisikmu selama 7 hari."Sesuai perkataannya, Raja Pengembara membuat Wu Shi berlatih keras demi menambah kekuatan fisik, stamina dan mentalnya secara otodidak. Terlebih ia harus berlatih di bawah sinar matahari yang panas.7 hari pun berlalu, Raja Pengembara beranjak dari bebatuan, tempat duduknya."Tunggu sebentar! Apa aku hanya akan memperkuat fisik saja seperti ini? Aku tidak merasa ada perubahan sama sekali!" protesnya."Mengangkat beban berat, berlari di atas pasir, berenang dan lain halnya. Kita sudah melakukan itu semua.""Jangan memutarbalikkan fakta. Selain membuat fisikku kuat, aku juga membutuhkan seseorang untuk mengajariku teknik bela diri."Alasan mengapa Wu Shi meminta diajari teknik bela diri adalah karena ia yakin bahwa dari awal bertemu dengan Raja Pengembara, sosok pria itu sangatlah kuat meski tidak bisa melihat. Tapi, respon Raja Pengembara di luar dugaan."Alasan mengapa aku membuatmu bekerja keras adalah agar racun di dalam tubuhmu ternetralisir." Ia berkata sambil menunjuk Wu Shi dan tersenyum.Dan dalam sekejap, Raja Pengembara menghilang di depan mata. Tiba-tiba saja ia sudah berada di belakang Wu Shi dengan ujung kelima jari menyentuh lehernya."Kau sudah kuat. Sungguh kau tidak merasakan apa-apa?"Siang itu, Wu Shi tak menyangka akan dikalahkan oleh Raja Pengembara dalam sekejap mata. Terlebih, kekuatan yang meluap-luap di luar dan dalamnya, aliran chi meningkat cukup pesat."Ah, begitu. Tanpa aku sadari tenaga dalamku meningkat pesat dari yang seharusnya." Wu Shi sadar, pelatihan kerasnya bukanlah pelatihan sepele."Tapi guru, teknik—" Meski begitu ia masih meminta diajari.Raja Pengembara menyahut sebelum kalimat Wu Shi selesai, "Lagi pula, aku sudah kehilangan ilmu semenjak kembali ke negeri asalku."'Apa? Kehilangan ilmu tapi masih bisa mengalahkan aku?' batinnya bergidik, perasaan aneh ada pada dirinya.BRUK!!Wu Shi berlutut di hadapan Raja Pengembara sambil berkata dengan keras, "MAAFKAN AKU GURU! AKU SUDAH SALAH MENILAIMU. SELAMANYA TAKKAN AKU LUPAKAN HUTANG BUDI INI!"Di masa yang sebenarnya, Wu Shi tidak bertemu dengan Raja Pengembara sehingga ia tidak tahu kalau dirinya sudah terkena racun dengan efek yang sangat lambat. Lalu, ia akan kehilangan guru dari perguruan bela diri tingkat rendah serta dua guru dari perguruan tingkat menara dalam peringkat 2 & 3. Penyebab hilangnya mereka tidak diketahui olehnya sampai kehancuran dirinya itu terjadi. Tapi, sekarang ia memiliki kesempatan untuk mencari tahu serta memperbaiki apa pun yang tak sempat ia lakukan di masa sebelumnya. Wu Shi bertekad akan menguak keseluruhan janggal, termasuk melacak pergerakan kelompok berjubah dengan simbol di punggungnya. Setelah satu pekan hanya memperkuat fisik saja, Wu Shi memutuskan untuk tidak menaiki kapal untuk pulang. Berhubung tenaga dalamnya jauh lebih kuat dari yang seharusnya, sekalian saja ia menggunakan chi pedang. Pedang yang dialiri chi-nya sendiri, Wu Shi berdiri di atas pedang yang melayang itu guna menyebrangi lautan lebih cepat. Sesampainya di darata
Suatu malam, Wu Shi yang merasa bosan, memilih untuk berjalan-jalan di luar sembari menikmati angin sepoi-sepoi. Wu Shi merasa santai walau hanya sejenak saja. Tetapi ia tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal sedang bersama dengan beberapa orang tak dikenal. "Guru Lan San. Sedang apa di tempat begini?" Ia mengintip dari balik dinding, bermaksud untuk mencuri dengar percakapan mereka namun mereka telah pergi seakan mengetahui ada seseorang di sekitar mereka. "Mereka pergi begitu saja. Ini aneh. Rasanya tidak mungkin aku diketahui, aku sudah menyembunyikan keberadaanku. Atau mungkin karena mereka ingin pergi ke suatu tempat?" pikir Wu Shi. Jatuh pada hari esok, hilangnya guru di perguruan bela diri tingkat rendah akan membuat semua orang geger. Tapi malam sebelum kejadian, guru telah dibawa pergi oleh sekelompok orang yang tak jelas berasal dari mana."Tidak 'kan? Aku berpikir penyebab hilangnga guru bukan karena orang-orang itu. Karena kalau menurut masa yang sebenarnya, gur
Perguruan tingkat menara berada di depan, sementara kultus putih berada di belakang menara pada bagian puncak bukit. Sementara asrama khusus yang diperuntukkan untuk murid-murid berada di sebelah menara. Dari asrama itu, Hao Yun dan Wu Shi pergi keluar menggunakan chi pedang untuk mencapai suatu wilayah terlarang, hutan. "Kau serius ingin melakukannya di sini, Hao Yun?" tanya Wu Shi. "Kalau tidak serius, lalu untuk apa kita ke sini?""Kalau kita kena hukuman, kau yang tanggung jawab sepenuhnya.""Paling-paling hanya satu minggu. Itu tidak membuatmu kerepotan 'kan? Apalagi kau itu murid tersantai."Hao Yun benar, satu minggu adalah masa hukuman mereka usai pertarungan ini. "Ya terserah saja." Tanpa alasan yang jelas, Hao Yun meminta untuk bertarung dengannya. Meski tidak sampai mati, nyatanya pertarungan antara ahli Taichi akan membuat mereka cedera parah nantinya. Ilmu masa depan akan sangat berguna, bagi Wu Shi pertarungan ini akan mudah ia selesaikan tapi ia tidak berniat untu
Dua minggu, adalah masa hukumannya. Jujur saja Wu Shi ingin protes tapi ia tak berdaya. Sekalipun tingkat kedua menara meliriknya, ini akan sama saja karena dirinya telah melanggar hukuman meski masih dicap sebagai murid baru di Perguruan ini."Ha, ya ampun. Apanya yang satu minggu, ini bahkan lebih dari 10 hari. Ini keterlaluan," ucapnya protes namun hanya didengar oleh Hao Yun saja. "Sudahlah, mengeluh tidak akan ada yang berubah. Duduk saja sampa waktu hukuman selesai," sahut Hao Yun sembari melakukan sesuatu. "Kau ini seperti tidak punya agenda lain saja. Tapi, apa yang kau lakukan sejak tadi?" tanya Wu Shi penasaran.Hao Yun tampak seperti memukuli sesuatu dengan suatu benda di tangannya. Terlihat menumbuk dan mengaduk secara bergantian. Baunya sedikit menyengat, entah apa yang ia coba buat namun Wu Shi merasa bau ini pernah ia ketahui sebelumnya."Bau itu, mirip sekali dengan bau yang kucium di tubuh Wang Ji. Sebenarnya apa itu?""Oh, ini? Racun," jawab Hao Yun dengan mudah.
Kata-kata Hao Yun mengingatkannya akan masa depan yang hancur. Di masa yang sebenarnya, Wu Shi mati, Wu Shi akan mati. Tapi dengan suatu keajaiban ia kembali ke masa lalu dan berniat merubah masa depan dengan kesempatan kedua ini. "Jangan pernah percaya pada siapa pun. Termasuk diriku."Sesaat Wu Shi terdiam, ia mengerti itu memang yang seharusnya ia lakukan. "Kenapa begitu?" Tapi Wu Shi yang nyatanya tidak sebodoh itu justru memilih bersikap konyol. Mengatakan kalimat tanya seakan tak mengerti sembari tersenyum lebar. "Kau juga mempersiapkan penawarnya saat aku meminun racun itu. Kenapa aku harus mendengarkan perkataanmu?""Hei, kau ini dasar. Seharusnya aku tidak berbicara panjang lebar. Tapi benar deh, kau harus ingat perkataanku jika tidak mau celaka.""Iya, aku paham. Lagi pula aku akan menerapkan itu pada musuh yang akan datang.""Apa maksudmu?" tanya Hao Yun bingung."Alasanku yang protes karena hukumannya jadi dua minggu, adalah karena ingin segera bertemu dengan Ming Hao,"
"Mulai saat ini kita menjadi penjahat."Benar saja, tepat setelah mereka keluar dari asrama, semua para pengawas bahkan para pendekar yang berada satu tingkat di bawah para tingkat menara ikut turun tangan hanya untuk menangkap mereka. Kini sudah lebih dari 3 hari. Itu artinya satu minggu lewat satu hari, masa hukuman mereka masih berlanjut. Namun sepertinya hukuman itu akan ditambah bahkan mungkin lebih parah nantinya. "Kita mau bagaimana ini? Kita mungkin tidak masalah bersembunyi dari para pendekar itu. Tapi akan sangat gawat kalau yang datang mencari kita sekelas Ming Hao.""Itu memang gawat, tapi mungkin dia takkan bergerak.""Kenapa?""Karena dia bukan siapa-siapaku, untuk apa dia memikirkan diriku.""Oh, begitu." Hao Yun tampak tidak peduli dengan jawaban Wu Shi. "Lalu kau, apa kau masih berniat mengikutiku?" tanya Wu Shi."Tujuanku belum tercapai, jadi aku harus mengikutimu. Ada masalah?""Tidak juga. Ada orang lain yang membantu, jujur itu membuatku tenang. Tapi aku akan k
Ming Hao dan pria bertopeng itu saling mengangkat pedang dan mengayunkannya. Saling menyerang dengan niat membunuh. Situasi saat ini sulit dijelaskan mengapa ini bisa terjadi, lantaran permasalahan inti yang berkaitan dengan kultus masih belum terlihat jelas. "Jangan menyentuh pria itu. Dia adalah pria yang pantas mewarisi kursi pemimpin.""Omong kosong. Pria seperti itu bisa diharapkan? Jangan bercanda, kalau ingin bercanda yang sewajarnya saja Ming Hao!" sahutnya menegas."Aku tidak sedang bercanda. Aura-nya memperlihatkan bahwa dirinya bisa mengubah kultus busuk ini," katanya dengan menyeringai."Ming Hao! Melihatmu yang adalah temanku, tadinya aku ingin kembali membujukmu tapi jika kau terus membela pria itu, maka aku tak punya pilihan lain."BRAK!!Saat itulah Wu Shi datang, pria bertopeng yang terkejut pun segera mengarahkan langkah kakinya tuk menuju ke arah pria tersebut. Ming Hao menghalangi jalannya namun beberapa orang berjubah datang dari belakangnya. Kedatangan mereka s
Pada malam ini, banyak sekali kejadian tak terduga. Termasuk kebenaran mengenai pria bertopeng itu ternyata adalah musuh di balik selimut. Dalam beberapa waktu, tekanan aura muncul, pergolakan chi terus membumbung kuat dan kemudian menghilang begitu saja. Sesaat Wu Shi terdiam kaget, jantungnya masih berdegup kencang, keringat dingin bercucuran. Kakinya pun masih gemetar karena merasakan aura tersebut. "Tidak, guru Ming Hao!" Ketika dedaunan bergemerisik, jauh di sana terdapat seorang pria yang tergelatak bersimbah darah. Wu Shi sangat mengenalnya dan ia pun bergegas menuju ke sana. "Itu kau ...Wu Shi?" panggilnya lemah."Guru, guru apa yang terjadi?" "Hei, kita belum resmi menjadi guru dan murid tapi kau sudah memanggilku guru?""Itu tidak penting. Sekarang katakan di mana dia? Apa kau sudah mengalahkannya? Atau justru sebaliknya?" tanya Wu Shi. Ming Hao diam sejenak sebelum mengatakan sesuatu. Ia melirik ke arah samping kanannya lalu kembali bertatapan dengan Wu Shi. "Dia me
Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela
Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing
Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L
Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be
Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak
Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta
Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas
Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba
Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit