Beranda / Pendekar / Pendekar Bertongkat Menuju Puncak / Bab 4. Pertarungan Ahli Pedang

Share

Bab 4. Pertarungan Ahli Pedang

Penulis: Ndaka
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-10 09:46:12

Perguruan tingkat menara berada di depan, sementara kultus putih berada di belakang menara pada bagian puncak bukit. Sementara asrama khusus yang diperuntukkan untuk murid-murid berada di sebelah menara.

Dari asrama itu, Hao Yun dan Wu Shi pergi keluar menggunakan chi pedang untuk mencapai suatu wilayah terlarang, hutan.

"Kau serius ingin melakukannya di sini, Hao Yun?" tanya Wu Shi.

"Kalau tidak serius, lalu untuk apa kita ke sini?"

"Kalau kita kena hukuman, kau yang tanggung jawab sepenuhnya."

"Paling-paling hanya satu minggu. Itu tidak membuatmu kerepotan 'kan? Apalagi kau itu murid tersantai."

Hao Yun benar, satu minggu adalah masa hukuman mereka usai pertarungan ini.

"Ya terserah saja."

Tanpa alasan yang jelas, Hao Yun meminta untuk bertarung dengannya. Meski tidak sampai mati, nyatanya pertarungan antara ahli Taichi akan membuat mereka cedera parah nantinya.

Ilmu masa depan akan sangat berguna, bagi Wu Shi pertarungan ini akan mudah ia selesaikan tapi ia tidak berniat untuk memenangkan pertarungan.

Seperti Hao Yun yang mengajaknya bertarung di luar ruangan, Hao Yun pula lah yang mengambil langkah pertama nan cepat. Dalam sekejap, ia sudah berada di depan mata Wu Shi.

Wu Shi pun segera menundukkan kepalanya demi menghindari ujung pedang itu, dengan kedua tumit kaki yang menahan tubuhnya, Wu Shi mengambil kesempatan untuk menyerang titik buta atau kelengahan Hao Yun saat menyerang.

BUAKKK!

Tanpa pedang, Wu Shi memukul bagian perut Hao Yun sekuat tenaga lantas ia kembali mundur sementara pria dengan tatapan culas duduk tak berdaya.

"Kau pandai sekali memanfaatkan celahnya. Yah, siapa pun akan melakukan itu tapi kenapa kau tidak menggunakan pedang?"

"Saat ini aku hanya membawa pedang pemberian, berbeda sepertimu yang sering turun kelas karena suka mengajak orang bertarung, aku belum diperbolehkan membawa pedang."

"Oh ya, lalu apa itu?"

Hao Yun kembali bangkit sembari menunjuk ke arah pinggang Wu Shi. Sesaat situasi menghening. Wu Shi memang membawa pedang pemberian secara diam-diam.

"Kau benar. Aku masih membawa pedang ini, dan kupikir semua orang mengacuhkannya karena tahu aku bukan murid biasa sepertimu."

"Kau tukang bolos di perguruan tingkat rendah, 'kan!"

"Rupanya kau tahu ya. Duh, aku jadi malu nih."

Wu Shi berpikir dalam batin, 'Yang sebenarnya, aku membawa pedang dari ruangan guru Ming Hao, tapi sekarang berbeda, aku memiliki pedang pemberian Raja Pengembara. Tapi entahlah, kupikir takkan ada bedanya. Karena aku dikalahkan di masa sebelumnya, maka di sini juga.'

Klang!!!!

Suara di antara kedua pedang yang saling menghentak, bilah tajam mengiris kulit yang begitu dekat dengannya. Mereka yang saling beradu kekuatan chi, mulai merasakan tekanan masing-masing hingga kaki pun terperosok masuk ke dalam tanah.

"Apa kau mulai serius?"

"Tentu saja!"

Selang beberapa detik, keduanya saling menghempaskan satu sama lain yang kemudian mereka sama-sama terdorong ke pohon besar. Napas tersengal-sengal berat, tampaknya baik Wu Shi maupun Hao Yun terluka di bagian dalam.

"Persis seperti sebelumnya. Dengan serangan terakhir setelah ini, semua akan berakhir. Aku bisa saja menghindarinya namun takkan aku lakukan agar persis seperti sebelumnya."

Tidak ada niat menang ataupun kalah, Wu Shi bahkan tak berniat mengubah kejadian ini karena takut akan berdampak pada masa depan yang akan datang.

"Kemarilah, Hao Yun!" teriak Wu Shi kembali berdiri.

"Rasanya semakin menyenangkan! Aku beruntung bisa menguji kekuatanku padamu, Wu Shi!" pekik Hao Yun bersemangat, tatapan mata itu tidak berubah, selain ia tersenyum lebar.

Berlangsung selama setengah jam, diakhiri dengan sabetan pedang menyayat pundak ke bawah Wu Shi. Pertarungan ini berakhir tidak seimbang, itulah yang dirasakan Hao Yun.

"Aku merasa kau bisa menghindari seranganku. Tapi kenapa kau tidak menghindar?"

"Tidak, aku tidak bisa."

"Kupikir akan menarik. Dari auramu, kau sudah jauh berada di atasku."

"Apa yang kau maksud? Aku tidak bisa menghindar serangan tipuanmu tahu."

Wu Shi menggelengkan kepala lalu kembali berdiri setelah jatuh. Hao Yun menarik pedangnya. Wajah yang merasa bosan itu terlihat sangat jelas. Wu Shi bingung harus menjelaskan apa dan bagaimana.

"Aku tanya, apa kau mengalah?"

'Tak kusangka dia akan jadi securiga ini. Dia terlalu peka dan paham saat melihat chi.' Wu Shi membatin, semakin bingung bagaimana jawabnya.

"Hei, Wu Shi! Jawab!"

"Tidak, kok. Aku hanya sedikit lengah, makanya kau bisa menang. Tapi aku takkan meminta pengulangan, meski staminaku masih banyak."

"Lengah ya? Jika dipikir itu masuk akal. Aku menggunakan gerakan tipuan agar kau fokus pada tangan kananku. Aku ini sebenarnya kidal."

Wu Shi diam dengan mata terbelalak kaget. Fakta itu baru saja ia ketahui.

"Kalau kau kidal, lalu kenapa kekuatan tangan kanan dan kirimu itu sama?"

"Memang, aku kidal tapi bukan berarti aku tidak bisa menggunakan tangan kanan. Bisa dibilang, aku lebih bisa menggunakan tangan kiri daripada kanan," ungkap Hao Yun.

"Intinya kau bisa menggunakan kedua tanganmu dengan nyaman. Lalu, kau mau apa?"

"Apa? Aku sudah puas. Alasanku mengajakmu bertarung adalah karena ingin menguji kekuatanku," ucap Hao Yun seraya mengepalkan tangan.

"Menguji ya? Apa aku selayak itu untuk dijadikan lawanmu?"

"Kupikir layak saja. Tapi aku merasa tidak puas karena kau lengah."

Tatapan itu kembali mengarah padanya, tatapan tajam dan culas itu benar-benar membuat orang tidak nyaman.

"Aku tidak menerima protesmu. Lagi pula aku datang ke Perguruan bukan untuk meladenimu." Namun Wu Shi berani menjawab dengan ketus, ia lantas berbalik badan dan pergi.

Hao Yun, untuk saat ini Wu Shi masih belum mengetahui sifat atau latar belakang orang ini. Yang ia ketahui saat ini hanyalah pria yang memiliki kekuatan hampir setara dengannya. Usianya lebih muda dari Wu Shi. Selain itu ia tidak tahu apa-apa.

"Hao Yun, aku tidak pernah merasa ingin tahu sesuatu tentangnya. Lagi pula ini akan jadi pertemuan akhirku, tak lama lagi aku akan naik ke lantai atas dan Ming Hao akan menjadi guruku." Wu Shi bergumam.

***

Tapi, sebelum itu terjadi, Wu Shi harus menerima hukuman bersama Hao Yun atas pelanggaran,[Bertarung tanpa ijin dan keluar dari wilayah asrama.]

Wu Shi dan Hao Yun duduk menekuk kedua kakinya di atas tanah. Keduanya menundukkan kepala sembari meminta maaf dengan tulus.

"Maafkan kami!"

"Selama dua minggu ke depan, kalian tidak boleh keluar dari asrama. Belajar pun dilakukan di dalam kamar kalian. Lalu, selama 24 jam kalian akan diawasi. Jangan harap kalian bisa melarikan diri!"

Di sela-sela ocehan seorang pria tua selagi penanggung jawab murid lantai 5, Wu Shi mengajukan protes berat.

"Apa? 2 minggu? Jangan, guru! Tolong 1 minggu saja!" pinta Wu Shi kurang ajar.

"APA KATAMU?!" sahutnya dengan berteriak.

2 minggu adalah waktu di mana Ming Hao akan menghilang. Itu waktu yang terlalu lama.

"Di masa itu, seharusnya 1 minggu adalah waktu hukuman, lalu 2 hari aku masuk ke lantai dua dan bertemu guru Ming Hao. Seharusnya begitu tapi—" gerutu Wu Shi seraya menggigit jari.

"Kau bilang apa barusan, Wu Shi? Sepertinya aku mendengar sesuatu," tanya seorang guru yang sedang menghukumnya.

"Ah, tidak, tidak!" Wu Shi melambaikan tangan dengan panik.

Bab terkait

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 5. Masa Hukuman

    Dua minggu, adalah masa hukumannya. Jujur saja Wu Shi ingin protes tapi ia tak berdaya. Sekalipun tingkat kedua menara meliriknya, ini akan sama saja karena dirinya telah melanggar hukuman meski masih dicap sebagai murid baru di Perguruan ini."Ha, ya ampun. Apanya yang satu minggu, ini bahkan lebih dari 10 hari. Ini keterlaluan," ucapnya protes namun hanya didengar oleh Hao Yun saja. "Sudahlah, mengeluh tidak akan ada yang berubah. Duduk saja sampa waktu hukuman selesai," sahut Hao Yun sembari melakukan sesuatu. "Kau ini seperti tidak punya agenda lain saja. Tapi, apa yang kau lakukan sejak tadi?" tanya Wu Shi penasaran.Hao Yun tampak seperti memukuli sesuatu dengan suatu benda di tangannya. Terlihat menumbuk dan mengaduk secara bergantian. Baunya sedikit menyengat, entah apa yang ia coba buat namun Wu Shi merasa bau ini pernah ia ketahui sebelumnya."Bau itu, mirip sekali dengan bau yang kucium di tubuh Wang Ji. Sebenarnya apa itu?""Oh, ini? Racun," jawab Hao Yun dengan mudah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 6. Pemberontakan

    Kata-kata Hao Yun mengingatkannya akan masa depan yang hancur. Di masa yang sebenarnya, Wu Shi mati, Wu Shi akan mati. Tapi dengan suatu keajaiban ia kembali ke masa lalu dan berniat merubah masa depan dengan kesempatan kedua ini. "Jangan pernah percaya pada siapa pun. Termasuk diriku."Sesaat Wu Shi terdiam, ia mengerti itu memang yang seharusnya ia lakukan. "Kenapa begitu?" Tapi Wu Shi yang nyatanya tidak sebodoh itu justru memilih bersikap konyol. Mengatakan kalimat tanya seakan tak mengerti sembari tersenyum lebar. "Kau juga mempersiapkan penawarnya saat aku meminun racun itu. Kenapa aku harus mendengarkan perkataanmu?""Hei, kau ini dasar. Seharusnya aku tidak berbicara panjang lebar. Tapi benar deh, kau harus ingat perkataanku jika tidak mau celaka.""Iya, aku paham. Lagi pula aku akan menerapkan itu pada musuh yang akan datang.""Apa maksudmu?" tanya Hao Yun bingung."Alasanku yang protes karena hukumannya jadi dua minggu, adalah karena ingin segera bertemu dengan Ming Hao,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 7. Melarikan Diri dan Pergi

    "Mulai saat ini kita menjadi penjahat."Benar saja, tepat setelah mereka keluar dari asrama, semua para pengawas bahkan para pendekar yang berada satu tingkat di bawah para tingkat menara ikut turun tangan hanya untuk menangkap mereka. Kini sudah lebih dari 3 hari. Itu artinya satu minggu lewat satu hari, masa hukuman mereka masih berlanjut. Namun sepertinya hukuman itu akan ditambah bahkan mungkin lebih parah nantinya. "Kita mau bagaimana ini? Kita mungkin tidak masalah bersembunyi dari para pendekar itu. Tapi akan sangat gawat kalau yang datang mencari kita sekelas Ming Hao.""Itu memang gawat, tapi mungkin dia takkan bergerak.""Kenapa?""Karena dia bukan siapa-siapaku, untuk apa dia memikirkan diriku.""Oh, begitu." Hao Yun tampak tidak peduli dengan jawaban Wu Shi. "Lalu kau, apa kau masih berniat mengikutiku?" tanya Wu Shi."Tujuanku belum tercapai, jadi aku harus mengikutimu. Ada masalah?""Tidak juga. Ada orang lain yang membantu, jujur itu membuatku tenang. Tapi aku akan k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-14
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 8. Pria Bertopeng

    Ming Hao dan pria bertopeng itu saling mengangkat pedang dan mengayunkannya. Saling menyerang dengan niat membunuh. Situasi saat ini sulit dijelaskan mengapa ini bisa terjadi, lantaran permasalahan inti yang berkaitan dengan kultus masih belum terlihat jelas. "Jangan menyentuh pria itu. Dia adalah pria yang pantas mewarisi kursi pemimpin.""Omong kosong. Pria seperti itu bisa diharapkan? Jangan bercanda, kalau ingin bercanda yang sewajarnya saja Ming Hao!" sahutnya menegas."Aku tidak sedang bercanda. Aura-nya memperlihatkan bahwa dirinya bisa mengubah kultus busuk ini," katanya dengan menyeringai."Ming Hao! Melihatmu yang adalah temanku, tadinya aku ingin kembali membujukmu tapi jika kau terus membela pria itu, maka aku tak punya pilihan lain."BRAK!!Saat itulah Wu Shi datang, pria bertopeng yang terkejut pun segera mengarahkan langkah kakinya tuk menuju ke arah pria tersebut. Ming Hao menghalangi jalannya namun beberapa orang berjubah datang dari belakangnya. Kedatangan mereka s

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 9. Wasiat Terakhir

    Pada malam ini, banyak sekali kejadian tak terduga. Termasuk kebenaran mengenai pria bertopeng itu ternyata adalah musuh di balik selimut. Dalam beberapa waktu, tekanan aura muncul, pergolakan chi terus membumbung kuat dan kemudian menghilang begitu saja. Sesaat Wu Shi terdiam kaget, jantungnya masih berdegup kencang, keringat dingin bercucuran. Kakinya pun masih gemetar karena merasakan aura tersebut. "Tidak, guru Ming Hao!" Ketika dedaunan bergemerisik, jauh di sana terdapat seorang pria yang tergelatak bersimbah darah. Wu Shi sangat mengenalnya dan ia pun bergegas menuju ke sana. "Itu kau ...Wu Shi?" panggilnya lemah."Guru, guru apa yang terjadi?" "Hei, kita belum resmi menjadi guru dan murid tapi kau sudah memanggilku guru?""Itu tidak penting. Sekarang katakan di mana dia? Apa kau sudah mengalahkannya? Atau justru sebaliknya?" tanya Wu Shi. Ming Hao diam sejenak sebelum mengatakan sesuatu. Ia melirik ke arah samping kanannya lalu kembali bertatapan dengan Wu Shi. "Dia me

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 10. Dijatuhi Hukuman

    Hilangnya Ming Hao berubah menjadi kematiannya. Situasi yang tak terduga kerap terjadi pada beberapa titik dalam pengulangan waktu ini. Sejujurnya Wu Shi hampir tak sanggup, ia ingin menyerah namun saat melihat jasad Ming Hao, Wu Shi menutup mata. "Aku sungguh bodoh," katanya yang menghina dirinya sendiri. "Jangan berkata seperti itu, Wu Shi. Kematiannya itu tidak terduga bukan? Kita mana tahu kalau musuhnya ternyata ada di dalam tingkat menara selama ini," ucap Hao Yun menenangkan."Ada satu hal yang perlu aku katakan padamu, Hao Yun.""Oh, ya? Apa itu?" "Musuhmu, adalah orang yang berada di peringkat pertama dalam tingkat menara 'kan?""Iya. Dia memakai topeng itu. Gaya berpedang dan cara dia berjalan, semua sama. Jadi aku tidak salah mengira," tuturnya.Wu Shi menjelaskan, "Dia hanya peringkat pertama bayangan, karena sejak awal peringkat pertama itu tidak ada dan dia yang sebenarnya berada di peringkat terakhir."Sontak saja Hao Yun sangat terkejut. Ia sampai bingung harus berk

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 11. Datangnya Serangan Para Pembunuh

    Penyebab semua ini terjadi karena konflik dari dalam kultus putih. Wu Shi di tahan, ia kini diduga sebagai pelaku di balik semua kejadian pada malam itu tapi seorang pendekar tingkat menara menyangkal dan mengatakan bahwa Wu Shi takkan mampu melakukan itu semua. Setelah berupaya membela Wu Shi, kini akhirnya pemimpin kultus mulai melunak. Pemimpin kultus tampaknya sedang berpikir tentang apa yang akan dilakukannya pada Wu Shi. "Dengan kekuatannya, dia akan mampu menopangku? Huh," gumamnya sembari menatap tajam. "Kalau kau segitunya membela dia, maka mau bagiamana lagi. Lagi pula orang sepertinya tak mungkin bisa membunuh seorang tingkat superior.""Kalau begitu Anda—""Tapi tetap akan aku beri hukuman padanya. Wu Shi, melihat kau yang ingin melarikan diri dari hukuman pengurungan dalam asrama, maka kau akan diasingkan selama dua tahun."Apa pun kenyataannya, Wu Shi tetap tak terelakkan dari hukumannya sendiri. Wu Shi sendiri sadar, rasanya tak mungkin menghindari semua yang ingin d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 12. Seorang Petani

    Sedikit demi sedikit Wu Shi melakukan perlawanan yang cukup memuaskan. Senjata pedang, tombak, panah racun dan lain sebagainya telah ia hadapi dengan tubuh tanpa pelindung. Di malam yang hanya diterangi cahaya rembulan, Wu Shi bertahan mati-matian dari serangan segala arah yang mendadak ini. Trang! Trang! Wu Shi memutar tongkat di belakang punggung dan beralih ke depan. Perputaran tanpa menggunakan chi itu setidaknya mampu menangkis serangan mereka yang seolah tak terlihat. "Siapa itu!? Tunjukkan dirimu! Kenapa kau mengincarku? Katakan!"Sudah berulang kali Wu Shi mencoba untuk mencari tahu, beberapa kata ia lontarkan namun tak kunjung ada jawaban. Lantas Wu Shi berpikir, "Benar juga. Mereka 'kan ingin membunuhku, apa gunanya menunjukkan diri apalagi kegelapan ini adalah sebuah kesempatan," tukas Wu Shi menyeringai. Menyeret kaki kiri ke depan dan kaki kanan ke belakang. Posisi kuda-kuda yang mantap dan dengan membawa tongkat sebagai senjata, Wu Shi perlahan memejamkan mata berni

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20

Bab terbaru

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bagian Penutup

    Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 122. Puncak Di Atas

    Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 121. Wajah Di Balik Topeng

    Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 120. Beradu Di Badai Salju

    Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 119. Li Menjadi Musuh

    Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 118. Pihak Sekutu II

    Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 117. Pihak Sekutu I

    Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 116. Boneka Kayu

    Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 115. Tertipu

    Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit

DMCA.com Protection Status