Share

Bab 2. Titik Awal

Author: Ndaka
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di masa yang sebenarnya, Wu Shi tidak bertemu dengan Raja Pengembara sehingga ia tidak tahu kalau dirinya sudah terkena racun dengan efek yang sangat lambat. Lalu, ia akan kehilangan guru dari perguruan bela diri tingkat rendah serta dua guru dari perguruan tingkat menara dalam peringkat 2 & 3.

Penyebab hilangnya mereka tidak diketahui olehnya sampai kehancuran dirinya itu terjadi. Tapi, sekarang ia memiliki kesempatan untuk mencari tahu serta memperbaiki apa pun yang tak sempat ia lakukan di masa sebelumnya.

Wu Shi bertekad akan menguak keseluruhan janggal, termasuk melacak pergerakan kelompok berjubah dengan simbol di punggungnya.

Setelah satu pekan hanya memperkuat fisik saja, Wu Shi memutuskan untuk tidak menaiki kapal untuk pulang. Berhubung tenaga dalamnya jauh lebih kuat dari yang seharusnya, sekalian saja ia menggunakan chi pedang.

Pedang yang dialiri chi-nya sendiri, Wu Shi berdiri di atas pedang yang melayang itu guna menyebrangi lautan lebih cepat. Sesampainya di daratan dan tenaganya pun sudah habis, akhirny Wu Shi berjalan kaki.

"Menyeberangi laut dengan chi pedang adalah hal terburuk. Jika aku kehabisan energi maka aku akan tenggelam ke lautan lagi."

Butuh waktu sekitar 3 hari untuk berjalan kali. Berbeda dengan menggunakan chi pedang, di mana waktu seolah tidak berlaku. Itu memang sangat melelahkan namun Wu Shi tidak punya waktu untuk mengulurnya lebih lama.

"Nian!"

Sampai di suatu wilayah besar dalam timur, sang Ibu memanggil dari kejauhan dan segera mendatangi putranya itu yang akhirnya kembali.

"Ibu?"

"Nian, kau ke mana saja? Kenapa tidak pulang secepatnya?"

"Maafkan aku bu. Aku sempat dijahili oleh beberapa orang. Tapi sekarang tidak apa."

Wu Shi tersenyum selagi berbohong agar sang Ibu tidak perlu khawatir.

'Sebelumnya, aku pulang sekitar hampir 2 mingguan lebih. Lalu racun itu akhirnya aku sadari setelah sampai ke rumah. Tapi sudah terlambat dan kemudian berakhir menjadi cacat setelah aku berguru di tingkat menara,' batin Wu Shi, merasa kesalahan di masa lalu bisa diperbaiki berkat Raja Pengembara.

"Ibu, aku sungguh bersyukur kerana bisa pulang lebih cepat. Tapi sebelum aku masuk ke rumah, ada satu hal yang harus aku selesaikan."

"Kau mau ke mana dengan pakaian lusuh begitu? Ayo cepat masuk, ibumu akan membuatkan teh herbal," ujarnya.

"Tidak, Ibu."

Beberapa orang di sekitar tampak memperhatikan Wu Shi dan Ibunya dengan tatapan sinis. Entah apa yang terjadi namun satu hal yang pasti bahwa mereka tidak suka kalau Wu Shi ternyata masih hidup.

'Mereka sama saja dengan orang itu. Berharap aku cepat mati. Bahkan aku menikah dengan gadis biasa pun karena mertuaku mengincar harta kekayaan keluargaku,' rutuk Wu Shi membalas tatapan mereka.

"Ada apa nak? Apa yang membuatmu tergesa-gesa?"

"Ini hal yang penting. Kalau tidak dilakukan sekarang, nanti aku lupa," ucap Wu Shi membujuk Ibunya agar diperbolehkan pergi sambil tersenyum lebar.

"Baiklah kalau memang sedang buru-buru. Tapi cepatlah pulang ya," kata Ibunya.

"Iya. Tentu saja. Urusan ini takkan lama."

Begitulah, Wu Shi pamit untuk pergi menuju ke perguruan bela diri tingkat rendah guna menemui seseorang yang sudah meracuninya.

***

Perguruan Bela Diri tingkat rendah.

Tempat ini masih seperti biasa sampai 3 tahun ke depan. Guru Lan San yang merupakan satu-satunya guru di sini akan menghilang sekitar beberapa hari ke depan.

"Tujuanku ada dua. Satu, guru, dan yang kedua adalah orang kurang ajar itu."

Wu Shi membuka pintu ruangan dengan membantingnya, sontak membuat para murid bela diri dan guru terkejut. Mereka semua menatap ke seseorang yang membuat mereka terkejut itu.

"Kau!"

Salah satu dari murid, terlihat amat terkejut saat melihat Wu Shi berdiri di belakangnya.

"Untuk apa kau melakukan itu?" Lantas Wu Shi bertanya dengan tatapan tajam seraya menarik kerah pakaiannya.

"Apa ...apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti!"

"Kau 'kan yang melakukannya? Kau pikir aku tidak tahu kalau kau berusaha untuk membunuhku. Hei, katakan kenapa kau melakukan itu, Wang Ji?" tanya Wu Shi.

"Hah! Memangnya aku harus menjawab bagaimana?"

Kesal karena beberapa hal, orang yang memiliki nama Wang Ji mengenggam pergelangan tangan Wu Shi yang menarik kerahnya.

"Ayahmu bukan ahli taichi, jangankan begitu, fisiknya saja sangat lemah. Tapi kau malah kuat dan bahkan melampaui semua murid di sini. Jadi aku putuskan untuk mengakhiri era keluargamu itu!" pekiknya.

BRAK!!

Wu Shi membanting tubuh Wang Ji ke lantai, lalu mengeluarkan sebilah pedang pemberian Raja Pengembara ke hadapan pria itu.

"Aku tidak akan segan bila harus melakukan ini pada adik seperguruanku. Tapi tindakanmu sudah kelewatan hanya karena iri, Wang Ji!"

Pedang itu bukanlah pedang spesial, hanya pemberian biasa dan pedang itu juga sangatlah biasa. Tidak ada warna khasnya, namun saat Wu Shi mengaliri pedangnya dengan chi, hawa di sekitar mendadak berubah menjadi sangat berat. Semua murid bahkan guru ikut tertekan karenanya.

"Heh, iri ya? Itu tidak salah sih. Tapi kenapa kau masih bisa bergerak?"

"Oh, kau cemas karena aku tidak terlihat sedang sakit."

"Harusnya kau tidak memiliki energi sebanyak itu. Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Aku tidak sudi memberitahumu bahwa ada sesuatu dalam perjalanan pulangku. Lalu sekarang, aku akan mengusirmu dari perguruan ini!"

"Memangnya kau siapa? Mau mengusirku begitu saja?!"

Semakin lama Wang Ji semakin menyahut dengan nada tinggi. Suasana di antara mereka memanas, tampaknya kekacauan akan terjadi dalam ruangan ini. Segera guru datang dan melerai.

"Wang Ji, Wu Shi, kalian berdua lebih baik diam dan jangan menganggu pelajaran ini."

Guru dengan mata sipit itu melirik Wang Ji lalu berkata, "Tetaplah di ruangan ini sampai guru lainnya datang."

Tidak lama setelah itu, giliran Wu Shi yang dilirik. Guru itu kembali berkata, "Dan kau, Wu Shi. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dengannya. Berhubung kau sering bolos, ikut denganku ke ruangan lain sekarang juga."

"Baik, guru." Hanya dengan mendengarkan perkataan guru ini saja, Wu Shi menurut.

Ia menyimpan pedang pemberian di balik jubah, sesaat sebelum akhirnya pergi mengikuti langkah guru.

***

Ruangan sebelah.

"Sebenarnya ke mana saja kau? Aku tahu kau murid yang suka bolos. Sudah lebih dari 10 tahun kau belajar di sini, tapi aku tidak pernah tahu kalau kau orangnya suka melarikan diri."

"Guru, jika aku diperkenankan untuk berkata jujur. Sebenarnya aku telah diracuni lalu dibuang ke laut saat aku tidak sadarkan diri. Kemudian aku terdampar dan ditemukan oleh seseorang yang membantuku pulang dengan selamat."

"Hm, jadi selama 11 hari ini kau terdampar ke suatu tempat?"

"Ya, aku tidak tahu lebih tepatnya ada di wilayah mana. Lagipula aku tak berniat mengatakan itu. Guru, apa kau percaya padaku?" tanya Wu Shi.

Gurunya kemudian mendekat, ia berdiri di belakang punggung Wu Shi selagi mengulurkan kedua telapak tangannya ke depan.

"Tidak ada racun. Sepertinya kamu sudah baik-baik saja."

"Guru ....,"

"Tapi yang benar saja. Padahal ada petinggi kultus yang berniat mengajarimu langsung, dua orang dari tingkat menara. Kau tidak bisa menemui mereka sementara masalahmu belum selesai."

Wu Shi ingat, keesokan harinya adalah awal mula ia akan belajar di perguruan bela diri menara tingkat tinggi.

"Maafkan aku guru. Muridmu ini sungguh tak becus."

"Ada alasan mengapa aku mempertahankanmu yang sudah kelewat batas. Itu karena kau kuat, tapi jujur saja aku tidak menyangka bahwa hanya dengan kepergianmu selama 11 hari, kau sudah jauh lebih kuat dari bayanganku."

"Orang yang telah menyelamatkanku juga berkata begitu. Sayangnya aku tidak merasakannya."

"Aneh jika kau sendiri tidak merasakannya. Tapi itu kenyataan, Wu Shi. Kau bahkan mungkin sudah dianggap setara satu tingkat di bawah para tingkat menara," ungkap sang guru dengan serius.

Guru menatap Wu Shi dengan tatapan yang sedikit tidak menyenangkan, rasanya seperti bertatapan dengan musuh. Namun Wu Shi berpikir dalam batin, 'Ini hanya perasaanku saja 'kan?'

Related chapters

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 3. Guru yang Menghilang

    Suatu malam, Wu Shi yang merasa bosan, memilih untuk berjalan-jalan di luar sembari menikmati angin sepoi-sepoi. Wu Shi merasa santai walau hanya sejenak saja. Tetapi ia tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal sedang bersama dengan beberapa orang tak dikenal. "Guru Lan San. Sedang apa di tempat begini?" Ia mengintip dari balik dinding, bermaksud untuk mencuri dengar percakapan mereka namun mereka telah pergi seakan mengetahui ada seseorang di sekitar mereka. "Mereka pergi begitu saja. Ini aneh. Rasanya tidak mungkin aku diketahui, aku sudah menyembunyikan keberadaanku. Atau mungkin karena mereka ingin pergi ke suatu tempat?" pikir Wu Shi. Jatuh pada hari esok, hilangnya guru di perguruan bela diri tingkat rendah akan membuat semua orang geger. Tapi malam sebelum kejadian, guru telah dibawa pergi oleh sekelompok orang yang tak jelas berasal dari mana."Tidak 'kan? Aku berpikir penyebab hilangnga guru bukan karena orang-orang itu. Karena kalau menurut masa yang sebenarnya, gur

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 4. Pertarungan Ahli Pedang

    Perguruan tingkat menara berada di depan, sementara kultus putih berada di belakang menara pada bagian puncak bukit. Sementara asrama khusus yang diperuntukkan untuk murid-murid berada di sebelah menara. Dari asrama itu, Hao Yun dan Wu Shi pergi keluar menggunakan chi pedang untuk mencapai suatu wilayah terlarang, hutan. "Kau serius ingin melakukannya di sini, Hao Yun?" tanya Wu Shi. "Kalau tidak serius, lalu untuk apa kita ke sini?""Kalau kita kena hukuman, kau yang tanggung jawab sepenuhnya.""Paling-paling hanya satu minggu. Itu tidak membuatmu kerepotan 'kan? Apalagi kau itu murid tersantai."Hao Yun benar, satu minggu adalah masa hukuman mereka usai pertarungan ini. "Ya terserah saja." Tanpa alasan yang jelas, Hao Yun meminta untuk bertarung dengannya. Meski tidak sampai mati, nyatanya pertarungan antara ahli Taichi akan membuat mereka cedera parah nantinya. Ilmu masa depan akan sangat berguna, bagi Wu Shi pertarungan ini akan mudah ia selesaikan tapi ia tidak berniat untu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 5. Masa Hukuman

    Dua minggu, adalah masa hukumannya. Jujur saja Wu Shi ingin protes tapi ia tak berdaya. Sekalipun tingkat kedua menara meliriknya, ini akan sama saja karena dirinya telah melanggar hukuman meski masih dicap sebagai murid baru di Perguruan ini."Ha, ya ampun. Apanya yang satu minggu, ini bahkan lebih dari 10 hari. Ini keterlaluan," ucapnya protes namun hanya didengar oleh Hao Yun saja. "Sudahlah, mengeluh tidak akan ada yang berubah. Duduk saja sampa waktu hukuman selesai," sahut Hao Yun sembari melakukan sesuatu. "Kau ini seperti tidak punya agenda lain saja. Tapi, apa yang kau lakukan sejak tadi?" tanya Wu Shi penasaran.Hao Yun tampak seperti memukuli sesuatu dengan suatu benda di tangannya. Terlihat menumbuk dan mengaduk secara bergantian. Baunya sedikit menyengat, entah apa yang ia coba buat namun Wu Shi merasa bau ini pernah ia ketahui sebelumnya."Bau itu, mirip sekali dengan bau yang kucium di tubuh Wang Ji. Sebenarnya apa itu?""Oh, ini? Racun," jawab Hao Yun dengan mudah.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 6. Pemberontakan

    Kata-kata Hao Yun mengingatkannya akan masa depan yang hancur. Di masa yang sebenarnya, Wu Shi mati, Wu Shi akan mati. Tapi dengan suatu keajaiban ia kembali ke masa lalu dan berniat merubah masa depan dengan kesempatan kedua ini. "Jangan pernah percaya pada siapa pun. Termasuk diriku."Sesaat Wu Shi terdiam, ia mengerti itu memang yang seharusnya ia lakukan. "Kenapa begitu?" Tapi Wu Shi yang nyatanya tidak sebodoh itu justru memilih bersikap konyol. Mengatakan kalimat tanya seakan tak mengerti sembari tersenyum lebar. "Kau juga mempersiapkan penawarnya saat aku meminun racun itu. Kenapa aku harus mendengarkan perkataanmu?""Hei, kau ini dasar. Seharusnya aku tidak berbicara panjang lebar. Tapi benar deh, kau harus ingat perkataanku jika tidak mau celaka.""Iya, aku paham. Lagi pula aku akan menerapkan itu pada musuh yang akan datang.""Apa maksudmu?" tanya Hao Yun bingung."Alasanku yang protes karena hukumannya jadi dua minggu, adalah karena ingin segera bertemu dengan Ming Hao,"

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 7. Melarikan Diri dan Pergi

    "Mulai saat ini kita menjadi penjahat."Benar saja, tepat setelah mereka keluar dari asrama, semua para pengawas bahkan para pendekar yang berada satu tingkat di bawah para tingkat menara ikut turun tangan hanya untuk menangkap mereka. Kini sudah lebih dari 3 hari. Itu artinya satu minggu lewat satu hari, masa hukuman mereka masih berlanjut. Namun sepertinya hukuman itu akan ditambah bahkan mungkin lebih parah nantinya. "Kita mau bagaimana ini? Kita mungkin tidak masalah bersembunyi dari para pendekar itu. Tapi akan sangat gawat kalau yang datang mencari kita sekelas Ming Hao.""Itu memang gawat, tapi mungkin dia takkan bergerak.""Kenapa?""Karena dia bukan siapa-siapaku, untuk apa dia memikirkan diriku.""Oh, begitu." Hao Yun tampak tidak peduli dengan jawaban Wu Shi. "Lalu kau, apa kau masih berniat mengikutiku?" tanya Wu Shi."Tujuanku belum tercapai, jadi aku harus mengikutimu. Ada masalah?""Tidak juga. Ada orang lain yang membantu, jujur itu membuatku tenang. Tapi aku akan k

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 8. Pria Bertopeng

    Ming Hao dan pria bertopeng itu saling mengangkat pedang dan mengayunkannya. Saling menyerang dengan niat membunuh. Situasi saat ini sulit dijelaskan mengapa ini bisa terjadi, lantaran permasalahan inti yang berkaitan dengan kultus masih belum terlihat jelas. "Jangan menyentuh pria itu. Dia adalah pria yang pantas mewarisi kursi pemimpin.""Omong kosong. Pria seperti itu bisa diharapkan? Jangan bercanda, kalau ingin bercanda yang sewajarnya saja Ming Hao!" sahutnya menegas."Aku tidak sedang bercanda. Aura-nya memperlihatkan bahwa dirinya bisa mengubah kultus busuk ini," katanya dengan menyeringai."Ming Hao! Melihatmu yang adalah temanku, tadinya aku ingin kembali membujukmu tapi jika kau terus membela pria itu, maka aku tak punya pilihan lain."BRAK!!Saat itulah Wu Shi datang, pria bertopeng yang terkejut pun segera mengarahkan langkah kakinya tuk menuju ke arah pria tersebut. Ming Hao menghalangi jalannya namun beberapa orang berjubah datang dari belakangnya. Kedatangan mereka s

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 9. Wasiat Terakhir

    Pada malam ini, banyak sekali kejadian tak terduga. Termasuk kebenaran mengenai pria bertopeng itu ternyata adalah musuh di balik selimut. Dalam beberapa waktu, tekanan aura muncul, pergolakan chi terus membumbung kuat dan kemudian menghilang begitu saja. Sesaat Wu Shi terdiam kaget, jantungnya masih berdegup kencang, keringat dingin bercucuran. Kakinya pun masih gemetar karena merasakan aura tersebut. "Tidak, guru Ming Hao!" Ketika dedaunan bergemerisik, jauh di sana terdapat seorang pria yang tergelatak bersimbah darah. Wu Shi sangat mengenalnya dan ia pun bergegas menuju ke sana. "Itu kau ...Wu Shi?" panggilnya lemah."Guru, guru apa yang terjadi?" "Hei, kita belum resmi menjadi guru dan murid tapi kau sudah memanggilku guru?""Itu tidak penting. Sekarang katakan di mana dia? Apa kau sudah mengalahkannya? Atau justru sebaliknya?" tanya Wu Shi. Ming Hao diam sejenak sebelum mengatakan sesuatu. Ia melirik ke arah samping kanannya lalu kembali bertatapan dengan Wu Shi. "Dia me

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 10. Dijatuhi Hukuman

    Hilangnya Ming Hao berubah menjadi kematiannya. Situasi yang tak terduga kerap terjadi pada beberapa titik dalam pengulangan waktu ini. Sejujurnya Wu Shi hampir tak sanggup, ia ingin menyerah namun saat melihat jasad Ming Hao, Wu Shi menutup mata. "Aku sungguh bodoh," katanya yang menghina dirinya sendiri. "Jangan berkata seperti itu, Wu Shi. Kematiannya itu tidak terduga bukan? Kita mana tahu kalau musuhnya ternyata ada di dalam tingkat menara selama ini," ucap Hao Yun menenangkan."Ada satu hal yang perlu aku katakan padamu, Hao Yun.""Oh, ya? Apa itu?" "Musuhmu, adalah orang yang berada di peringkat pertama dalam tingkat menara 'kan?""Iya. Dia memakai topeng itu. Gaya berpedang dan cara dia berjalan, semua sama. Jadi aku tidak salah mengira," tuturnya.Wu Shi menjelaskan, "Dia hanya peringkat pertama bayangan, karena sejak awal peringkat pertama itu tidak ada dan dia yang sebenarnya berada di peringkat terakhir."Sontak saja Hao Yun sangat terkejut. Ia sampai bingung harus berk

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bagian Penutup

    Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 122. Puncak Di Atas

    Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 121. Wajah Di Balik Topeng

    Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 120. Beradu Di Badai Salju

    Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 119. Li Menjadi Musuh

    Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 118. Pihak Sekutu II

    Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 117. Pihak Sekutu I

    Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 116. Boneka Kayu

    Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 115. Tertipu

    Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit

DMCA.com Protection Status