Beranda / Pernikahan / Penakluk sang Cassanova / bab 4 malam pertama yang gagal

Share

bab 4 malam pertama yang gagal

Penulis: Memey-
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 15:49:46

"Minta pelayan melayani gadis didalam kamar itu, suruh dia memandikannya dan mendandani, aku akan mengajaknya ke Milan hari ini!" Perintah Allen pada kepala pelayan dimansionnya pagi itu.

"Baik Tuan."

Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya hormat, kemudian berjalan mundur lalu membalikkan badannya menjauh dari tempat tuan besarnya duduk.

Kepala pelayan dimansion itu bernama bibi Emma. Usianya sekitar 58 tahun, sudah begitu lama bekerja pada keluarga Allen.

Bibi Emma sudah bekerja sejak usianya dua puluh satu tahun.

Bibi Emma adalah pelayan pribadi ibu Allen saat masih hidup. Kini wanita itu telah bekerja selama lebih tiga puluh tahun. Namun demikian kini tugasnya tidak begitu berat, pasalnya wanita paruh baya itu hanya Allen tugaskan untuk mengawasi seluruh pekerja dirumah itu, begitu pula suaminya yang menjadi pengawas untuk perkebunan anggur milik Allen yang membentang luas sejak memasuki kawasan perkebunan.

Allen kembali memasuki kamarnya. Menanti Sofia selesai didandani. Allen akan membawa Sofia ke Kota Milan, disana pria itu memiliki sebuah penthouse mewah seharga ratusan juta dollar.

* *

Bibi Emma mengetuk pintu kamar yang dihuni Sofia, wanita itu membawa dua orang pelayan muda bersamanya.

Namun tampaknya tak kunjung ada gerakan dari kamar itu, membuat bibi Emma mendorong pintu dan masuk kesana.

Disana tampaknya Sofia sudah bangun dan duduk dengan gelisah. Menyadari yang masuk bukanlah pria, Sofia tampak menghela nafas lega.

"Nona, kami diperintahkan oleh tuan Allen untuk mengurus nona, tuan ingin agar nona dipersiapkan untuk diajak ke kota Milan oleh tuan." Ujar bibi Emma lembut.

"Apaa? Ke-- ke kota Milan? Tidak saya tidak mau bi. Tolong jangan, saya takut dia akan menjual saya." Pekik Sofia panik.

"Tidak, tuan tidak akan menjual anda, itu tidak mungkin nona." Jawab bibi Emma berusaha menenangkan Sofia.

"Tidak mungkin bagaimana? Tuan mu begitu terkenal kejam, bukan tidak mungkin dia menjual ku sebagai penebusan hutang-hutang pamanku." Jawab Sofia bergetar. Wanita itu sekuat tenaga bertahan agar mereka tidak mendandaninya dan membawa dirinya ke Milan.

"Jangan seperti ini nona, anda bisa membuat tuan murka." Bujuk bibi Emma sekali lagi.

"Biar saja, biar dia murka dan langsung membunuhku. Lebih baik aku mati dari pada menjadi tawanan pria tua Bangka genit sepertinya," racau Sofia keras.

Tanpa mereka sadari bahwa Allen sudah berdiri diambang pintu menyaksikan dan mendengar racauan demi racauan yang di ucapkan oleh Sofia.

"Siapa yang kau maksud tua Bangka?" Tanya pria tampan itu berjalan mendekat kearah Sofia.

"Tu-- tuan?" Ujar bibi Emma tergagap ketakutan.

"Kalian bertiga silahkan keluar, biar wanita ini saya yang mengurusnya!" Desis Allen marah. Mata birunya memancarkan kemarahan yang mampu meluluh lantakkan keberanian siapa saja.

"Tapi Tuan?"

"Saya bilang keluar!" Bentak Allen menggelegar, membuat bibi Emma dan dua pelayan muda lainnya segera meninggalkan kamar Sofia.

Setelah pintu tertutup, Allen melangkah mendekat pada Sofia, menatap tajam wanita itu.

Sofia semakin menggigil ketakutan.

"Siapa yang kau maksud tua Bangka wanita sialan?" Desis Allen tajam.

"Jawab pertanyaan ku gadis bodoh!" Bentak Allen kehabisan kesabaran.

"Pri-- pria itu. Allen Anthonio. Se-- semua orang mengatakan itu." Jawab Sofia tergugu.

Allen memicingkan matanya menatap semakin tajam pada Sofia.

"Allen Anthonio tua Bangka? Hehhh apa kau buta? Apa menurutmu aku tua Bangka?"

"A-- apa maksudnya? Apa anda bilang kalau anda adalah Allen Anthonio?" Tanya Sofia bergetar.

"Yah, aku Allen Anthonio. Buka matamu lebar-lebar dan jaga ucapan mu, apalagi itu tentangku. Dasar wanita sialan." Hardik Allen kejam.

"Aku bukan wanita j*l*ng. Lagi pula aku tak tahu bagaimana wujudmu." Jawab Sofia menahan getir dan ketakutannya secara bersamaan.

"Ohhh benarkah? Lalu apa namanya kalau bukan wanita j*l*ng? Mana ada wanita baik-baik yang mengumpankan dirinya sampai ketempat ini?"

"Apa anda fikir aku berada disini dengan suka rela?" Tanya Sofia tak suka, kemarahan wanita itu mulai tersulut.

'rupanya dia tak semenyeramkan bayanganku. Ohhh tuhan apakah pria ini memiliki hati nurani?' Tanya Sofia dalam hati.

"Aku sudah begitu hafal tak-tik wanita seperti mu. Tak usah banyak alasan, kamu disini untuk apa lagi kalau bukan untuk uang?" Ejek Allen merendahkan Sofia.

"Jaga ucapan anda, bukankah aku disini karena manusia-manusia biadap seperti anda dan paman Darren?" Ujar Sofia menatap tajam pria dihadapannya.

Manik mata cokelat bening itu beradu pandang dengan manik mata biru gelap milik Allen.

Pria yang terkenal kejam itu memicingkan matanya, menatap tajam pada Sofia yang berani beradu pandang dengannya.

Allen kembali melangkah lebih dekat dengan Sofia, pria itu kemudian meraih dagu Sofia dan mencengkeramnya erat.

"Apa katamu? Aku b*ngs*t. Wanita j*l*ng seperti mu tidak pantas mengumpat ku. Kau tampaknya begitu berani menantang ku yah?" Desis Allen penuh emosi semakin mengeratkan cengkramannya pada dagu Sofia.

Wanita itu meringis kesakitan, rahangnya seolah ingin terlepas dari dagunya saking kuatnya Allen mencengkeram dagunya.

Matanya menatap Allen dengan berkaca-kaca. Namun bibirnya tetap terkatup seolah menantang Allen agar membunuhnya saat itu juga.

"Berlutut dikaki ku maka aku akan memaafkan mu!" Perintah Allen kemudian menghempaskan tubuh Sofia membuat wanita itu terjengkang ketempat tidur.

"Berlutut sekarang juga!" Bentak Allen menggelegar.

Namun Sofia bergeming, enggan menuruti perintah Allen, membuat emosi pria itu kembali tersulut.

Ellen kemudian melompat ke tempat tidur, menc*k*k leher Sofia.

Wanita itu meronta-ronta menahan kesakitan. Hingga wajah Sofia memerah pria itu baru melepaskannya.

"Uhhukk ... Uhhukk ... Uhhukk..."

Sofia memegang lehernya, meraup udara sebanyak-banyaknya.

"Hahhh, aku hampir saja membunuhmu sialan." Umpat Allen berusaha menenangkan emosinya.

Sofia mengangkat kepalanya, entah keberanian dari mana yang merasukinya, padahal selama ini gadis itu begitu takut dan hanya pasrah disiksa oleh keluarga pamannya, Sofia hanya mengalah, mengobati luka tubuh dan hatinya sendiri tanpa pernah terfikir olehnya akan melawan keluarga itu.

"Kenapa? Kenapa tuan tidak membunuhku saja. Jauh lebih baik kalau tuan membunuhku daripada menyentuhku dengan tubuh kotormu itu. Atau sebenarnya anda terkenal kejam hanya pada wanita saja?" Ujar Sofia menatap meremehkan pada Allen. Wanita itu sengaja memancing emosi Allen, menurutnya jauh lebih baik bila pria itu membunuhnya dari pada mel*c*hkannya.

Dia ingin menjaga harga dirinya, meski terdengar ketinggalan jaman, namun bagi Sofia satu-satunya yang dimilikinya saat ini hanyalah harga diri.

Dia tak lagi memiliki orang tua, tak memiliki saudara dan keluarga, tidak memiliki kekayaan dan juga tidak memiliki kecantikan dan kemodisan. Hanya harga diri yang dimilikinya untuk bermimpi mendapatkan Lucky. Pria teman kecilnya yang dia sukai sejak kecil.

Allen hanya menatap Sofia dengan senyum licik yang tersungging dibibirnya.

Kemudian meringsek mendekati wanita itu inci demi inci hingga wajah mereka hanya berjarak tiga Senti.

Allen, meraih dengan kasar kedua lengan Sofia kemudian menyatukannya ke atas kepala wanita itu.

Sekuat tenaga Sofia memberontak, melawan dari cengkraman Allen, berharap dapat melepaskan diri.

Namun sayangnya tenaganya benar-benar telah habis terkuras karena sejak kemarin mengerahkan tenaganya untuk melawan pria-pria kuat berbadan kekar.

"Ayo, teruslah melawan agar lebih mudah untukku menikmati tubuhmu setelah kau lemah. Tidak kusangka aku begitu menyukai cara bercinta dengan perdebatan seperti ini." Bisik Allen persis ditelinga Sofia.

Pria itu meniup daun telinga Sofia, membuat wanita itu merinding.

Lalu Allen beralih menggigit kecil leher Sofia hingga meninggalkan bekas memerah.

"Tidak, lepaskan aku. Tuan, aku bukan putri Darren. Aku hanya keponakannya." Rintih Sofia pada akhirnya, wanita itu menyerah.

"Yah aku tahu, tapi aku tidak peduli. Selama kamu bisa menyenangkan ku, aku tak peduli siapapun dirimu."

Sofia tertegun, begitu terkejut mendengar ucapan pria itu.

"Jangan lakukan ini, ku mohon!" Rintih Sofia melemah. Rasanya dia tak lagi memiliki tenaga walau hanya sekedar memohon.

"Diam dan nikmati saja, aku akan melakukannya dengan lembut kalau kamu tidak terus-terusan menantangku. Namun sebaliknya, kalau kamu terus berontak aku akan melakukannya dengan kasar, bahkan bisa saja menyerahkan mu pada pada pengawal ku untuk dinikmati bergantian!" Bisik Allen mengancam.

Sofia tertegun, tubuh wanita itu bergetar ketakutan.

Dia tidak peduli pada apa saja yang telah dilakukan Allen pada tubuhnya karena fikirannya melayang membayangkan tubuhnya dnikmati bersama-sama oleh pria-pria berbadan kekar dibawah sana.

Sementara Allen kini telah sibuk menggerayangi tubuh wanita itu, Allen mengecup singkat bibir mungil Sofia, namun tak ada balasan ataupun penolakan dari wanita itu, matanya hanya terpejam pasrah, namun kedua tangannya menggenggam erat-erat sprei.

Allen memaksa menerobos memasukkan lidahnya dimulut Sofia.

Puas bermain dengan lidah gadis itu, Allen beralih pada leher jenjang bergaris milik Sofia, mendaratkan ciuman demi ciuman di leher putih dan mulus wanita itu, meninggalkan bekas kemerahan di berbagai tempat dileher Sofia.

Allen mulai mulai menyentuh bagian tubuh Sofia yang lain meninggalkan bekas kemerahan diberbagai tempat. Menikmati kemulusan kulit Sofia.

Saat pria itu ingin merasakan lebih jauh.

Namun sesaat pria itu tertegun, menatap Sofia menggigit bibir bawahnya, wajahnya memerah sementara air mata mengalir dikedua matanya.

Allen menghela nafas kasar, menggulingkan tubuhnya jatuh kesamping tubuh Sofia, pria itu meraup rambutnya dengan kedua tangan dengan wajah memerah menahan kesal.

Tak lama kemudian Allen bangkit dari ranjang dengan perasaan dongkol dan marah yang tak tertahankan.

Pria itu berjalan meninggalkan kamar Sofia. Memilih masuk ke kamarnya dan melepas semua pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.

Allen berdiri dibawah shower, melayangkan tinjunya pada dinding. Membiarkan air dingin mengalir dari kepalanya membasahi seluruh tubuhnya untuk melemaskan otot-ototnya yang tadi sempat menegang, juga hasrat nya yang membakar membara namun urung dituntaskan.

Entah mengapa, Allen yang terkenal mata keranjang dan berdarah dingin tak sanggup melanjutkan keinginannya memuaskan hasratnya pada Sofia setelah melihat air mata gadis itu mengalir dengan deras di pipinya.

Bab terkait

  • Penakluk sang Cassanova    bab 5 tergoda?

    Sofia membuka kedua kelopak matanya, sesaat setelah mendengar dentuman keras dipintu kamar saat Allen meninggalkan kamar yang dihuni Sofia. Wanita itu menolehkan kepalanya, memastikan bahwa pria itu benar-benar telah pergi. Sofia dengan cepat membenarkan kembali pakaiannya yang telah meninggalkan tempatnya akibat perbuatan Allen. Wanita itu meraih selimut, menyembunyikan tubuhnya. Sofia meringkuk dibawah selimut, jantungnya masih berdetak kencang, wanita itu masih shock setelah Allen menyentuhnya dengan brutal. Air mata Sofia terus saja mengalir, seolah bendungan jebol. Sakit hatinya bertambah berkali-kali lipat. Suara ketukan dipintu membuat Sofia semakin mengeratkan pelukan pada lututnya yang tengah meringkuk ketakutan. Wanita itu bahkan sampai bergetar dengan keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Suara langkah terdengar mendekat, namun terdengar seperti langkah kaki seorang wanita dengan sepatu ber hak tinggi. "Nona, ini makan siang anda, sebaiknya anda makan seg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Penakluk sang Cassanova    bab 6 malam pertama yang sesungguhnya

    "Nona, izinkan saya mendandani anda sekarang. Kami tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada tuan Allen kalau anda menolak lagi sekarang." Cicit Lucy dihadapan Sofia. Allen sekali lagi memerintahkannya mengurus wanita itu. Sofia menghela nafas gusar, menatap pelayan wanita itu iba. "Apa dia sekejam itu? Apa dia sudah pernah membunuh seseorang disini?" Tanya Sofia berbisik. Lucy sang pelayan tertegun, pertanyaan sederhana ini baginya bisa saja menjadi alasan nyawanya terancam. "Tidak nona, kalau nona menurut tuan akan sangat baik. Percaya pada saya." Rayu Lucy, berharap Sofia akan luluh untuk mereka urus. "Ya sudah ayo! Kita mulai dari mana?" Tanya Sofia seraya bangkit berjalan kearah meja rias disamping lemari. "Hmmm-- kita mulai dari membersihkan tubuh nona, mandi." Jawab Lucy sungkan. Sofia tampak berfikir, kemudian wanita muda itu menghela nafasnya kasar. "Ya sudah, ayo!" Jawab Sofia pasrah berjalan sendiri menuju kamar mandi. Lucy menganggukkan kepalanya semang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Penakluk sang Cassanova    bab 7 perawan?

    Setelah menghilangkan lelahnya, Allen terbangun, pria itu bangkit dari ranjang. Niatnya untuk membersihkan tubuhnya yang lengket dikamar mandi urung saat menatap Sofia yang tengah tertidur dengan kaki terkangkang tak berdaya. Pria itu menatap Sofia.Disana mengalir cairan putih kental bercampur dengan darah. "Darah? Darah apa ini, apa darah menstruasi, atau keguguran?" Tanya Allen bingung pada dirinya sendiri. Pria itu meraih ponselnya, menyalakan blits dan menyorot bagian tubuh Sofia. Allen menatap wanita itu dengan bimbang , disingkapnya selimut wanita itu, bekas darah mengering terlihat jelas. "Pe--perawan?" Gumam Allen terkejut. Pria itu segera menjauhkan tubuhnya dari Sofia, berdiri disamping ranjang menatap nanar pada Sofia. "Dasar gadis bodoh. Kenapa tak bilang kalau dirinya masih perawan. Sial... sial.." Allen menjambak rambutnya bingung, terus menatap tubuh polos tanpa sehelai benang yang sedang tertidur di ranjang. "Dasar bodoh. Pasti tadi itu sakit sekali."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Penakluk sang Cassanova    bab 8 apa itumu masih sakit?

    "Tuan... Tuan besar Alfonso berada di kota Milan. Tadi pagi beliau mengirimkan email agar anda menghadiri pertemuan keluarga." Ujar James serius. "Pertemuan keluarga?" "Yah, benar tuan, ini untuk membahas siapa yang paling berhak memegang kendali atas perusahaan Royal Europa Company." Allen mendengus kesal, pria itu paling malas bila harus menghadiri pertemuan keluarga dari ayahnya. Pasalnya pria itu tidak begitu dekat dengan sang ayah dimasa lalu saat ayahnya masih hidup. Sang ayah, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Sayangnya saat sang ayah meninggal dunia, Allen enggan mengurus perusahaan sang ayah. Jadilah perusahaan itu diurus oleh sang kakek kembali, Alfonso. "Aku tidak tertarik mengurus dan memiliki perusahaan itu. Apa kau fikir usahaku tidak cukup membuatku kaya, James?" "Yah, itu tidak diragukan lagi tuan. Namun ada yang harus anda ketahui, bahwa Royal Europa Company bukan semata-mata perusahaan milik keluarga ayah anda. Disana saham nyonya Leana s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Penakluk sang Cassanova    bab 9 Cari yang cantiknya seperti Sofia

    "aku ingin gadis terbaik, tercantik dan terseksi dalam sepuluh menit ditempat biasa!" Ujar James pada seorang mucikari kelas atas. "Baik tuan, saya pastikan tiba sebelum sepuluh menit." Jawab wanita diseberang. "Oke." Klik Sambungan telepon diputus oleh James, pria itu menyandarkan punggungnya dikursi. Meski percaya bahwa sang mucikari akan mengirimkan gadis terbaik, namun James juga mesti memeriksanya sendiri. Apalagi tuannya meminta hal tak masuk akal, harus yang cantiknya mirip Sofia. Yah, James akui Sofia memang sangat cantik. Apalagi malam itu saat James membawanya. Pria itu menggelengkan kepalanya tak habis fikir, bisa-bisanya otaknya malah terkontaminasi oleh tuan Allen. James bangkit, meninggalkan kamarnya dan berjalan memasuki lift. Pria itu akan turun menanti wanita yang akan menemani malam tuannya. * * "Anda tuan James?" Sapa seorang wanita pada James. Wanita itu cantik, dengan rambut hitam lurus hingga hampir mencapai bokongnya. Kulitnya putih namun

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Penakluk sang Cassanova    bab 10 pertemuan keluarga

    Allen bangun lebih awal, mendapati tubuhnya tertidur disofa dengan layar laptop masih memutar tayangan aktifitas Sofia. Allen melirik laptopnya. Namun Allen tidak punya banyak waktu hari ini. Pria itu harus bertemu dengan pengacara ibunya untuk membicarakan perihal saham atas nama sang ibu diperusahaan ayahnya. Selama ini pria itu bahkan tidak pernah mendapatkan kabar dan bagi hasil saham dari perusahaan itu, membuat Allen marah. Bukan tentang nominalnya, Allen sudah kaya raya meski tanpa uang dari perusahaan itu. Namun selama ini Allen masih terus mengirimkan sumbangan kesebuah panti sosial dimana ibunya menjadi donatur selama ini. Ternyata dibalik kekejaman sang mafia mesum masih tersimpan kebaikan yang tak seorang pun mengetahuinya. Allen fikir, andai dia tahu bahwa saham disana masih nama ibunya yang terbanyak, hasilnya bisa dia gunakan untuk terus berdonasi atas nama sang ibu. * * * * Malam harinya Allen benar-benar menghadiri undangan pertemuan yang dikirimkan san

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Penakluk sang Cassanova    bab 11 dasar tuan mesum

    "eunghhh," lenguh Sofia terbangun dari tidurnya. Wanita itu merasa terganggu dengan perasaan aneh pada puncak gunung kembarnya. Terasa dingin dan basah. Matanya terasa begitu berat, pasalnya dia baru tertidur jam sebelas malam, gadis itu menghabiskan waktunya di dapur bersama bibi Emma dan Lucy. Kedua pelayan itu mengajaknya membuat kue agar Sofia tidak bosan selama disini. Sofia adalah satu-satunya wanita yang menginap lebih dari dua malam dirumah itu. Jadi baik Lucy maupun bibi Emma berfikir bahwa Sofia ini berbeda dari wanita-wanita yang pernah dibawa dan berkunjung kerumah ini. "Eunghhh, ahhhhhhss." Lenguh Sofia sekali lagi, kali ini dibarengi dengan desahan lembut yang terdengar menggoda. Gadis itu meraba gunung kembarnya, namun yang dirasanya hanya sebuah benda keras berbulu lebat. 'bulu?' Tanya gadis itu dalam hati. Benda berbulu yang dirabanya memaksa mata Sofia terbuka. Disana sudah bersandar sebuah kepala dengan rambut kecoklatan membelakanginya. Tampak begi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Penakluk sang Cassanova    bab 12 dipermalukan sepupu jahat

    "Lucy, temani aku ke mall!" Rengek Sofia pada pelayan muda favoritnya. "Tapi nona, saya takut ditegur bibi Emma bila melakukan pekerjaan diluar tugas saya." Keluh Lucy murung. "Biar saya minta izin pada bibi Emma." Ujar Sofia riang. Wanita itu kemudian segera mencari bibi Emma. Ternyata wanita paruh baya itu sedang berada dikolam ikan memberi makan ikan-ikan hias milik Allen. "Bibi Emma." Sapa Sofia duduk didekat wanita itu, sembari melemparkan makanan ikan ke kolam. "Ehh, nona Sofia. Jangan lakukan itu, tangan anda bisa bau!" Tegur bibi Emma panik. "Tidak apa-apa bibi. Oh ya, Sofia ingin meminta izin untuk membawa Lucy berbelanja. Tadi tuan Allen menyuruh ku belanja. Katanya aku lebih terlihat seperti gembel daripada pelayan." Ujar Sofia cemberut. Bibi Emma tertawa tertahan mendengar rajukan Sofia. "Iyya, tidak apa-apa. Pergilah belanja dan kesalon, itu akan bagus untukmu." Sofia menganggukkan kepalanya senang. Kemudian bangkit dan masuk kekamarnya untuk bersiap. W

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • Penakluk sang Cassanova    4

    "istri anda--" "Istri saya kenapa, Nath?" Seru Allen tak sabar. "Baik-baik saja. Beruntung kandungannya juga dapat diselamatkan. Namun kondisi pasien saat ini masih sangat rentan." Ujar Natalya lembut. Wanita itu menatap Allen dengan sorot penuh kerinduan. Allen bukan tidak menyadari lirikan wanita itu, namun saat ini fokus Allen sedang pecah. Pria itu masih saja tegang. Menanti waktu dia bisa menemui sang istri. "Ehemmmp, jadi kapan saya bisa menemui istri saya?" Ujar Allen tak sabar. Melihat kekhawatiran Allen, wajah Natalya tampak kecewa. "Sekarang juga bisa, namun alangkah lebih baiknya saat pasien telah dipindahkan ke ruangan rawat. Kalau begitu saya permisi. Kalau ada apa-apa cari saya saja!" Ujar Natalya kemudian berlalu dari hadapan mereka semua. Allen berdiri mematung didepan pintu UGD. seolah menghitung menit dan detik yang berganti.

  • Penakluk sang Cassanova    bab 69

    Mario bergegas mengangkat Sofia, mimik wajah pria itu panik tidak terkira. Sedangkan bodyguard bernama Max dengan cepat meringkus Alea yang masih berdiri dengan wajah melongo tak percaya. Tatapan wanita itu membelalak ngeri, melihat darah yang merembes dari sela paha Sofia. Alea sadar bahwa nasibnya kini telah ditentukan oleh Allen Anthonio. Mario berlari diikuti oleh Lucy yang menggendong El. Sedangkan Max kini telah menyeret Alea keluar dari pusat perbelanjaan. Semua orang yang menyaksikan mereka menjadi heboh. Namun tak ada yang menyangka bahwa wanita itu adalah istri pria paling kejam di kota mereka. Mario membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga dia bahkan lupa bahwa ada El dan Lucy bersamanya. Lucy menopang kepala sang nona dan El disisi lainnya. "Lucy-- ini sakit sekali." Rintih Sofia lemah. Wajah wanita itu pucat pasi.

  • Penakluk sang Cassanova    bab 68

    James mengetuk pintu ragu-ragu. Tadinya dia ingin menemui Allen lebih awal, namun melihat istri tuannya masuk dan tak kunjung keluar membuat James mengurungkan niatnya. Pria itu hanya bisa terus memantau dari jauh kapan kiranya Sofia keluar. Nyatanya, sejam telah berlalu namun tak ada tanda-tanda wanita itu meninggalkan ruangan suaminya. Sebagai pria yang telah merasakan indahnya pernikahan, tentu saja James mengerti apa yang terjadi didalam sana.James mengetuk pintu ruang kerja Allen. James berdiri didepan pintu, menunggu Allen membuka pintu, biasanya dia akan langsung masuk setelah mengetuk pintu, namun setelah dia melihat istri Tuannya masuk kesana. Itu artinya tempat itu telah menjadi ranah pribadi sekarang. Klekkk... "Masuk!" James mengangguk, mengikuti langkah pria itu, tampilannya tetap rapi seperti sedia kala. membuat James mengeryitkan keningnya bingung. '

  • Penakluk sang Cassanova    bab 67

    Allen melepaskan pelukannya pada Sofia, pria itu menggulingkan tubuhnya hingga jatuh terlentang. Ditatapnya langit-langit kamar, seolah dia sedang merangkai kalimat diatas sana. Hening, tak ada satupun yang bersuara. Hanya helaian nafas keduanya yang bersahut-sahutan berat. Sofia memilih tidak peduli, wanita itu berusaha memejamkan matanya. Hingga dengkuran halus khas wanita hamil mulai terdengar dari bibirnya. Allen menoleh, menatap intens punggung sang istri. Punggung yang begitu dia sukai untuk bersandar dan memeluk Sofia dari belakang. Mendengar sang istri telah jatuh tertidur, pria itu kembali keluar dari kamar. Melangkah turun kelantai bawah dan berjalan ke arah taman belakang. Taman yang sama dimana dia mengacaukan ciuman pertama James dan lucy malam itu. Allen duduk dibangku taman, pria itu menghisap dalam cerutunya. Menguarkan asapnya bersama dengan kegelisahan yang ditanggungnya. Anda

  • Penakluk sang Cassanova    bab 66

    Kediaman tuan Darren ~~~ Nyonya Rara memijat kepalanya yang terasa seperti ingin pecah, berita pernikahan Sofia membuat keluarga itu pusing tujuh keliling. Tuan Darren tak menyangka bahwa tuan Allen Anthonio pada akhirnya akan menikahi Sofia, keponakan perempuannya yang selama ini dia siksa. Ada rasa takut dan was-was yang kini menyelimuti hati pria tua serakah itu. Bagaimana tidak, dia menyerahkan surat-surat berharga kepemilikan properti miliknya pada Allen Anthonio. Dia fikir saat itu pria itu akan mengambil putrinya yang berharga untuk menjadi nyonya. Dia telah menawarkan Alea pada Allen Anthonio, dan sepertinya saat itu pria itu setuju-setuju saja. Lima tahun berlalu tanpa pernah pihak Allen Anthonio menemuinya. Dia fikir dia telah lolos begitu saja. Namun pernikahan Sofia dan Allen Anthonio sepertinya akan menjadi awal kehancuran mereka. "Daddy, bagaimana ini

  • Penakluk sang Cassanova    bab 65

    "pasti sekarang James sedang melakukan malam pertama dengan Lucy." Gumam Allen menerawang. Pria itu duduk menyandar disamping Sofia. "Kenapa memikirkan rumah tangga orang lain?" Jawab Sofia kesal. "Tidak apa-apa, hanya iri saja. Sayang, kapan kita bisa melakukannya?" Rengek Allen seperti anak kecil. "Dokter bilang belum bisa kan?" "Iya," wajah pria itu tertekuk kesal, sudah beberapa malam dia menahan diri tidak menyentuh Sofia. Rasanya kepalanya sudah sangat sakit sekarang. "Besok kita kerumah sakit untuk periksa yah sayang." Ujar Sofia tenang. "Periksa? Wahhh itu ide yang sangat bagus. Aku tak sabar ingin melihat wajah anakku" jawab Allen begitu semangat. "Mana bisa? Belum kelihatan." Sergah Sofia makin kesal. Allen menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa sedih sekaligus menyesal. Lihatlah karena dirinya melewatkan momen ketika El masih didalam k

  • Penakluk sang Cassanova    bab 64

    Lucy dan James akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri. Pria kaku itu tak menyangka, bahwa dia akhirnya menikah dengan wanita yang dinantinya selama lima tahun. Setelah pesta pernikahan, Lucy dan James kembali ke hotel yang telah dipersiapkan untuk menginap. Hotel yang sama yang dipilih Allen dan Sofia setelah mereka menikah. Keduanya tampak begitu canggung, belum pernah berinteraksi sedekat ini selain malam dimana Pria itu mencuri ciuman pertama Lucy ditaman. "Emhh-- James, bisa tolong bantu menarik resleting gaunku?" Lucy bertanya ragu-ragu. "Iya, berbalik biar aku membukanya." Pria itu berjalan kearah sang istri, berdiri dibelakangnya. James menarik resleting gaun pengantin Lucy, tangan pria itu bergetar. Tubuhnya terasa begitu panas dingin menatap punggung mulus istri yang baru saja di nikahinya. Tak jauh berb

  • Penakluk sang Cassanova    bab 63

    "iya Smith, aku sedang hamil." Jawab. Sofia lirih. Wanita itu tersenyum sendu menatap Smith. Pria baik yang Sofia anggap malaikat. Sofia bukan tak tahu tentang perasaan pria itu meski kata-kata cinta tak pernah terucap dari bibirnya. Hanya saja, sejak awal Sofia memang sudah memberi jarak. Padahal, Sofia tanpa Smith tidak akan menjadi seperti sekarang. Allen memperhatikan raut kecewa pria yang duduk dihadapannya. Entah mengapa ada rasa iba yang menyusup kedalam hati pria itu. Namun dengan cepat pria itu menepisnya. Baginya siapapun yang ingin memiliki wanitanya adalah lawan yang berani mati. Lama, Smith maupun Sofia dan Allen terdiam. Hanya celoteh El yang sesekali terdengar. Ketiganya larut dalam fikiran masing-masing.

  • Penakluk sang Cassanova    bab 62

    Selesai makan, Allen dan Sofia duduk di ruang keluarga. Wanita itu dilarang kemanapun oleh Allen, membuat Sofia semakin menahan kekesalannya pada sang suami. Allen terus saja ingin menempel pada Sofia, begitu pun dengan El. Sayangnya Sofia sangat tak suka dekat-dekat dengan Allen. Wanita itu akan langsung mual dan kesal saat Allen duduk disampingnya. Mau tak mau pria itu duduk dengan jarak dua kursi dari sang istri. "Nona--" Lucy berdiri dihadapan Sofia, membuat wanita itu mendongak. "Lucy--, ada apa? Ayo duduk!" "Tidak perlu nona." Ujar Lucy segan. Sofia mengulurkan tangannya, menarik Lucy duduk disampingnya. "Ada apa?" "Ak--aku ingin mengatakan sesuatu," "Sesuatu apa?" Tanya Sofia penasaran.

DMCA.com Protection Status