Share

2. dijemput paksa

Author: Memey-
last update Last Updated: 2024-09-18 15:46:32

Sofia memandang tubuhnya di cermin, gaun hitam bertabur Glitter mewah dengan tali spaghetti pres body yang melekat ditubuhnya membangun kesan seksi di dirinya.

Wanita itu cukup risih berpakaian seterbuka itu, pasalnya selama ini dia tidak pernah mengenakan gaun seksi.

Sofia harus melewati masa remajanya dengan baju-baju yang dibeli untuknya sebelum kedua orang tuanya meninggal, atau paling tidak dengan baju-baju lungsuran Alea.

Ada perasaan takjub juga haru menatap pantulan dirinya dicermin. Kalau gadis-gadis seusianya sibuk dengan party-party dan fashion berganti, Sofia harus berpuas diri untuk tidur lebih cepat untuk menghilangkan penat seharian bekerja diluar rumah, juga didalam rumah

Derit pintu kayu yang dibuka dari luar cukup memekakkan telinga, selain karena kayu pintu yang telah tua tanpa perawatan juga karena didorong paksa tanpa kelembutan.

"Sofia, aku akan mendandani mu malam ini," ujar Alea seraya berjalan mendekat kearah sang sepupu yang akan menggantikannya menjadi tawanan pelunas hutang sang Daddy malam ini.

Sofia diam saja, menatap bingung penuh selidik pada sang sepupu yang seumur mereka tinggal dibawa satu atap yang sama, Alea tidak pernah peduli, bahkan sekedar berbicara lembut saja tidak.

Namun malam ini, entah angin apa wanita itu tiba-tiba ingin mendandaninya.

Sofia memasang alarm tidak beres diotaknya atas keanehan sikap sang sepupu.

"Duduk!" Perintah Alea kasar.

Sofia menurut, kembali duduk dikursi depan meja rias yang warnanya mulai memudar.

"Ternyata kamu cocok juga dengan gaun hitam ini. Tak kusangka kalau kamu yang pakai terlihat indah dan seksi. Aku yakin tuan Allen tidak akan berfikir dua kali untuk menjadikanmu simpanannya." Ujar Alea menyeringai sinis.

"Apa maksudnya?" Tanya Sofia bingung.

"Bukan apa-apa. Sebaiknya kamu segera bersiap. Seseorang akan datang menemui mu!" Ujar Alea salah tingkah. Wanita itu takut rencana licik mereka diketahui Sofia, dan wanita itu melakukan perlawanan.

Wanita licik itu memejamkan matanya lega saat Sofia tak lagi bertanya lebih detail, hampir saja dia mengacaukan semua rencana yang telah mereka susun, dia takut sekali kalau rencana mereka sampai gagal dan yang menjadi tawanan adalah dirinya.

"Aku yakin pasti ada yang tak beres. Ayo katakan padaku ada apa Alea!" Paksa Sofia sekali lagi.

"Tak ada apa-apa Sofia. Kami hanya akan memperkenalkan mu pada seseorang, dia anak teman ibumu dimasa lalu." Ujar nyonya Rara melesak masuk kedalam kamar kumuh Sofia.

Wanita itu terlihat enggan menginjakkan kakinya dikamar sempit itu, namun karena mendengar Sofia terus saja mendesak Alea untuk mengatakan kebenarannya. Nyonya Rara tahu anaknya tidak sepandai itu untuk terus berkilah.

"Be-- benarkah?" Tanya Sofia ragu.

Nyonya Rara hanya mengendikkan bahunya singkat.

"Yahh, segera bersiap jangan membuat orang lain menantimu dengan kesal." Ujar wanita itu ketus seraya meninggalkan Sofia juga Alea disana.

"Ayo aku rias wajahmu biar kamu percaya diri bertemu dengannya!' Ujar Alea mulai memainkan kuas dan alat make-upnya diwajah natural Sofia.

Selang setengah jam, akhirnya Alea menyelesaikan keterampilannya diwajah Sofia.

Alea menatap tak suka pada wajah Sofia. Pasalnya kecantikan wanita itu terpancar ratusan kali dibanding saat dia tak memakai riasan. Sungguh amat sangat jauh berbeda dibandingkan dengan Alea yang selalu tampil paripurna dengan riasan sekalipun.

'padahal aku hanya meriasnya asal-asalan tapi kenapa jalang sialan ini tampak begitu cantik.' Gerutu Alea dalam hati.

"Sudah, kamu tunggu disini! Aku akan memanggil mu kalau tamunya sudah tiba," Ujar Alea ketus.

Sofia menganggukkan kepalanya pelan, kemudian kembali menatap pantulan wajahnya dari cermin.

"Aku cantik? Kenapa selama ini aku tak merasa bahwa aku cantik?" Ujar wanita itu dengan senyum merekah sumringah.

Sofia tidak pernah menyangka bahwa ini adalah senyum terakhirnya untuk batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

* *

Suara pintu yang dibuka pelan menyadarkan Sofia dari lamunannya.

"Sofia, ayo kedepan. Mommy dan Daddy sudah menunggumu!" Ujar Alea memanggil Sofia setengah berbisik. Membuat gadis malang itu mengerutkan keningnya bingung.

Mau tak mau Sofia akhirnya menurut melangkah keluar menuju ruang tamu, walau hatinya bertanya-tanya siapa gerangan yang akan ditemuinya, dan mengapa Alea memilih menghindar dibandingkan mengikutinya keruang tamu.

Padahal biasanya wanita itu tidak ingin Sofia menjadi pusat perhatian orang-orang sementara dirinya tersisihkan.

Sofia menyeret langkahnya hingga ruang tamu, disana sudah ada paman dan istrinya, juga seorang pria yang tampan dengan tubuh tegap berpakaian formal.

"Tuan James, kenalkan ini putri kami. Namanya Sofia." Ujar Tuan Darren seraya melangkah mendekati Sofia dan menarik lengan gadis itu agar segera mendekat pada James.

James sendiri adalah kaki tangan Allen Anthonio sang mafia mata keranjang.

Pria yang dipanggil James memicingkan matanya dengan alis mengerut dalam tanpa suara. Memandang Sofia dari atas kebawah.

"Hemm-- yah bagus. Jadi ini adalah tebusan hutang anda tuan Darren? Anda tidak akan menyesali memberikan putri anda pada tuan saya kan?" Tanya James memastikan.

"Yah, tentu saja tidak. Tolong sampaikan. permintaan maaf ku pada tuan Allen Anthonio. Mulai sekarang putri kami Sofia adalah miliknya. Dia bisa melakukan apapun sesuka hatinya pada gadis ini." Ujar tuan Darren dengan senyum lebar.

Sedangkan Sofia kini telah membelalakkan matanya mendengar apa yang diucapkan sang paman.

"Penebusan hutang? Paman apa maksudnya. Anda menjual saya untuk melunasi hutang anda? Tapi kenapa paman?" Cecar Sofia panik.

Wanita muda itu menatap sang paman bingung, namun tak ada jawaban yang diterimanya dari adik ayahnya tersebut. Lalu Sofia kembali menatap istri dari pamannya, sayangnya wanita itu hanya menatap kearah lain seolah enggan bertemu pandang dengan Sofia.

"Diam kamu, jangan membuat keributan atau kamu akan merasakan akibatnya!" Desis nyonya Rara persis di telinga Sofia.

"Paman, tidak paman jangan lakukan ini Sofia mohon. Sofia janji akan menjadi anak yang baik dan penurut. Jangan serahkan Sofia pada tuan Allen Anthonio. Sofia tahu siapa pria itu, pria tua yang kejam dan suka merusak wanita." Rintih Sofia dengan netra yang telah basah dengan air mata yang menganak sungai.

"Apa-apaan kamu Sofia, sebaiknya kamu menurut dan jangan membuat kekacauan!" Bentak tuan Darren geram.

"Tidak, paman jangan lakukan ini. Kalau paman ingin mengorbankan seseorang untuk melunasi hutang paman, jangan korbankan aku, korbankan saja putri paman sendiri Alea." Jerit Sofia frustasi.

Plakkkk...

Suara tamparan menggema diruang tamu rumah mewah milik keluarga Gussel malam itu.

Tuan Darren mengepalkan tangannya dan mengatupkan giginya yang bergemeletuk menahan kemarahannya.

Pria itu meraih dagu Sofia dan mencengkeramnya keras.

"Jangan pernah menyebut nama putriku, atau aku akan menggali kuburan orang tuamu dan membiarkan petinya tercecer dijalanan dan membiarkan tulang-tulangnya menjadi santapan anjing." Ancam tuan Darren kejam.

Sofia menggelengkan kepalanya lemah, sungguh dia tidak sanggup bila sudah menyangkut tentang kedua orang tuanya.

Gadis itu menatap sang paman dengan tatapan memicing nyalang.

"Jangan pernah menyentuh makam kedua orang tuaku. Aku rela kalian menggerogoti warisannya selama ini bukan berarti aku rela kalian menggunakan nama orang tuaku untuk melakukan kejahatan. Aku akan menuntut balas atas kejahatan kalian kepadaku suatu hari nanti!" Desis Sofia menatap penuh kemarahan pada sang paman dan istrinya.

Walau dalam lubuk hatinya yang tercipta adalah kecewa dan sakit hati, namun matanya mengibarkan kebencian yang sanggup membuat nyonya Rara meneguk ludahnya Kelu.

"Yah, bermimpilah sesuka hatimu. Karena setelah malam ini kamu bahkan tidak akan lagi melihat matahari." Ujar nyonya Rara selepas mengendalikan dirinya.

"Kalian kejam, apa salahku pada kalian? Selama ini aku tidak menggunakan sepeserpun uang peninggalan orang tuaku. Aku mengusahakan semuanya sendiri. Aku bahkan tidak makan dari kalian, tapi tidak harus seperti ini. Kalau kalian ingin aku pergi dari sini aku akan segera pergi. Tapi tolong jangan menyerahkan ku pada mafia tua seperti Allen Anthonio. Aku tidak ingin menjadi perempuan pelacurnya." Racau Sofia sesenggukan.

"Kalau kami melepaskan mu, maka pria kejam itu akan mengambil Alea sebagai ganti. Jadi dibandingkan anakku yang berharga, lebih baik aku menyerahkan mu. Kamu itu sebatang kara didunia ini. Akan lebih baik kalau kamu bermanfaat sekali saja!" Hardik tuan Darren semakin kesal.

Sofia menggelengkan kepalanya cepat. Menatap dengan tatapan nyalang sesekali memelas.

"Kalian sungguh kejam." Desis Sofia putus asa.

**

"Ehhmm--- jadi bagaimana? Apakah saya bisa membawa putri anda?" Suara James menginterupsi ketiganya.

Pria itu hanya menatap dari jauh adegan demi adegan yang terjadi. Walau dalam hatinya menyimpan banyak tanya, namun dia tidak bertanya apapun. Disini dirinya hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh sang bos mafia yakni menjemput tawanan wanita yang akan menjadi mainan baru sang tuan mafia kejam.

"Yah, silahkan bawa. Paksa saja dia kalau membantah tuan James." Ujar sang paman dengan pongahnya.

"Tidak-- tidak bisa tuan. Jangan bawa saya, saya bukan putri kandung pria itu. Saya hanya keponakan mereka." Ujar Sofia menatap memelas pada James.

"Jangan dengarkan dia tuan. Dia hanya sedang berusaha menipu tuan. Putri kami ini memang bandel dan susah diatur." Jawab nyonya Rara mencari alasan.

James menganggukkan kepalanya acuh. Baginya tidak begitu penting wanita itu bandel atau berusaha berbohong. Selama tugasnya selesai dengan tepat maka James tidak begitu peduli pada kebenaran atau kesalahan.

James mengangkat dua jarinya, menandakan agar anak buahnya segera menyeret Sofia masuk kemobil.

Wanita itu terus saja memberontak, menolak untuk dibawa, namun sekuat apapun Sofia berontak nyatanya wanita itu tetap kalah dengan kekuatan pria yang menyeretnya masuk kemobil.

"Lepaskan saya tuan, saya mohon-- saya bukan putri mereka!" Rintih Sofia terdengar memilukan.

Namun sama seperti tuannya, James tidak berbeda jauh. Pria itu tidak peduli dengan penolakan yang dilakukan oleh Sofia juga rintihan dan jeritannya.

"Simpan tenagamu untuk memuaskan tuan kami. sebaiknya kamu istirahat!" Ujar James datar.

"Tidak. Kumohon jangan, aku tidak ingin bertemu dengan bos kalian!" Jawab Sofia ketakutan.

"Kalian semua kejam, paman dan bibiku serta putrinya juga kejam. Apa salahku? Padahal diriku hanyalah anak yatim piatu." Rintih Sofia lemah.

Wanita itu menatap jalanan, merangkai luka hati dan lara yang menjadi bahan bakar kesakitan dan dendam yang sedikit demi sedikit berkobar didadanya.

Sofia menarik tangannya terlepas dari cengkraman dua pria yang duduk dikanan dan kirinya.

Wanita itu kemudian mengusap lembut kalung pemberian sang ibu saat usianya sepuluh tahun. Sebersit rindu yang tak tertahankan menelusup kedalam hatinya lagi-lagi tanpa permisi.

Bening kristal yang tadi sempat berhenti kini kembali menetes satu persatu tanpa bisa dikendalikan.

"Mommy, Daddy Sofia rindu. Sofia sangat butuh bantuanmu sekarang. Tolong Sofia mom, dad!" Gumam wanita muda itu didalam hati.

Related chapters

  • Penakluk sang Cassanova    bab 3 Bukan gadis yang seharusnya

    Mobil yang dikendarai oleh para bawahan Mafia Allen Anthonio melaju kencang meninggalkan pusat kota Verona, meninggalkan rumah mewah yang dibangun sang ayah ketika ibunya mengandung Sofia dari hasil toko anggur terkenal yang didirikan Tuan Gussel saat itu. Salah satu toko anggur fermentasi dengan kualitas terbaik di sudut kota Verona, selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan maupun warga lokal apalagi saat musim dingin tiba. Untung saja, resep racikan anggur milik tuan Gussel secara langsung diturunkan pada Sofia kala itu, gadis belia itu diminta sang ayah untuk terus terlibat dalam proses pembuatan minuman anggur dan cara pengolahannya membuat Sofia hapal diluar kepala resep rahasia enaknya anggur fermentasi sang Padre Namun dari tahun ke tahun, kualitas anggur racikan milik keluarga mereka mengalami kemunduran ditangan sang paman Darren. Pasalnya pria paruh baya itu lebih banyak menghabiskan waktunya di pub malam bermain judi dan mencicipi gadis-gadis muda yang menjajakan tubuhnya

    Last Updated : 2024-09-18
  • Penakluk sang Cassanova    bab 4 malam pertama yang gagal

    "Minta pelayan melayani gadis didalam kamar itu, suruh dia memandikannya dan mendandani, aku akan mengajaknya ke Milan hari ini!" Perintah Allen pada kepala pelayan dimansionnya pagi itu. "Baik Tuan." Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya hormat, kemudian berjalan mundur lalu membalikkan badannya menjauh dari tempat tuan besarnya duduk. Kepala pelayan dimansion itu bernama bibi Emma. Usianya sekitar 58 tahun, sudah begitu lama bekerja pada keluarga Allen. Bibi Emma sudah bekerja sejak usianya dua puluh satu tahun. Bibi Emma adalah pelayan pribadi ibu Allen saat masih hidup. Kini wanita itu telah bekerja selama lebih tiga puluh tahun. Namun demikian kini tugasnya tidak begitu berat, pasalnya wanita paruh baya itu hanya Allen tugaskan untuk mengawasi seluruh pekerja dirumah itu, begitu pula suaminya yang menjadi pengawas untuk perkebunan anggur milik Allen yang membentang luas sejak memasuki kawasan perkebunan. Allen kembali memasuki kamarnya. Menanti Sofia selesai di

    Last Updated : 2024-09-18
  • Penakluk sang Cassanova    bab 5 tergoda?

    Sofia membuka kedua kelopak matanya, sesaat setelah mendengar dentuman keras dipintu kamar saat Allen meninggalkan kamar yang dihuni Sofia. Wanita itu menolehkan kepalanya, memastikan bahwa pria itu benar-benar telah pergi. Sofia dengan cepat membenarkan kembali pakaiannya yang telah meninggalkan tempatnya akibat perbuatan Allen. Wanita itu meraih selimut, menyembunyikan tubuhnya. Sofia meringkuk dibawah selimut, jantungnya masih berdetak kencang, wanita itu masih shock setelah Allen menyentuhnya dengan brutal. Air mata Sofia terus saja mengalir, seolah bendungan jebol. Sakit hatinya bertambah berkali-kali lipat. Suara ketukan dipintu membuat Sofia semakin mengeratkan pelukan pada lututnya yang tengah meringkuk ketakutan. Wanita itu bahkan sampai bergetar dengan keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Suara langkah terdengar mendekat, namun terdengar seperti langkah kaki seorang wanita dengan sepatu ber hak tinggi. "Nona, ini makan siang anda, sebaiknya anda makan seg

    Last Updated : 2024-09-18
  • Penakluk sang Cassanova    bab 6 malam pertama yang sesungguhnya

    "Nona, izinkan saya mendandani anda sekarang. Kami tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada tuan Allen kalau anda menolak lagi sekarang." Cicit Lucy dihadapan Sofia. Allen sekali lagi memerintahkannya mengurus wanita itu. Sofia menghela nafas gusar, menatap pelayan wanita itu iba. "Apa dia sekejam itu? Apa dia sudah pernah membunuh seseorang disini?" Tanya Sofia berbisik. Lucy sang pelayan tertegun, pertanyaan sederhana ini baginya bisa saja menjadi alasan nyawanya terancam. "Tidak nona, kalau nona menurut tuan akan sangat baik. Percaya pada saya." Rayu Lucy, berharap Sofia akan luluh untuk mereka urus. "Ya sudah ayo! Kita mulai dari mana?" Tanya Sofia seraya bangkit berjalan kearah meja rias disamping lemari. "Hmmm-- kita mulai dari membersihkan tubuh nona, mandi." Jawab Lucy sungkan. Sofia tampak berfikir, kemudian wanita muda itu menghela nafasnya kasar. "Ya sudah, ayo!" Jawab Sofia pasrah berjalan sendiri menuju kamar mandi. Lucy menganggukkan kepalanya semang

    Last Updated : 2024-09-26
  • Penakluk sang Cassanova    bab 7 perawan?

    Setelah menghilangkan lelahnya, Allen terbangun, pria itu bangkit dari ranjang. Niatnya untuk membersihkan tubuhnya yang lengket dikamar mandi urung saat menatap Sofia yang tengah tertidur dengan kaki terkangkang tak berdaya. Pria itu menatap Sofia.Disana mengalir cairan putih kental bercampur dengan darah. "Darah? Darah apa ini, apa darah menstruasi, atau keguguran?" Tanya Allen bingung pada dirinya sendiri. Pria itu meraih ponselnya, menyalakan blits dan menyorot bagian tubuh Sofia. Allen menatap wanita itu dengan bimbang , disingkapnya selimut wanita itu, bekas darah mengering terlihat jelas. "Pe--perawan?" Gumam Allen terkejut. Pria itu segera menjauhkan tubuhnya dari Sofia, berdiri disamping ranjang menatap nanar pada Sofia. "Dasar gadis bodoh. Kenapa tak bilang kalau dirinya masih perawan. Sial... sial.." Allen menjambak rambutnya bingung, terus menatap tubuh polos tanpa sehelai benang yang sedang tertidur di ranjang. "Dasar bodoh. Pasti tadi itu sakit sekali."

    Last Updated : 2024-09-26
  • Penakluk sang Cassanova    bab 8 apa itumu masih sakit?

    "Tuan... Tuan besar Alfonso berada di kota Milan. Tadi pagi beliau mengirimkan email agar anda menghadiri pertemuan keluarga." Ujar James serius. "Pertemuan keluarga?" "Yah, benar tuan, ini untuk membahas siapa yang paling berhak memegang kendali atas perusahaan Royal Europa Company." Allen mendengus kesal, pria itu paling malas bila harus menghadiri pertemuan keluarga dari ayahnya. Pasalnya pria itu tidak begitu dekat dengan sang ayah dimasa lalu saat ayahnya masih hidup. Sang ayah, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Sayangnya saat sang ayah meninggal dunia, Allen enggan mengurus perusahaan sang ayah. Jadilah perusahaan itu diurus oleh sang kakek kembali, Alfonso. "Aku tidak tertarik mengurus dan memiliki perusahaan itu. Apa kau fikir usahaku tidak cukup membuatku kaya, James?" "Yah, itu tidak diragukan lagi tuan. Namun ada yang harus anda ketahui, bahwa Royal Europa Company bukan semata-mata perusahaan milik keluarga ayah anda. Disana saham nyonya Leana s

    Last Updated : 2024-09-27
  • Penakluk sang Cassanova    bab 9 Cari yang cantiknya seperti Sofia

    "aku ingin gadis terbaik, tercantik dan terseksi dalam sepuluh menit ditempat biasa!" Ujar James pada seorang mucikari kelas atas. "Baik tuan, saya pastikan tiba sebelum sepuluh menit." Jawab wanita diseberang. "Oke." Klik Sambungan telepon diputus oleh James, pria itu menyandarkan punggungnya dikursi. Meski percaya bahwa sang mucikari akan mengirimkan gadis terbaik, namun James juga mesti memeriksanya sendiri. Apalagi tuannya meminta hal tak masuk akal, harus yang cantiknya mirip Sofia. Yah, James akui Sofia memang sangat cantik. Apalagi malam itu saat James membawanya. Pria itu menggelengkan kepalanya tak habis fikir, bisa-bisanya otaknya malah terkontaminasi oleh tuan Allen. James bangkit, meninggalkan kamarnya dan berjalan memasuki lift. Pria itu akan turun menanti wanita yang akan menemani malam tuannya. * * "Anda tuan James?" Sapa seorang wanita pada James. Wanita itu cantik, dengan rambut hitam lurus hingga hampir mencapai bokongnya. Kulitnya putih namun

    Last Updated : 2024-09-27
  • Penakluk sang Cassanova    bab 10 pertemuan keluarga

    Allen bangun lebih awal, mendapati tubuhnya tertidur disofa dengan layar laptop masih memutar tayangan aktifitas Sofia. Allen melirik laptopnya. Namun Allen tidak punya banyak waktu hari ini. Pria itu harus bertemu dengan pengacara ibunya untuk membicarakan perihal saham atas nama sang ibu diperusahaan ayahnya. Selama ini pria itu bahkan tidak pernah mendapatkan kabar dan bagi hasil saham dari perusahaan itu, membuat Allen marah. Bukan tentang nominalnya, Allen sudah kaya raya meski tanpa uang dari perusahaan itu. Namun selama ini Allen masih terus mengirimkan sumbangan kesebuah panti sosial dimana ibunya menjadi donatur selama ini. Ternyata dibalik kekejaman sang mafia mesum masih tersimpan kebaikan yang tak seorang pun mengetahuinya. Allen fikir, andai dia tahu bahwa saham disana masih nama ibunya yang terbanyak, hasilnya bisa dia gunakan untuk terus berdonasi atas nama sang ibu. * * * * Malam harinya Allen benar-benar menghadiri undangan pertemuan yang dikirimkan san

    Last Updated : 2024-09-27

Latest chapter

  • Penakluk sang Cassanova    4

    "istri anda--" "Istri saya kenapa, Nath?" Seru Allen tak sabar. "Baik-baik saja. Beruntung kandungannya juga dapat diselamatkan. Namun kondisi pasien saat ini masih sangat rentan." Ujar Natalya lembut. Wanita itu menatap Allen dengan sorot penuh kerinduan. Allen bukan tidak menyadari lirikan wanita itu, namun saat ini fokus Allen sedang pecah. Pria itu masih saja tegang. Menanti waktu dia bisa menemui sang istri. "Ehemmmp, jadi kapan saya bisa menemui istri saya?" Ujar Allen tak sabar. Melihat kekhawatiran Allen, wajah Natalya tampak kecewa. "Sekarang juga bisa, namun alangkah lebih baiknya saat pasien telah dipindahkan ke ruangan rawat. Kalau begitu saya permisi. Kalau ada apa-apa cari saya saja!" Ujar Natalya kemudian berlalu dari hadapan mereka semua. Allen berdiri mematung didepan pintu UGD. seolah menghitung menit dan detik yang berganti.

  • Penakluk sang Cassanova    bab 69

    Mario bergegas mengangkat Sofia, mimik wajah pria itu panik tidak terkira. Sedangkan bodyguard bernama Max dengan cepat meringkus Alea yang masih berdiri dengan wajah melongo tak percaya. Tatapan wanita itu membelalak ngeri, melihat darah yang merembes dari sela paha Sofia. Alea sadar bahwa nasibnya kini telah ditentukan oleh Allen Anthonio. Mario berlari diikuti oleh Lucy yang menggendong El. Sedangkan Max kini telah menyeret Alea keluar dari pusat perbelanjaan. Semua orang yang menyaksikan mereka menjadi heboh. Namun tak ada yang menyangka bahwa wanita itu adalah istri pria paling kejam di kota mereka. Mario membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga dia bahkan lupa bahwa ada El dan Lucy bersamanya. Lucy menopang kepala sang nona dan El disisi lainnya. "Lucy-- ini sakit sekali." Rintih Sofia lemah. Wajah wanita itu pucat pasi.

  • Penakluk sang Cassanova    bab 68

    James mengetuk pintu ragu-ragu. Tadinya dia ingin menemui Allen lebih awal, namun melihat istri tuannya masuk dan tak kunjung keluar membuat James mengurungkan niatnya. Pria itu hanya bisa terus memantau dari jauh kapan kiranya Sofia keluar. Nyatanya, sejam telah berlalu namun tak ada tanda-tanda wanita itu meninggalkan ruangan suaminya. Sebagai pria yang telah merasakan indahnya pernikahan, tentu saja James mengerti apa yang terjadi didalam sana.James mengetuk pintu ruang kerja Allen. James berdiri didepan pintu, menunggu Allen membuka pintu, biasanya dia akan langsung masuk setelah mengetuk pintu, namun setelah dia melihat istri Tuannya masuk kesana. Itu artinya tempat itu telah menjadi ranah pribadi sekarang. Klekkk... "Masuk!" James mengangguk, mengikuti langkah pria itu, tampilannya tetap rapi seperti sedia kala. membuat James mengeryitkan keningnya bingung. '

  • Penakluk sang Cassanova    bab 67

    Allen melepaskan pelukannya pada Sofia, pria itu menggulingkan tubuhnya hingga jatuh terlentang. Ditatapnya langit-langit kamar, seolah dia sedang merangkai kalimat diatas sana. Hening, tak ada satupun yang bersuara. Hanya helaian nafas keduanya yang bersahut-sahutan berat. Sofia memilih tidak peduli, wanita itu berusaha memejamkan matanya. Hingga dengkuran halus khas wanita hamil mulai terdengar dari bibirnya. Allen menoleh, menatap intens punggung sang istri. Punggung yang begitu dia sukai untuk bersandar dan memeluk Sofia dari belakang. Mendengar sang istri telah jatuh tertidur, pria itu kembali keluar dari kamar. Melangkah turun kelantai bawah dan berjalan ke arah taman belakang. Taman yang sama dimana dia mengacaukan ciuman pertama James dan lucy malam itu. Allen duduk dibangku taman, pria itu menghisap dalam cerutunya. Menguarkan asapnya bersama dengan kegelisahan yang ditanggungnya. Anda

  • Penakluk sang Cassanova    bab 66

    Kediaman tuan Darren ~~~ Nyonya Rara memijat kepalanya yang terasa seperti ingin pecah, berita pernikahan Sofia membuat keluarga itu pusing tujuh keliling. Tuan Darren tak menyangka bahwa tuan Allen Anthonio pada akhirnya akan menikahi Sofia, keponakan perempuannya yang selama ini dia siksa. Ada rasa takut dan was-was yang kini menyelimuti hati pria tua serakah itu. Bagaimana tidak, dia menyerahkan surat-surat berharga kepemilikan properti miliknya pada Allen Anthonio. Dia fikir saat itu pria itu akan mengambil putrinya yang berharga untuk menjadi nyonya. Dia telah menawarkan Alea pada Allen Anthonio, dan sepertinya saat itu pria itu setuju-setuju saja. Lima tahun berlalu tanpa pernah pihak Allen Anthonio menemuinya. Dia fikir dia telah lolos begitu saja. Namun pernikahan Sofia dan Allen Anthonio sepertinya akan menjadi awal kehancuran mereka. "Daddy, bagaimana ini

  • Penakluk sang Cassanova    bab 65

    "pasti sekarang James sedang melakukan malam pertama dengan Lucy." Gumam Allen menerawang. Pria itu duduk menyandar disamping Sofia. "Kenapa memikirkan rumah tangga orang lain?" Jawab Sofia kesal. "Tidak apa-apa, hanya iri saja. Sayang, kapan kita bisa melakukannya?" Rengek Allen seperti anak kecil. "Dokter bilang belum bisa kan?" "Iya," wajah pria itu tertekuk kesal, sudah beberapa malam dia menahan diri tidak menyentuh Sofia. Rasanya kepalanya sudah sangat sakit sekarang. "Besok kita kerumah sakit untuk periksa yah sayang." Ujar Sofia tenang. "Periksa? Wahhh itu ide yang sangat bagus. Aku tak sabar ingin melihat wajah anakku" jawab Allen begitu semangat. "Mana bisa? Belum kelihatan." Sergah Sofia makin kesal. Allen menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa sedih sekaligus menyesal. Lihatlah karena dirinya melewatkan momen ketika El masih didalam k

  • Penakluk sang Cassanova    bab 64

    Lucy dan James akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri. Pria kaku itu tak menyangka, bahwa dia akhirnya menikah dengan wanita yang dinantinya selama lima tahun. Setelah pesta pernikahan, Lucy dan James kembali ke hotel yang telah dipersiapkan untuk menginap. Hotel yang sama yang dipilih Allen dan Sofia setelah mereka menikah. Keduanya tampak begitu canggung, belum pernah berinteraksi sedekat ini selain malam dimana Pria itu mencuri ciuman pertama Lucy ditaman. "Emhh-- James, bisa tolong bantu menarik resleting gaunku?" Lucy bertanya ragu-ragu. "Iya, berbalik biar aku membukanya." Pria itu berjalan kearah sang istri, berdiri dibelakangnya. James menarik resleting gaun pengantin Lucy, tangan pria itu bergetar. Tubuhnya terasa begitu panas dingin menatap punggung mulus istri yang baru saja di nikahinya. Tak jauh berb

  • Penakluk sang Cassanova    bab 63

    "iya Smith, aku sedang hamil." Jawab. Sofia lirih. Wanita itu tersenyum sendu menatap Smith. Pria baik yang Sofia anggap malaikat. Sofia bukan tak tahu tentang perasaan pria itu meski kata-kata cinta tak pernah terucap dari bibirnya. Hanya saja, sejak awal Sofia memang sudah memberi jarak. Padahal, Sofia tanpa Smith tidak akan menjadi seperti sekarang. Allen memperhatikan raut kecewa pria yang duduk dihadapannya. Entah mengapa ada rasa iba yang menyusup kedalam hati pria itu. Namun dengan cepat pria itu menepisnya. Baginya siapapun yang ingin memiliki wanitanya adalah lawan yang berani mati. Lama, Smith maupun Sofia dan Allen terdiam. Hanya celoteh El yang sesekali terdengar. Ketiganya larut dalam fikiran masing-masing.

  • Penakluk sang Cassanova    bab 62

    Selesai makan, Allen dan Sofia duduk di ruang keluarga. Wanita itu dilarang kemanapun oleh Allen, membuat Sofia semakin menahan kekesalannya pada sang suami. Allen terus saja ingin menempel pada Sofia, begitu pun dengan El. Sayangnya Sofia sangat tak suka dekat-dekat dengan Allen. Wanita itu akan langsung mual dan kesal saat Allen duduk disampingnya. Mau tak mau pria itu duduk dengan jarak dua kursi dari sang istri. "Nona--" Lucy berdiri dihadapan Sofia, membuat wanita itu mendongak. "Lucy--, ada apa? Ayo duduk!" "Tidak perlu nona." Ujar Lucy segan. Sofia mengulurkan tangannya, menarik Lucy duduk disampingnya. "Ada apa?" "Ak--aku ingin mengatakan sesuatu," "Sesuatu apa?" Tanya Sofia penasaran.

DMCA.com Protection Status