Beranda / Romansa / Pemulung Konglomerat 2 / 67: Kami hanya pejalan kaki

Share

67: Kami hanya pejalan kaki

Penulis: A_W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kemudian, Ronny masuk ke dalam kampus, dengan suasana sepi, di sekitaran kampus. Lalu, Ronny tiba di lapangan kampus, sambil memandangi gedung kampus itu, dan,

“Hei, kamu!” teriak seorang satpam, dari posnya, dan berjalan menghampiri Ronny.

Mendengar itu, Ronny menoleh kearah belakang, dan,

“Ah, selamat pagi, pak …” kata Ronny, menyapa satpam itu.

“Sedang apa kamu disini?” tanya satpam itu, pada Ronny.

“Apa benar, ini kampus Massachusetts Institute of Technology, pak?”

“Iya, benar.”

“Ah, begini, pak … Saya ingin mencari seseorang bernama …”

“Tidak ada! Sana, keluar dari kampus ini!” bentak satpam itu, yang langsung memotong perkataan Ronny.

Mengapa tidak? Dengan pakaian Ronny yang sedikit kusam walaupun wajahnya tampan, tetap saja, satpam itu mencurigai orang-orang asing, yang tidak pernah dilihatnya. Satpam itupun me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pemulung Konglomerat 2   68: Samuel bukan mata-mata?

    “Jor, bagaimana kemarin? Lancar?” tanya Angel pada Jordi, yang tengah duduk di samping Jordi.“Emm … Apa itu, nona?” tanya balik Jordi, sambil mengemudi mobil.“Ya, itu kemarin, kamu kan, saya perintahkan untuk mengantarkan anak-anak itu, ke rumah Bu Jazlyn. Nah, bagaimana?”“Ah, lancar, nona. Saya juga, sudah membelikan makanan untuk mereka. Jadi, Bu Jaz, sempat bercerita kepada saya, kalau uang yang pernah anda beri kepadanya, sudah habis. Dan, saya juga tidak tahu ya, nona, mengapa uangnya cepat sekali habis. Secara kan, uang yang pernah anda berikan itu, jumlahnya tidak sedikit, loh?” kata Jordi.“Emm … Ya, mungkin saja, uang itu digunakan, untuk kebutuhan sehari-hari mereka, Jor. Ya, kita tahu, kalau anak-anak yang di asuh oleh Bu Jaz, cukup banyak. Dan lagi, mereka juga butuh makan. Iya, kan? Dan juga, sepertinya, sudah berapa lama kita tidak berkunjung ke rumah Bu Jaz.”

  • Pemulung Konglomerat 2   69: Kaki yang bagus

    “Nona, kita ingin pergi kemana?” tanya Joe, sambil mengemudi mobil Angel.“Diam! Jangan mengatakan sepatah katapun, sebelum saya memerintahkan kamu untuk berbicara. Paham, kamu!” bentak Angel.“Eh, kenapa seper …”“Diam! Mau saya tarik lagi rambut kamu?”“Eh, tidak-tidak, hehe …”“Yasudah, fokus saja menyetir, dan jangan bertanya apapun!”“Tapi, nona …”“Eh!?” kata Angel, sambil mengambil ancang-ancang, menarik rambut Joe.“Eh, iya-iya, hehe …”Lalu, Joe kembali fokus menyetir, tanpa mengatakan sepatah katapun.Kemudian,“Nanti, kita berhenti sebentar, di restaurant untuk sarapan pagi. Tidak perlu yang jauh-jauh, setelah persimpangan, ada sebuah restaurant, yang cukup terkenal juga.” kata Angel pada Joe.“….”“Hei, kamu den

  • Pemulung Konglomerat 2   70: Anda salah orang, maaf …

    “Nona, benar kan, itu anda, kan!?” tanya Pegawai toko itu, yang masih tidak percaya, dengan apa yang tengah dilihatnya.“Emm … Sepertinya … Memang benar, saya pernah membeli sebuah boneka, dengan ukuran yang cukup besar. Dan memang benar, saat itu, boneka itu merupakan edisi terbatas. Tapi … Sepertinya, tokonya bukanlah ini, ya?” kata Angel, sambil menoleh ke segala arah, dan mencoba mengingatnya.“Ah, toko ini mendapat sedikit renovasi kemarin, nona. Karena, ada banyak barang-barang baru, yang masuk. Jadi, kami melakukan pertukaran tempat, barang-barang yang sudah lama, dengan barang-barang baru. Nah, saya memiliki bukti, memang benar, anda pernah berkunjung ke toko ini, nona, hehe … Sebentar, ya …”Kemudian, Pegawai toko berjalan kearah kasir, untuk mengambil bukti, kalau Angel pernah berkunjung ke tokonya.“Nona, Pegawai toko itu norak sekali, ya … Emm … Mungkin,

  • Pemulung Konglomerat 2   71: Masak kamu kalah?

    “Ah, Bahama itu, terletak d seberang kota ini, Fan. Kita menggunakan kapal, untuk menyebrang ke kota itu. Ya, kebetulan, Ayahku, memiliki kenalan, yang memiliki kapal pesiar, yang tengah bersandar di pantai Hotel Mendez. Jadi ya, kami menggunakan kapal pesiar itu, untuk menyebrang kesana.” kata Camille, yang mencoba sedikit berbohong kepada Fanny.“Wahh … Enak banget … Pasti seru kan, bisa naik kapal pesiar …” kata Fanny.“Hahaha … Tentu, dong … Ya, bagaimana, secara kan, Ayahku memiliki jejaring social yang luas. Jadi, kalau ingin bepergian kemana-mana, tidak perlu khawatir. Bisa dibilang, kalau Ayahku tidak memiliki uang untuk pergi ke Bahama, karena tiket masuk kapal pesiar yang sangatlah mahal, dia hanya tinggal menghubungi temannya saja. Eh, nanti deh, aku akan mengajak kamu, Angel, Chelsea dan Cassey, berkeliling laut menggunakan kapal pesiar, ya. Kamu mau, kan?”“Ah, mau banget,

  • Pemulung Konglomerat 2   72: Jeleknya begini, cantiknya bagaimana?

    “Iya, tuan? Ada yang bisa saya bantu?” pertanyaan diulang, oleh wanita itu.“Eee … Eee … Ah! Iya, Bu … Saya butuh bantuan anda … Ayah saya sedang sakit, Bu! Saya ingin membawanya ke rumah sakit!” jawab Ronny, dengan raut wajah yang sangat panik.“Ayo, masuklah ke dalam mobil. Kita akan membawa Ayah kamu ke rumah sakit.” kata wanita itu, dengan nada bicara yang lembut.Tanpa berfikir panjang, Ronny langsung masuk ke dalam mobil taksi itu, dan kemudian, wanita itu, langsung menginjak pedal gas mobil, dan langsung berangkat menuju rumah Ronny.***Sesampainya di rumah Ronny,Jeglek!“Ayah!” teriak Ronny, yang baru saja keluar dari mobil taksi, dan langsung berlari masuk ke dalam rumah.Ronny langsung berlari masuk ke dalam kamar Ayahnya, dan,“Kakak … Ayah … Hiksss … Hiksss …”Adik Ronny yang berada di

  • Pemulung Konglomerat 2   73: Apa-apaan sih, si Davin itu!

    Ciittt …Jeglek!“Selamat sore, nona-nona …” kata seseorang pria, yang baru saja keluar dari sebuah mobil SUV hitam, yang berhenti tepat di hadapan mereka.Seorang pria muda yang cukup tampan, mengenakan stelan jas hitam, dan memakai kacamata hitam, layaknya seorang detektif.“Eh? Anda siapa, tuan?” tanya Chelsea pada pria itu.“Perkenalkan, saya Davin D Morgan. Maaf, bisakah nona-nona semua, bergegas masuk ke dalam mobil saya? Tenang, saya masih bekerja dibawah naungan nona Angel. Dan, saya akan mengantarkan kalian semua, sampai ke rumah nona Angel, dengan selamat.” kata Davin, memperkenalkan diri, dan meminta Chelsea, Cassey dan Fanny, untuk masuk ke dalam mobilnya.“Ah, syukurlah kalau begitu. Kami tidak perlu repot-repot menunggu taksi. Eh, tapi benarkan, anda suruhannya Angel?” tanya Chelsea, yang masih sedikit ragu pada Davin.“Benar, nona …” jawab

  • Pemulung Konglomerat 2   74: Anda siapa, ya?

    “Hah? Aku malahan baru mendengar nama Davin, Cass … Tapi, emm …”“Halo, guys … kalian baru, pulang? Naik apa?” kata Angel, sambil menuruni tangga.“Ngel, kamu kenal dengan seorang pria, bernama Davin D Morgan?” tanya Chelsea.“Davin? Emm … ngga, tu. Memangnya kenapa, Chel?” tanya balik Angel.“Jadi, tadi kami di jemput oleh seorang pria, bernama Davin D Morgan, menggunakan mobil SUV hitam. Dia mengatakan, kalau dia itu, bekerja di bawah naungan kamu.” kata Cassey.“Bekerja di bawah naunganku? Lah, memangnya aku seorang Komandan perang? Atau seorang Presiden, begitu? Hahaha … ada-ada saja. Tidak, aku tidak kenal dengan orang itu. Coba kalian tanya Joe, deh, biasanya ‘kan, dia tahu banyak tentang informasi, orang-orang yang ada di kota ini.” kata Angel, sambil menunjuk kearah Joe.“Eh? Saya tidak tahu, nona … saya juga

  • Pemulung Konglomerat 2   75: Ronny Charless?

    “Ngel, kamu ingin membeli ponsel itu?” tanya James.“Tidak … aku membelikannya untukmu, James.” jawab Angel dengan santai.“Eh? Serius, Ngel?”“Iya ….”“Ngel ….” kata Fanny, sambil melambaikan tangannya kearah Angel.Melihat itu, Angel langsung berjalan menghampiri Fanny, diikuti oleh James.“Iya, Fan? Bagaimana? Kamu sudah menemukan ponsel yang bagus?” tanya Angel.“Ini, Ngel … menurut kamu, ini bagus atau tidak?” tanya Fanny, sambil menunjuk kearah ponsel, yang tersusun rapih di dalam lemari kaca.“Bagus, Fan! Bagus banget malah … kamu mau yang itu?”Fanny menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum kepada Angel.“Emm … permisi …” kata Angel, sambil melambaikan tangannya, kearah penjual ponsel itu.Melihat itu, penjual ponsel itu langsung bergegas mengh

Bab terbaru

  • Pemulung Konglomerat 2   296: Apa kamu nggak takut?

    Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h

  • Pemulung Konglomerat 2   295: Diem! Lanjut, Ngel …

    Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p

  • Pemulung Konglomerat 2   294: Malah tiduran di lantai …

    Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A

  • Pemulung Konglomerat 2   293: Apakah kamu tidak ingat?

    “Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa

  • Pemulung Konglomerat 2   292: Serius!? Dia tahu semuanya?

    Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent

  • Pemulung Konglomerat 2   291: Kenalan Nenek kamu, atau …

    Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga

  • Pemulung Konglomerat 2   290: Supaya posisinya tepat …

    “Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo

  • Pemulung Konglomerat 2   289: Iya janji, hehe …

    Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.

  • Pemulung Konglomerat 2   288: Alan? Siapa Alan?

    “Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri

DMCA.com Protection Status